Nekad dan Semangat

Oktober 06, 2020

 

Ngainun Naim

Buku hasil nekad dalam menulis

 

Seorang kawan menghubungi saya via WA. Selain diskusi tentang beberapa hal, beliau juga bertanya tentang bagaimana saya bisa menulis catatan ringan semacam ini nyaris setiap hari. Tentu saja saya bingung menjawabnya. Saya jelaskan saja di telepon WA tersebut bahwa saya ya menulis begitu saja.

Jujur saja saya memang berusaha menulis catatan ringan semacam ini setiap saya. Beberapa waktu lalu saya menulis sebuah catatan dengan judul Menulis Itu Perjuangan. Tulisan itu intinya berkisah tentang bagaimana saya berusaha menulis di tengah berbagai kegiatan yang tidak sedikit. Jadi menulis itu bagi saya adalah sebentuk perjuangan.

Kunci penting menulis yang saya pedomani adalah nekad. Ya, saya menulis itu nekad saja. Saya kurang begitu peduli dengan kualitas. Pokoknya menulis, unggah di blog, dan sudah. Jika ada yang memberikan komentar, tentu saya bahagia sekali. Jika tidak, ya sudah. Saya percaya bahwa setiap tulisan itu memiliki takdir pembaca. Jika tidak sekarang mungkin di waktu yang lain ada yang membaca. Jika memang tidak ada yang membaca berarti itulah takdir tulisan yang saya buat.

Tulisan demi tulisan dalam bentuk catatan pendek semacam ini saya anggap sebagai tabungan. Pelan tapi pasti saya akan mengumpulkannya, mengolah, dan merangkainya menjadi sebuah buku. Ya sekadar sebagai dokumen hidup. Siapa tahu ada yang merasakan menfaat dari catatan ringan semacam ini. Jika ada kesempatan, saya akan menerbitkannya.

Semangat adalah kata lain yang membuat saya terus berusaha menulis. Saya berusaha membangun semangat dalam menulis setiap hari. Jujur ini tidak mudah. Kadang semangat tinggi dan tidak jarang semangat itu turun terjun bebas. Pada kondisi semacam inilah saya berusaha keras untuk menulis dengan membayangkan berbagai manfaat yang telah saya peroleh dari menulis.

Dua kata kunci—nekad dan semangat—yang membuat saya terus berusaha menulis. Sesungguhnya saya tidak selalu memiliki waktu luang yang memungkinkan saya untuk bebas menulis. Saya berusaha menulis di tengah-tengah berbagai hambatan dan tantangan. Seperti catatan pendek ini, saya menyelesaikannya dalam beberapa kesempatan. Memang mungkin tidak bermutu, tetapi paling tidak buat saya ini melegakan karena berarti saya telah memenuhi tugas harian saya.

 

Trenggalek, 6 Oktober 2020

27 komentar:

  1. Mantap,sangat bernas...tapi semangat tanpa pengetahuan bagaikan kuda lepas tanpa kendali kan prof??☺️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah. Semangat itu yang mengharuskan untuk juga belajar. Learning by doing.

      Hapus
  2. Setelah membaca artikel ini, aku kembali semangat berliterasi

    BalasHapus
  3. Siap berusaha mengikuti langkah-langkahnya prof...

    BalasHapus
  4. Sekarang catatan blog saya sudah 96 terbitan.. semoga bisa di rangkai ulang menjadi buku. Terimakasih motivasinya pak

    BalasHapus
  5. Kadang saat menulis dipertengahan ide² itu hilang, jadi semangat nulisnya tiba² luntur gitu aja. Bagaimana ya pak memunculkan ide yang kadang hilang dipertengahan?

    BalasHapus
  6. Nekad mjd kunci untuk komitmen menulis

    Terima kasih pak dosen...

    BalasHapus
  7. Sy kadang nulis judul dulu prof..pas ad ide...teruz ad kesibukan beraleh aktivitas...eee terlantar.smoga bisa ketularan njenengan istiqomah nulis👍🙏

    BalasHapus
  8. Betul s 7 niat kuat dan nekad itupun yg sy alami Bapak. Trima kasih sgt mwnginspirasi

    BalasHapus
  9. Bosmilah prof.. Nekad dan semangat.. Kadang tulusan yg kita anggap sampah..namun sngt bermanfaat untuk orang lain..terimakasih ..

    BalasHapus
  10. Tantangan yg berat utk menjaga konsistensi menulis setiap hari

    BalasHapus
  11. Mantabs.....menjaga dan berjuangan demi semangat menulis

    BalasHapus
  12. Nekad dan semangat, dua kata yang membuat untuk tetap konsisten dalam menulis.. Terimakasih pak..

    BalasHapus
  13. Tetap bermanfaat pak Doktor, nekat itu sulit terkalahkan

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.