Menulis: Jalani, Nikmati, Syukuri
Ngainun
Naim
Satu hal yang selalu saya
tekankan di berbagai tulisan dan di banyak kesempatan diskusi dengan
kawan-kawan adalah menulis itu itu dunia
praktik. Teori menulis itu penting tetapi praktik yang menentukan terhadap
sukses dan tidaknya kita dalam menulis. Aspek ini penting saya tekankan
karena sejauh pengamatan—maaf, saya belum melakukan riset tentang hal
ini—banyak yang sesungguhnya ingin bisa menulis tetapi berhenti sebatas sebagai
keinginan semata.
Jika ingin bisa menulis
maka praktiklah menulis. Awalnya sulit. Itu pasti. Saya yakin seluruh penulis
di dunia ini mengawali masa-masa sulit di awal meniti proses kepenulisan. Saya
belum pernah mendengar orang yang baru belajar menulis langsung sukses, lancar,
dan tanpa hambatan. Semangat tiada padam yang membuat mereka berhasil melalui
berbagai hambatan dan tantangan. Intinya adalah terus menulis dan belajar
menghasilkan tulisan yang semakin baik dari waktu ke waktu.
Apakah Anda sudah
melewati (sebagian) tahapan ini? Jika belum, ayolah praktik menulis. Ikut
webinar menulis yang belakangan ini cukup marak itu penting untuk asupan
pengetahuan. Ikut grup menulis itu penting untuk menambah sahabat dan mengamati
tulisan mereka. Membaca buku tentang menulis itu penting untuk memperkaya
perspektif kita. Nonton You Tube tentang menulis bermanfaat untuk menambah
pengetahuan Bergaul dengan penulis itu
penting agar kita mendapatkan suntikan motivasi dan wawasan kepenulisan. Tetapi
di atas semua itu, kuncinya ada pada Anda sendiri. Sepanjang Anda tidak pernah menulis maka Anda tidak akan pernah menjadi
penulis. Sampai kapan? Sampai Anda mau menulis.
Ada seorang penulis
sangat terkenal, namanya Laura Ingalls. Ia baru serius menulis setelah pensiun
sebagai seorang guru. Ada seorang penulis asal Jombang namanya Pak Abdul
Cholik. Beliau serius menulis setelah pensiun sebagai tentara. Pada mereka kita
semestinya belajar. Bukan untuk menulis setelah pensiun tetapi semangat
menulisnya di usia senja.
Kapan mulai menulis?
Sekarang juga. Jangan menumbuhsuburkan mental menunda. Indonesia tidak cepat
maju karena mentalitas menunda pekerjaan. Segera buka laptop, menulis dan terus
menulis. Singkirkan semua hambatan dan tantangan. Teruslah menulis sampai nanti
Anda merasakan bahwa menulis itu menyenangkan. Menulis itu memberikan banyak
manfaat bagi kehidupan. Itu yang saya sebut di judul tulisan ini sebagai jalani.
Saya sering diskusi
dengan banyak kawan terkait dengan dunia kepenulisan. Sungguh, inilah dunia
yang sangat kaya warna. Dunia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Ada
penulis yang memiliki nafas panjang, dalam arti terus menulis sepanjang hidup.
Zaman berubah tetapi ia tetap menulis.
Saya mengagumi stamina
menulis Fachry Ali. Beliau sudah menulis di berbagai media pada tahun 1970-an.
Sampai sekarang tulisannya terus saja muncul. Perubahan zaman tidak membuat
beliau berhenti menulis. Produktivitasnya cukup stabil dan membuat banyak orang
mengakui konsistensi beliau dalam menekuni dunia menulis.
Saya juga sangat
mengagumi sastrawan Jawa Suparto Brata. Sepanjang hidupnya, beliau terus
menulis. Ratusan novel telah beliau tulis. Bahkan menjelang wafat, beliau masih
sempat menulis novel. Sungguh semangat yang sangat luar biasa. Padahal, beliau
hanya lulusan SMA. Di salah satu bukunya beliau menulis bahwa membaca dan
menulis telah merubah nasibnya. Jika tidak membaca dan menulis, beliau
berkeyakinan tidak akan bisa maju.
Dua nama ini hanyalah
eksemplar, sekadar contoh. Mereka konsisten menulis sepanjang masa. Tentu, jika
diidentifikasi, nama penulis yang konsisten menulis sepanjang masa sangat
banyak. Mereka menulis dengan sepenuh jiwa. Tentu, mereka menikmati proses
menulis. Jika tidak menikmatinya, tidak akan mungkin mereka mau menulis.
Menulis dalam tekanan tidak akan pernah menghasilkan karya yang bermutu.
Substansi bagian ini menegaskan bahwa setelah
menjalani proses menulis, aspek yang penting adalah menikmati proses menulis
itu sendiri.
Apakah para penulis yang
sudah terkenal itu selalu menikmati proses menulis? Menurut saya iya.
Paersoalan ada keengganan, ada kemalasan, ada kerisauan, dan berbagai persoalan
lainnya, saya kira wajar. Semua orang pasti mengalaminya. Bedanya, mereka
berhasil mengatasi segenap gangguan itu.
Tidak semua orang bisa
menulis. Banyak yang memiliki modal untuk menulis tetapi tidak juga menulis.
Mereka mampu tetapi tidak mau. Ada yang mau tetapi tidak mampu. Idealnya adalah
adanya perpaduan antara mau dan mampu. Jika ini terwujud maka proses menulis berjalan
lancar. Pada saat itulah apa paun dinamika dan perkembangannya, kita harus
bersyukur. Bagi penulis, salah satu cara
bersyukur adalah dengan menulis.
