Menulis: Jalani, Nikmati, Syukuri

Juni 23, 2020

Ngainun Naim


Satu hal yang selalu saya tekankan di berbagai tulisan dan di banyak kesempatan diskusi dengan kawan-kawan adalah menulis itu itu dunia praktik. Teori menulis itu penting tetapi praktik yang menentukan terhadap sukses dan tidaknya kita dalam menulis. Aspek ini penting saya tekankan karena sejauh pengamatan—maaf, saya belum melakukan riset tentang hal ini—banyak yang sesungguhnya ingin bisa menulis tetapi berhenti sebatas sebagai keinginan semata.
Jika ingin bisa menulis maka praktiklah menulis. Awalnya sulit. Itu pasti. Saya yakin seluruh penulis di dunia ini mengawali masa-masa sulit di awal meniti proses kepenulisan. Saya belum pernah mendengar orang yang baru belajar menulis langsung sukses, lancar, dan tanpa hambatan. Semangat tiada padam yang membuat mereka berhasil melalui berbagai hambatan dan tantangan. Intinya adalah terus menulis dan belajar menghasilkan tulisan yang semakin baik dari waktu ke waktu.
Apakah Anda sudah melewati (sebagian) tahapan ini? Jika belum, ayolah praktik menulis. Ikut webinar menulis yang belakangan ini cukup marak itu penting untuk asupan pengetahuan. Ikut grup menulis itu penting untuk menambah sahabat dan mengamati tulisan mereka. Membaca buku tentang menulis itu penting untuk memperkaya perspektif kita. Nonton You Tube tentang menulis bermanfaat untuk menambah pengetahuan  Bergaul dengan penulis itu penting agar kita mendapatkan suntikan motivasi dan wawasan kepenulisan. Tetapi di atas semua itu, kuncinya ada pada Anda sendiri. Sepanjang Anda tidak pernah menulis maka Anda tidak akan pernah menjadi penulis. Sampai kapan? Sampai Anda mau menulis.
Ada seorang penulis sangat terkenal, namanya Laura Ingalls. Ia baru serius menulis setelah pensiun sebagai seorang guru. Ada seorang penulis asal Jombang namanya Pak Abdul Cholik. Beliau serius menulis setelah pensiun sebagai tentara. Pada mereka kita semestinya belajar. Bukan untuk menulis setelah pensiun tetapi semangat menulisnya di usia senja.
Kapan mulai menulis? Sekarang juga. Jangan menumbuhsuburkan mental menunda. Indonesia tidak cepat maju karena mentalitas menunda pekerjaan. Segera buka laptop, menulis dan terus menulis. Singkirkan semua hambatan dan tantangan. Teruslah menulis sampai nanti Anda merasakan bahwa menulis itu menyenangkan. Menulis itu memberikan banyak manfaat bagi kehidupan. Itu yang saya sebut di judul tulisan ini sebagai jalani.
Saya sering diskusi dengan banyak kawan terkait dengan dunia kepenulisan. Sungguh, inilah dunia yang sangat kaya warna. Dunia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Ada penulis yang memiliki nafas panjang, dalam arti terus menulis sepanjang hidup. Zaman berubah tetapi ia tetap menulis.
Saya mengagumi stamina menulis Fachry Ali. Beliau sudah menulis di berbagai media pada tahun 1970-an. Sampai sekarang tulisannya terus saja muncul. Perubahan zaman tidak membuat beliau berhenti menulis. Produktivitasnya cukup stabil dan membuat banyak orang mengakui konsistensi beliau dalam menekuni dunia menulis.
Saya juga sangat mengagumi sastrawan Jawa Suparto Brata. Sepanjang hidupnya, beliau terus menulis. Ratusan novel telah beliau tulis. Bahkan menjelang wafat, beliau masih sempat menulis novel. Sungguh semangat yang sangat luar biasa. Padahal, beliau hanya lulusan SMA. Di salah satu bukunya beliau menulis bahwa membaca dan menulis telah merubah nasibnya. Jika tidak membaca dan menulis, beliau berkeyakinan tidak akan bisa maju.
Dua nama ini hanyalah eksemplar, sekadar contoh. Mereka konsisten menulis sepanjang masa. Tentu, jika diidentifikasi, nama penulis yang konsisten menulis sepanjang masa sangat banyak. Mereka menulis dengan sepenuh jiwa. Tentu, mereka menikmati proses menulis. Jika tidak menikmatinya, tidak akan mungkin mereka mau menulis. Menulis dalam tekanan tidak akan pernah menghasilkan karya yang bermutu. Substansi bagian ini menegaskan bahwa setelah menjalani proses menulis, aspek yang penting adalah menikmati proses menulis itu sendiri.
Apakah para penulis yang sudah terkenal itu selalu menikmati proses menulis? Menurut saya iya. Paersoalan ada keengganan, ada kemalasan, ada kerisauan, dan berbagai persoalan lainnya, saya kira wajar. Semua orang pasti mengalaminya. Bedanya, mereka berhasil mengatasi segenap gangguan itu.
Tidak semua orang bisa menulis. Banyak yang memiliki modal untuk menulis tetapi tidak juga menulis. Mereka mampu tetapi tidak mau. Ada yang mau tetapi tidak mampu. Idealnya adalah adanya perpaduan antara mau dan mampu. Jika ini terwujud maka proses menulis berjalan lancar. Pada saat itulah apa paun dinamika dan perkembangannya, kita harus bersyukur. Bagi penulis, salah satu cara bersyukur adalah dengan menulis.
Mengapa harus terus menulis? Tentu ada banyak alasan. Saya hanya ingin mengutip pendapat seorang ahli yang menyatakan bahwa keajaiban akan ditemukan pada orang yang konsisten menjalani proses. Salam.

