Momentum Kepenulisan

Februari 05, 2021

 

Ngainun Naim

 


 

Jika Anda menemukan seorang penulis yang produktif dan konsisten maka jangan dilihat hanya dari produknya. Aspek yang sesungguhnya lebih penting adalah prosesnya. Tidak ada seorang penulis yang tidak melalui proses panjang dan berkelanjutan. Penulis instan biasanya tidak akan bertahan lama. Sebagaimana hukum alam, hasil adalah akumulasi dari ikhtiar.

Tradisi menulis pada setiap orang terbangun secara khusus. Setiap penulis memiliki pengalaman unik terkait proses kepenulisannya. Satu orang penulis dengan orang lainnya memiliki perbedaan—selain tentu saja kesamaan—dalam  perjalanannya menekuni dunia literasi.

Ada aspek penting dalam menulis yang tampaknya kurang mendapatkan perhatian, yaitu momentum. Banyak orang yang memiliki minat dan potensi menulis tetapi belum menemukan momentum yang tepat untuk berkembang. Jika tidak menemukan momentum maka seumur hidup tidak akan bisa menjadi penulis yang terus tumbuh dan berkembang. Spirit menulisnya naik turun. Bisa juga justru menurun lalu hilang.

Saya pernah memiliki seorang kawan yang—menurut saya—potensi menulisnya sangat besar. Saat itu kami sama-sama sedang berproses bersama menekuni dunia menulis. Beliau memiliki tradisi membaca yang sangat kuat. Tradisi membaca ini merupakan modal yang sangat penting dalam menekuni dunia literasi. Tanpa tradisi membaca mustahil bisa menghasilkan tulisan yang bagus. Produktivitas dalam mengolah kata juga dipengaruhi oleh tradisi membaca.

Kawan saya tersebut tulisannya juga bagus. Saat itu, akhir tahun 1990-an, ukuran kualitas sebuah tulisan adalah dimuat media cetak. Beliau sudah melampauinya. Beberapa koran dan majalan telah ditakhlukkan. Tulisannya muncul secara gagah saat kawan-kawannya, termasuk saya, masih harus berhadapan dengan banyak penolakan.

Waktu terus berjalan dan kawan saya tersebut tampaknya mulai meninggalkan dunia menulis. Saya tidak tahu persis mengapa beliau tidak lagi tertarik menekuni dunia literasi. Mungkin kesibukan atau hal lainnya yang menjadi penyebab. Tampaknya beliau belum menemukan momentum untuk kembali menulis.

Momentum sungguh menentukan perjalanan kepenulisan seseorang. Mungkin ada yang kurang setuju dengan pernyataan ini. Sejauh pengamatan dan pengalaman, momentum merupakan faktor yang cukup signifikan dalam menentukan perjalanan kepenulisan.

Pandemi Covid-19 juga bisa diletakkan dalam konteks momentum ini. Sungguh pandemi telah merubah banyak hal dalam kehidupan. Banyak korban berjatuhan. Kegelisahan melanda sebagian besar masyarakat. Namun setiap situasi sesungguhnya selalu menghadirkan sisi positif dan negatif.

Pada masa pandemi ini ada fenomena yang sungguh menggembirakan, yakni tumbuh dan berkembangnya tradisi literasi. Kelas-kelas menulis tumbuh subur. Grup kepenulisan bertebaran seantero Nusantara. Penulis baru bermunculan. Pandemi yang mengharuskan orang membatasi gerak dan aktivitas justru menjadi momentum  perkembangan literasi. Buku-buku baru terbit. Menulis buku bukan lagi mimpi karena sudah banyak bukti.

17 komentar:

  1. Leres sanget dan mengembalikan semangat menulis, setelah mati surinya....itu adalah hal yang sangat sulit

    BalasHapus
  2. Ada hikmah di balik musibah. Ada pelajaran yang selalu bisa diambil dari setiap peristiwa.

    BalasHapus
  3. Quote of the day: Setiap situasi sesungguhnya selalu menghadirkan sisi positif dan negatif.

    BalasHapus
  4. Momentum memang sangat penting dalam memelihara semangat menulis. Matur nuwun untuk inspirasinya pak doktor Ngainun 🙏

    BalasHapus
  5. Memanfaatkan kesempatan selagi sering di depan laptop. Hehe

    BalasHapus
  6. Salut pak, bapak sll memotivasi kami

    BalasHapus
  7. sebenernya klo setiap ada momentum langsung ditulis itu bagus..
    cari momentum yg teoat dan mut itu yang kadang ndak met...

    BalasHapus
  8. Setuju Pak. Kita jadikan setiap momentum menjadi tulisan walaupun kadang terlewatkan.

    BalasHapus
  9. Selalu ada hal baru yang saya temukan di tulisan bapak. Terimakasih pak sangat mengisnpirasi

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.