Kuntowijoyo, Jejak Pemikiran, dan Teladan Kepribadian

Mei 01, 2020
Buku tentang Kuntowijoyo


Judul Buku: Muslim Tanpa Mitos, Dunia Kuntowijoyo
Penulis: Ahmad Syafi’i Ma’arif, dkk.
Penerbit: Immortal Publishing dan Octopus Yogyakarta
Cetakan: Pertama 2019
Tebal: viii+236 halaman
ISBN: 9786025868283

Kuntowijoyo merupakan intelektual Muslim yang cukup berpengaruh di Indonesia. Kualitas pemikirannya diakui dan mewarnai dinamika kehidupan bangsa Indonesia. Ranah pemikirannya tidak hanya dalam bidang sejarah sebagai spesialisasi keilmuan, tetapi juga mencakup bidang sosial, agama, budaya, dan seni.
Tahun ini tepat 15 tahun Kuntowijoyo berpulang. 22 Februari 2005 sejarawan bersahaja itu berpulang. Meskipun selama sekitar 13 tahun—sejak tahun 1992 sampai wafat tahun 2005—beliau  sakit tetapi pikiran dan gagasannya tetap cemerlang. Tulisan demi tulisan terus bermunculan. Jika orang tidak mengetahui kondisi yang sesungguhnya mungkin mereka membayangkan bahwa Kuntowijoyo dalam kondisi segar bugar. Padahal saat itu beliau sakit.
Buku ini merupakan kumpulan tulisan pada sahabat, kolega, dan para murid Kuntowijoyo. Secara sederhana buku ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berbicara tentang jejak pemikiran Kuntowijoyo. Sedangkan bagian kedua berbicara tentang sisi kemanusiaan Kuntowijoyo.
Pemikiran Kuntowijoyo yang diulas, antara lain, tentang Ilmu Sosial Profetik (ISP). Gagasan demi gagasan dibedah secara mendetail dan filosofis oleh Muhidin M. Dahlan, Hamdy Salad, Hasta Indriyana, Suyanto, Sudaryanto, dan Zen RS. Masing-masing mengulas secara serius dimensi pemikiran Kuntowijoyo dari berbagai perspektif.
Semua penulis di buku ini sepakat bahwa Kuntowijoyo adalah seorang pemikir yang konsisten. Muara pemikirannya pada tiga dimensi profetik, yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi. Proses dari gagasan awal sampai mengkristal menjadi pemikiran memang membutuhkan waktu yang tidak pendek. Namun jejak pemikiran yang bermuara profetik telah muncul semenjak Kuntowijoyo menjadi seorang intelektual.
Mencermati perjalanan panjang Kuntowijoyo, juga puluhan buku dan ratusan karya tulis lainnya, wajar jika ada yang kemudian mengukur capaian yang telah diperoleh. Zen RS menggunakan dua alat analisis tentang kesesuaian pemikiran Kuntowijoyo, yaitu relevansi intelektual dan relevansi sosial. Relevansi intelektual adalah jika sebuah pemikiran itu kukuh, baik metode maupun metodologinya, konsisten dan memiliki validitas jika diukur secara ilmiah melalui prosedur-prosedur yang ketat. Sedangkan relevansi sosial adalah ketika sebuah pemikiran diterima secara luas oleh masyarakat [141].
Pada diri Kuntowijoyo, kedua relevansi tersebut dimiliki secara baik. Secara intelektual, pemikirannya mendapatkan apresiasi yang cukup baik. Telaah, rekonstruksi, dan relevansi pemikirannya masih terus dilakukan sampai sekarang. Secara sosial, relevansi pemikiran Kuntowijoyo bisa dicermati pada upaya demi upaya untuk menerjemahkan pemikiran Kuntowijoyo pada ranah praktis.
Paparan yang mengulik sisi manusiawi Kuntowijoyo tidak kalah menariknya. Kuntowijoyo adalah manusia yang tidak banyak tingkah. Hidupnya lurus. Beliau lebih banyak diam namun terus berkarya. Hidupnya berkisar pada mengajar, meneliti, menulis, seminar, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan aspek-aspek tersebut.
Berdasarkan kesaksian Emha Ainun Nadjib, Kuntowijoyo adalah manusia yang tidak pernah bermaksiat, tidak memiliki hail jahat, dan tidak pernah melakukan kejahatan apa pun. “Manusia seperti ini lebih pantas jadi malaikat”, tandas Emha. Ia tidak pernah dengki, iri, tidak memiliki ambisi, dan terus tekun menulis.
Wajar jika banyak orang yang merasa kehilangan dengan kepergian beliau. Namun Emha Ainun Nadjib mengingatkan bahwa jasadiah Kuntowijoyo memang telah usai, namun sejatinya Kuntowijoyo masih hidup dalam pikiran kita, hidup di dalam hati kita, hidup di dalam wacana-wacana ilmu kita. Ia memiliki bakat yang luar biasa. Ia tidak akan tergantikan oleh siapa pun.
Chairil Anwar, rekan sesama pengajar di UGM menyatakan bahwa Kuntowijoyo merupakan seorang pribadi besar yang bersahaja tetapi kaya dengan ide-ide besar. Sehari-hari beliau sangat disiplin. Untuk menjaga kesehatannya, khususnya setelah sakit, Kuntowijoyo rajin jalan kaki setiap pagi sejauh 5 kilometer.

Ada banyak tulisan yang penuh inspirasi di buku ini. Potret Kuntowijoyo dari sisi pemikiran dan kepribadian sarat keteladanan. Membaca buku ini selaksa mengarungi lautan ilmu yang tak bertepi.


14 komentar:

  1. Pengarang karyanya TDK lekang oleh waktu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali Bu. Meskipun sederhana, kita bisa meneladani spirit beliau.

      Hapus
  2. gagasan ISP (Ilmu sosial profetik) menambah paradigma baru dalam dunia sosial khususnya ketika ditarik dalam dunia pendidikan dan ini memunculkan praktek pendidikan yang berorientasi pada terbentuknya manusia yang saleh secara individu dan saleh secara sosial...trimkasih ilmunya...manfaat selamannya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. ISP bisa menjadi basis untuk digunakan dalam bidang lain, termasuk pendidikan.

      Hapus
  3. Harimau mati meninggalkan kulitnya
    Gajah mati meninggikan gadingnya
    Rusa mati meninggalkan tanduknya
    Manusia dalam hal ini Kuntowijoyo wafat, meninggalkan karya-karya yang bermanfaat bagi generasi berikutnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Spirit Kuntowijoyo penting kita teladani sesuai kemampuan kita.

      Hapus
  4. Tokoh, penulis buku dan penulis resensi buku semuanya orang-orang hebat dan keren, mereka sosok yang tidak pernah berhenti menulis dan karyanyapun tak akan lekang oleh waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena itu mari menulis Bu. Saya tahu Ibu punya potensi. Sayang jika tidak dimanfaatkan secara optimal.

      Hapus
  5. Terus terang saya belum pernah membaca buku karya Bapak Kuntowijoyo. Karena Jenengan sering menyebutnya, saya jadi penasaran dan berencana mencarinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buku Prof. Kuntowijoyo, menurut saya, sangat mencerahkan Mas.

      Hapus
  6. Subhanallah... Lahul fatihah.....

    BalasHapus
  7. Jika dengan menulis buku bisa bermanfaat bagi banyak orang maka itu menjadi amal jariyah berupa ilmu yang bermanfaat...aaamiin

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.