Inspirator Menulis

Maret 10, 2021

 

Ngainun Naim


 

 

Menekuni dunia merangkai kata sesungguhnya bukan hal yang mudah. Orang lain mungkin melihatnya terus stabil dan konsisten. Padahal tidak. Ada dinamika, pasang surut semangat, kejenuhan, dan berbagai persoalan yang datang silih berganti. Tetapi jika terus saja ditekuni, terus berusaha, dan terus menulis maka dunia literasi menjadi dunia yang memikat.

Saya harus mengakui secara jujur bahwa saya tidak ada apa-apanya tanpa bantuan orang lain. Mereka membantu dalam inspirasi dan juga dalam aksi. Kontribusi mereka tak terhitung walaupun mungkin mereka tidak menyadarinya.

Selain guru semasa MTsN yang menginspirasi, ada beberapa orang yang memberikan jejak penting dalam menulis. Jejak itu diberikan dalam beragam bentuk. Ada bentuk teladan, cara kerja, hasil karya, dan nasihat. Mereka, disadari atau tidak, telah menanamkan motivasi menulis pada diri saya.

Semasa kuliah di Surabaya, nama yang harus saya sebut adalah Almarhum En Hidayat. Beliau merupakan kawan kos yang menekuni dunia sastra. Beliau menyemai bibit-bibit ketertarikan saya pada dunia menulis lewat bunyi mesin ketik manual yang acap memgganggu tidur, lewat duduk santai di teras kos, lewat pentas-pentas teater yang beliau sutradarai, dan lewat banyak hal. Pada Almarhum En Hidayat saya harus berterima kasih atas inspirasinya. Semoga beliau tenang di sisi-Nya.

Di Tulungagung salah satu nama yang harus saya sebut adalah Khoirudin. Senior yang kini menekuni dunia politik tersebut telah mengajari saya tentang bagaimana menulis di koran. Saya ingat persis bagaimana beliau menantang dengan memberi teladan. Beliau menulis dan dimuat di beberapa koran. Saya menjadi tertantang dan terus mencoba. Beberapa artikel dan resensi buku saya sempat 'nangkring' di Jawa Pos, Kompas, Republika, dan beberapa media massa lain. Harus saya akui dengan jujur, orang yang berjasa besar mengajarkan untuk berkompetisi di dunia media massa adalah Cak Din.

Semasa di Yogyakarta, ada banyak nama yang menginspirasi dalam menekuni dunia menulis. Mereka adalah para dosen saat kuliah di UIN Sunan Kalijaga. Saat itu nama yang paling terkenal adalah Abdul Munir Mulkhan karena nyaris setiap hari ada saja artikelnya yang dimuat di koran, tiap bulan ada bukunya yang terbit, dan selalu ada hal menarik yang membuat saya ingin menulis.

Ada sangat banyak nama lain yang membuat saya bertahan menekuni dunia menulis. Kepada mereka semua saya ucapkan terima kasih tak terkira. Semoga jasanya menjadi amal shaleh. Amin.

 

Trenggalek, 10-3-2021

24 komentar:

  1. sekali lagi, tulisan yang renyah :)

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah sangat mengapresiasi..

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah, Allah selalu hadirkan orang-orang yang menginspirasi di sekeliling kita. Terima kasih tulisannya Pak 🙏🏻

    BalasHapus
  4. Alkhmdulillah, begitu juga dengan diri saya pribadi yang mulai tertarik dengan dunia menulis dari njenengan Prof. Terimakasih dengan berbagai motivasi dan bimbingannya.

    BalasHapus
  5. Kita perlu teman dan mitra dlm hidup, rasanya selalu pas. Mantaps

    BalasHapus
  6. Putihnya beras secara alami karena gesekan dengan beras di sekitarnya...
    Semoga akan tetap menginspirasi...
    Aamiin... Matur sembah nuwun...

    BalasHapus
  7. Sungguh dulu serius bianget dan ternyata di balik itu sangat familiar seiring karya yang semakin gemilang 🙏👍👍

    BalasHapus
  8. Inspirasi hadir dari siapa saja, dikana saja, dan kapan saja. Prof Naim juga inspirasi bagi banyak penulis lainnya....

    BalasHapus
  9. Nampaknya tak salah saya mempunyai guru yang satu ini, penuh inspirasi untuk mengembangkan diri menggapai prestasi yang sudah teruji, sanadnya pun ahlinya ahli.

    BalasHapus
  10. mingkin bagi mas Prof. bukan apa" , tp bagi saya khususnya adalah spirit yg luar biasa, jarang ada motifator skaligus dosen seperti jenengan, denganmu saya bersemangat, dengan keihlasanmu saya punya minat menulis. hmmm..

    BalasHapus
  11. nama besar semua, semoga bisa meneladani

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.