Trenggalek, 23 Juni 2020

 
Ngainun Naim, Dosen IAIN Tulungagung. Aktif dalam kegiatan literasi. Beberapa bukunya yang bertema literasi adalah Literasi dari Brunei Darussalam (2020),  Proses Kreatif Penulisan Akademik (2017), The Power of Writing (2015), dan Spirit Literasi: Membaca, Menulis dan Transformasi Diri (2019). Untuk komunikasi via email: naimmas22@gmail.com. WA: 081311124546.

47 komentar:

  1. saya sedang mengalami masa "jalani"
    masa yang terberatkah itu pak ...
    harus menulis meskipun tidak penting
    tapi kok ya jd beban pikiran jg

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terus saja dijalani Bu. Berlatih juga dinikmati. Tiga hal itu bukan tahapan. Kadang kita jalani, kadang kita syukuri, kadang kita nikmati. Itu rasa manusiawi yang saling bergantian, atau bersamaan.

      Hapus
  2. Praktik langsung tidak menunda, konsisten, menikmati. Terimakasih Pak🙏

    BalasHapus
  3. Hal terberat dalam menulis adalah memulainya. Biasakan diri untuk selalu menulis, insya Allah akan menjadi penulis hebat. Thanks pak.

    BalasHapus
  4. Terima kasih pak...motivasinya

    BalasHapus
  5. keajaiban akan ditemukan pada orang yang konsisten menjalani proses.

    Semoga saya nanti bisa menemukanya....

    BalasHapus
  6. Menjalani proses dengan konsistensi membutuhkan tekad yang kuat njih prof. Selalu terinspirasi dengan tulisan prof.

    BalasHapus
  7. Jangan menunda...karena sekali ditunda, maka kita ternyamankan dengan penundaan dan akhirnya tidak nulis #pengalaman pribadi

    BalasHapus
  8. Satu qoutes dari panjenengan, "Menulis membutuhkan proses. Belajar (menulis) secara terus-menerus". Noted ! Dan ini tertulis jelas di buku milik saya dengan dibubuhi qoutes dan tanda tangan mentor kepenulisan favorite.

    Terima kasih, bapak. 🙏

    BalasHapus
  9. Satu Hal lain yg sll menjadi kendala menulis adalah takut dikomentari jelek

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jika tidak ingin dikomentari bagus atau jelek maka jangan menulis he he he. Kan tidak menulis. Terus apa yang mau dikomentari?

      Hapus
  10. Trimakasih prof atas ilmunnya, sangat mengens.

    BalasHapus
  11. Semoga bisa tetap konsisten menulis seperti bapak...

    BalasHapus
  12. Sungguh tesis saya cepat rampung lantaran sering menulis di blog... bahasa perlahan bisa saya kelola dengan baik.. terimakasih Dr. Ngainun Naim motivasinya.

    BalasHapus
  13. Betul Ustadz, trimakasih selalu mensupport. Jangan pernah bosan mensupport saya, sampai saya benar-benar memulai menulis dan produktif menulis

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau Ndak nulis-nulis sing mensupport Yo kesel barang 😂😂

      Hapus
  14. Bagi saya, yang pemula ini perkenankan mengungkap tentang menulis, satu saja. Bagi saya menulis itu ibarat magnet, sebab ia mampu menarik aktivitas positif lainnya, membaca, bersyukur, belajar, menghargai waktu, berfikir dan lain-lain..
    Terimakasih telah mengajari kami membangun spirit menulis...

    BalasHapus
  15. Harus pandai-pandai meluangkan waktu...

    BalasHapus
  16. Alhamdulillah saya bersyukur Allah SWT memberi kesempatan bisa berkomunikasi dg seseorang seperti Bp. Prof Ngainun Naim..tulisannya selalu membuat inspirasi bagi saya pribadi..ibarat pemicu mesin ..selalu hadir saat dibutuhkan. .Tulisan ini kado istimewa di hari kelahiran saya 23 Juni...Terima kasih Bapak selalu menyemangati para pemula dalam kepenulisan..Semoga Allah Sang Penggenggam jiwa selalu melimpahkan karunia kesehatan dan keberkahan untuk Bapak dan Kel.

    BalasHapus
  17. Saya tertarik dari kalimat penutup tersebut memang luar biasa bila kita bisa konsisten dengan proses yang sedang dijalani. Begitu pula dengan hambatan menulis in sya Allah semua merasakan seperti yang diceritakan di atas tinggal bagaimana menyikapinya. Terima kasih pak motivasinya

    BalasHapus
  18. mantab, semoga saya bisa mengikuti jejak smangat literasi jenengan, guru. aamiin

    BalasHapus
  19. mantap, sebuah tulisan yang selalu menggugah andrenalin untuk mencoba untuk mempraktekkannya.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.