Menulis Mengabadikan Perjalanan

April 16, 2020

Ngainun Naim


Buku terbaru saya, Literasi dari Brunei Darussalam, lahir dari keinginan saya untuk mengabadikan jejak perjalanan di negara tetangga tersebut. Tentu disayangkan jika perjalanan yang sedemikian berharga berlalu dan hilang begitu saja.
Dokumentasi dalam bentuk foto sesungguhnya cukup kaya. Saya berangkat bersama 7 kawan dari berbagai PTKIN. Saat berangkat ke Brunei Darussalam kami membentuk WA grup. Selain menggunakan HP sendiri untuk mengambil gambar, kami juga saling mengunggah gambar di grup. Jadi sesungguhnya persoalan dokumentasi tidak ada persoalan. Bahkan cukup kaya.
Namun foto tidak menarasikan konteks secara utuh. Banyak hal yang tidak bisa masuk dalam foto. Pada titik inilah narasi sangat penting artinya.
Buku ini saya susun pelan-pelan. Saya menulisnya sedikit demi sedikit. Beberapa judul mulai saya kerjakan saat di Brunei Darussalam, namun isinya saya sempurnakan di Indonesia.
Sesungguhnya tidak mudah untuk menulis di sela kesibukan harian yang lumayan padat. Memang persoalan ini sepertinya menjadi "keluhan" banyak kolega. Tidak jarang dalam perbincangan santai muncul gagasan untuk membandingkan dosen Indonesia dengan luar negeri.
Dosen luar negeri konon memiliki waktu riset setiap tahunnya antara 4-6 bulan. Waktu ini bisa dimanfaatkan betul untuk menghasilkan riset yang bermutu. Waktu luang dan dana memadai menjadi faktor pendukung yang berkait-kelindan.
Kondisi dosen Indonesia belum seideal itu. Selain beban mengajar, tugas tambahan administratif tidak jarang lebih padat dari tugas akademik. Jika tidak mengelola waktu secara baik, dapat dipastikan dosen jarang lagi membaca dan menulis.
Saya nulis itu modalnya nekat saja. Dibilang jelek ya ndak masalah. Dibilang ndak mutu ya ndak apa-apa. Dibilang pencitraan ya monggo saja. Apapun komentar orang saya akan tetap nulis. Gitu aja kok repot.
Prinsip semacam itulah yang membuat saya terus menulis. Meskipun tidak selalu saya unggah di media sosial, saya menulis setiap hari. Tulisan yang saya unggah ya yang ringan semacam ini. Tulisan untuk artikel jurnal tentu saya simpan dan submit ke jurnal.
Saya teringat tulisan seorang penulis yang menyebut bahwa buku itu "sangu mati". Sebuah ungkapan yang membuat saya merinding. Hidup ini acapkali tidak terduga. Prof. Yudian Wahyudi pernah menulis bahwa kita hidup ini sesungguhnya hanya menunggu ajal menjemput. Justru karena itulah kita harus berbuat baik semaksimal mungkin. Menulis dan menyebarkan tulisan saya kira merupakan artikulasi kebajikan.
Mungkin apa yang saya tulis hanya hal remeh. Hal sederhana. Tidak ilmiah. Ya siapa tahu dari hal sederhana semacam ini ada yang mendapatkan manfaat. Jika betul ada yang semacam itu, semoga menjadikan tabungan kebajikan. Amin.
Saya memiliki tabungan tulisan ringan lain yang siap dibukukan. Semoga semuanya lancar. Tulisan yang sekadar tulisan. Ya siapa tahu ada manfaatnya. Minimal buat saya sendiri.

Tulungagung Trenggalek, 10-11 Maret 2020

30 komentar:

  1. Catatan perjalanan (travel writing) yang mantap. Tentu, karena diolah oleh ahlinya. Salam literasi

    BalasHapus
  2. Keren pak 👍. Jadi penasaran sama isi bukunya ☺

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. Hanya buku sederhana. Merekam jejak perjalanan.

      Hapus
  3. Wah...ajaran prof Yudian dalem banget ya, Pak. Trims.

    BalasHapus
  4. "menulis untuk sangu mati"
    Kata kata yang sangat berkesan.subhanallah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menulis penting diniati sebagai ibadah agar memberikan barakah.

      Hapus
  5. Masyaallaah catatan perjalanan hidup yang luar biasa. Mantab tadz. Salam sehat dan sukses selalu

    BalasHapus
  6. Betul pak yai, semoga apa yg kita tulis, melalui media apapun, termasuk di blog, dapat memberikan manfaat sekecil apapun. Monggo mampir di blog juga di blog saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Inggih. Menulis insyaallah memberikan banyak manfaat. Siap segera mengunjungi blog jenengan.

      Hapus
  7. Aamiin ya robbal alamiin. Menulislah setiap hari dan buktikan apa yg terjadi.

    BalasHapus
  8. Niat banget untuk jadi buku ya
    Smg laris manis dan full barokah

    BalasHapus
  9. Saya suka saya suka, sebuah perjalanan dalam suatu kegiatan yang cukup lama setidaknya 3 sd 7 hari tidak mengabadikan dalam sebuah dokumen terasa hilang begitu sj kesan itu, lebih2 moment ditulis dalam sebuah buku maka sepanjang hanyat ceritera itu tidak akan hilang bahkan dapat diwariskan....goods ....salut.

    BalasHapus
  10. Panjengan sangat menginspirasi saya pak,semoga panjengan sehat selalu..

    BalasHapus
  11. sederhana tapi berbobot, itu kesan pertama yg saya dapat pada pertemuan pertama perkuliahan njenengan, saya suka, dan njenengan banyak menginspirasi dan memotifasi saya untuk terus belajar membaca,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. Semoga terus bermanfaat dan memberikan barakah.

      Hapus
  12. Selalu menginspirasi dalam segala hal... tdk hanya guru dalam kelas namun guru dalam kehidupan...

    BalasHapus
  13. Saya jadi pingin baca... Menunggu alam normal kembali....

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.