Mengapa harus terus
menulis? Tentu ada banyak alasan. Saya hanya ingin mengutip pendapat seorang
ahli yang menyatakan bahwa keajaiban
akan ditemukan pada orang yang konsisten menjalani proses. Salam.
Trenggalek, 23 Juni 2020
Ngainun
Naim, Dosen IAIN Tulungagung. Aktif dalam kegiatan
literasi. Beberapa bukunya yang bertema literasi adalah Literasi dari Brunei Darussalam (2020), Proses Kreatif Penulisan Akademik (2017),
The Power of Writing (2015), dan Spirit
Literasi: Membaca, Menulis dan Transformasi Diri (2019). Untuk komunikasi
via email: naimmas22@gmail.com.
WA: 081311124546.
saya sedang mengalami masa "jalani"
BalasHapusmasa yang terberatkah itu pak ...
harus menulis meskipun tidak penting
tapi kok ya jd beban pikiran jg
Terus saja dijalani Bu. Berlatih juga dinikmati. Tiga hal itu bukan tahapan. Kadang kita jalani, kadang kita syukuri, kadang kita nikmati. Itu rasa manusiawi yang saling bergantian, atau bersamaan.
HapusPraktik langsung tidak menunda, konsisten, menikmati. Terimakasih Pak🙏
BalasHapusSama-sama
HapusBersabar dalam proses pak,.
BalasHapusOk
HapusLuar biasa motivasinya pak
BalasHapusBiasa saja Bu.
HapusHal terberat dalam menulis adalah memulainya. Biasakan diri untuk selalu menulis, insya Allah akan menjadi penulis hebat. Thanks pak.
BalasHapusSama-sama
HapusTerima kasih pak...motivasinya
BalasHapusSama-sama Mas Sobirin
Hapuskeajaiban akan ditemukan pada orang yang konsisten menjalani proses.
BalasHapusSemoga saya nanti bisa menemukanya....
Insyaallah asal kita konsisten menjalani proses
HapusMksh Gus
BalasHapusMenjalani proses dengan konsistensi membutuhkan tekad yang kuat njih prof. Selalu terinspirasi dengan tulisan prof.
BalasHapusSekadar menyemangati diri sendiri Bu
HapusJangan menunda...karena sekali ditunda, maka kita ternyamankan dengan penundaan dan akhirnya tidak nulis #pengalaman pribadi
BalasHapusMantap
HapusSatu qoutes dari panjenengan, "Menulis membutuhkan proses. Belajar (menulis) secara terus-menerus". Noted ! Dan ini tertulis jelas di buku milik saya dengan dibubuhi qoutes dan tanda tangan mentor kepenulisan favorite.
BalasHapusTerima kasih, bapak. 🙏
Satu Hal lain yg sll menjadi kendala menulis adalah takut dikomentari jelek
BalasHapusJika tidak ingin dikomentari bagus atau jelek maka jangan menulis he he he. Kan tidak menulis. Terus apa yang mau dikomentari?
HapusTrimakasih prof atas ilmunnya, sangat mengens.
BalasHapusSama-sama
HapusSungguh mantab..
BalasHapusTerima kasih
HapusSemoga bisa tetap konsisten menulis seperti bapak...
BalasHapusAmin
HapusSungguh tesis saya cepat rampung lantaran sering menulis di blog... bahasa perlahan bisa saya kelola dengan baik.. terimakasih Dr. Ngainun Naim motivasinya.
BalasHapusSama-sama
HapusMenambah semangat....
BalasHapusSip
HapusBetul Ustadz, trimakasih selalu mensupport. Jangan pernah bosan mensupport saya, sampai saya benar-benar memulai menulis dan produktif menulis
BalasHapusKalau Ndak nulis-nulis sing mensupport Yo kesel barang 😂😂
HapusBagi saya, yang pemula ini perkenankan mengungkap tentang menulis, satu saja. Bagi saya menulis itu ibarat magnet, sebab ia mampu menarik aktivitas positif lainnya, membaca, bersyukur, belajar, menghargai waktu, berfikir dan lain-lain..
BalasHapusTerimakasih telah mengajari kami membangun spirit menulis...
Sama-sama
HapusHarus pandai-pandai meluangkan waktu...
BalasHapusBetul
HapusTerimakasih nutrisinya prof...
BalasHapusSama-sama
HapusAlhamdulillah saya bersyukur Allah SWT memberi kesempatan bisa berkomunikasi dg seseorang seperti Bp. Prof Ngainun Naim..tulisannya selalu membuat inspirasi bagi saya pribadi..ibarat pemicu mesin ..selalu hadir saat dibutuhkan. .Tulisan ini kado istimewa di hari kelahiran saya 23 Juni...Terima kasih Bapak selalu menyemangati para pemula dalam kepenulisan..Semoga Allah Sang Penggenggam jiwa selalu melimpahkan karunia kesehatan dan keberkahan untuk Bapak dan Kel.
BalasHapusTerima kasih doanya
HapusSaya tertarik dari kalimat penutup tersebut memang luar biasa bila kita bisa konsisten dengan proses yang sedang dijalani. Begitu pula dengan hambatan menulis in sya Allah semua merasakan seperti yang diceritakan di atas tinggal bagaimana menyikapinya. Terima kasih pak motivasinya
BalasHapusSama-sama
Hapusmantab, semoga saya bisa mengikuti jejak smangat literasi jenengan, guru. aamiin
BalasHapusmantap, sebuah tulisan yang selalu menggugah andrenalin untuk mencoba untuk mempraktekkannya.
BalasHapustrimaksih suntikan motivasinya pk..
BalasHapus