Berpikir Terang

Maret 30, 2021

 


Oleh Ngainun Naim

 

Catatan sederhana ini berangkat dari tulisan lama AS Laksana yang dimuat Harian Jawa Pos edisi Minggu, 17 Maret 2013. Tulisan AS Laksana yang muncul setiap hari minggu di Jawa Pos adalah salah satu tulisan favorit saya. Saya sering menemukan ide, gagasan, dan pencerahan setelah menikmati paparan sastrawan kondang ini.


Gaya bahasanya memikat, dan—ini yang menurut saya penting—selalu menawarkan optimisme di tengah kondisi yang karut-marut. Pada tulisan yang berjudul ”Upaya Memberi Terang dalam Pikiran”, AS Laksana kembali mengajarkan—setidaknya kepada diri saya—tentang bagaimana agar pikiran selalu jernih. Saran yang beliau berikan sangat mendasar, yaitu bagaimana membangun perspektif tersebut sampai pada alam bawah sadar.


Saya tersentak menyimak paparan beliau. Apa yang beliau katakan sangat mendasar. Banyak orang yang ingin sukses tetapi justru menuai kegagalan karena secara tidak sadar dalam dirinya terbangun perspektif negatif. Beliau memberi contoh tentang menulis. Dengan lugas beliau menulis, ”Anda berhasrat menjadi penulis dan berulang-ulang mengeluhkan bahwa menulis itu sulit, maka keluhan tersebut hanya akan memperteguh keyakinan Anda sendiri bahwa menulis memang sulit”.


Coba Anda simak pernyataan tersebut. Banyak orang ingin sukses tetapi keyakinannya tidak kuat. Ia mudah patah semangat. Keyakinan yang tidak penuh ini menjadi modal potensial untuk menghancurkan bangunan impian kesuksesan. Karena itu, harus dibangun keyakinan kuat bahwa kesuksesan itu sangat mungkin untuk diraih.


AS Laksana memberikan saran yang sangat fundamental, yaitu, ”Saya selalu menyarankan kepada mereka yang belajar menulis untuk menanamkan kesadaran terbaik yang bisa meningkatkan kecakapan mereka. Minimum, mereka bisa menyampaikan sebelum tidur, ”Bawah sadar, bawah sadar, keluarkan dari gudangmu cerita menarik yang bisa kutulis esok pagi.”


Saran tersebut berlandaskan kepada keyakinan AS Laksana bahwa pikiran itu ia ibaratkan ”lahan subur”.  Ia bisa ditanami apa saja. Tetapi watak lahan itu pasif. Jika setelah menama sesuatu dibiarkan saja, tentu tidak akan tumbuh tanaman yang subur dan berkembang biak. Tetapi jika setelah ditanam juga dirawat, dipupuk, disemai, maka akan lahir tanaman yang subur dan memberikan hasil besar.


Oleh karena itu, kata-kata bijak AS Laksana yang saya kira sangat penting sebagai bahan refleksi bersama adalah tentang pentingnya menanamkan kesadaran terbaik. Kata Laksana, ”Menanamkan kesadaran terbaik adalah bentuk kebajikan yang bisa Anda lakukan terhadap diri sendiri. Masalahnya, orang yang memiliki niat baik cenderung kurang tekun bila dibandingkan dengan orang yang memiliki niat buruk.


Padahal, ketekunan adalah prinsip utama keberhasilan. Orang yang punya niat buruk biasanya sangat tekun menjalankan niatnya dan tidak akan pernah berhenti berupaya sebelum apa yang ia inginkan tercapai. Sebaliknya, orang yang ingin melakukan hal baik, ketika menjumpai sedikit hambatan, biasanya akan cepat patah.”


Jika orang ingin sukses, memang dibutuhkan tekad yang sangat kuat. Nasehat AS Laksana di atas mengingatkan kita kepada banyak petuah dalam ajaran agama bahwa untuk melakukan kebaikan, dibutuhkan kesabaran yang tidak kecil. Dorongan dan hasrat berbuat baik memang banyak tantangannya, sementara kejahatan biasanya didukung dengan hasrat yang kokoh.


Karena itu, jika ingin sukses dan menebarkan kebaikan, saya kira saran AS Laksana penting untuk dipertimbangkan; menjadikannya sebagai tujuan sampai pada level bawah sadar. Terima kasih banyak kepada AS Laksana atas nasehatnya yang selalu mengajak untuk ”berpikir terang”.

 

Kupang, Maret 2020

 


12 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.