Kisah Buku Dua Puluh Ribu Halaman

Januari 15, 2021

 

Ngainun Naim

 


Literasi harus terus disuarakan, disosialisasikan, dikampanyekan, dan dijadikan sebagai kebiasaan. Semakin banyak orang tahu, semakin besar peluang berkembangnya tradisi literasi. Ini merupakan investasi jangka panjang yang memiliki kontribusi penting terhadap kemajuan.

Pengetahuan dan kesadaran terhadap signifikansi literasi sesungguhnya sudah mulai terbangun. Persoalannya, jika tidak ada tindak lanjutnya maka literasi hanya akan menjadi bahan kampanye tanpa aksi. Padahal aksi jauh lebih substansi daripada sekadar provokasi.

Sebagai orang yang menyukai literasi, saya berusaha mengajak kawan-kawan di lingkungan tempat saya bekerja untuk menulis. Bisa menulis antologi, buku mandiri, atau artikel jurnal. Pokoknya menulis, titik. Soal kualitas itu biarlah waktu yang menguji. Soal manfaat, biarlah orang yang menilai.

Begitulah, ketika Bapak Wakil Rektor 3 IAIN Tulungagung, Dr. H. Abad Badruzaman, M.Ag mengajak diskusi tentang program literasi bagi mahasiswa baru, tentu saya langsung antusiasi menyambut. Saya sampaikan kepada beliau bahwa saya akan siap mendukung sepenuh-penuhnya. Program ini harus didukung demi institusi. Penerbitan SATU Press—sebelumnya bernama IAIN Tulungagung Press—siap  mewujudkan rencana yang bagus tersebut.

Tahukah apa yang kami lakukan? Mengumpulkan, mengedit, menata, dan kemudian menerbitkan buku yang sangat-sangat tebal. Seberapa tebal? Tebal banget. Dua puluh ribu halaman saudara sekalian. Persisnya 20.391 halaman. Bahkan untuk daftar isi saja tebalnya seratus halaman.

Isi buku ini adalah tulisan mahasiswa baru IAIN Tulungagung. Ya, semua mahasiswa baru saat PBAK membuat tugas menulis. Tulisan demi tulisan mereka kemudian diolah menjadi buku yang sangat-sangat tebal ini. Saya kira inilah buku super tebal dan keren karya mahasiswa yang pernah ada dalam sejarah Indonesia.

Terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Rektor IAIN Tulungagung, Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag yang selalu memberikan dukungan pada program literasi di Kampus Dakwah dan Peradaban. Selamat kepada Abah Dr. Abad Badruzaman, adik-adik mahasiswa, dan semua pihak yang berkontribusi bagi terwujudnya buku ini. Mari terus menulis demi kemajuan kita semua.

 

Tulungagung, 15-1-2021

22 komentar:

  1. Keren banget pak,, literasi tanpa aksi akan hanya jadi bahan kampanye

    BalasHapus
  2. Satu kata Wow....
    Aksi yang luar biasa

    BalasHapus
  3. Sepertinya ini masuk rekor muri Prof..

    BalasHapus
  4. Luar biasa. . senang mendengarnya, semoga semangat mereka terus berkobar untuk menulis dan akan tercipta antology ke 2 yang lebih dahsyat. . . Salam Literasi

    BalasHapus
  5. Wow keren... mendukung masuk muri... Kunjungi blog saya ya prof....hehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Bu. Sudah saya kunjungi. Tinggal konsisten mengisinya.

      Hapus
  6. Mantafff... Luar biasa... SATU memang ok

    BalasHapus
  7. Benar-benar luar biasa Bapak. Semoga berkah semuanya.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.