"Mencicipi" Kitab Kehidupan

Mei 26, 2021

 


Ngainun Naim

 

Sudah hampir jam 20.00 WIB saat saya sampai di rumah pada hari Selasa 25 Mei 2021. Tubuh lumayan lelah setelah seharian menjalani aneka kegiatan. Sebenarnya jika tidak ada kegiatan lain, saya lebih suka segera pulang dan berkumpul dengan anak-anak dan istri. Tapi jika ada kegiatan lain ya harus dijalani sebagai bentuk tanggung jawab sosial.

Sejauh perenungan saya, hidup itu kadang memang persoalan sudut pandang. Jadi bukan pada pilihan tetapi lebih pada bagaimana memahami dan menjalani sebuah keadaan. Jika perspektifnya tepat maka tanpa perlu lagi untuk memilih sebuah keadaan.

Sesampai di rumah saya segera mandi, shalat isyak, dan makan malam. Belum sampai saya beranjak tiba-tiba Anak Mbarep datang dengan sebuah paket. Ia bilang kalau datangnya sore hari.

Saya baca pengirimnya Pak Much. Khoiri. Saya segera tahu kalau isinya buku terbaru beliau yang berjudul Kitab Kehidupan. Ya, beberapa hari sebelumnya beliau meminta alamat saya untuk mengirimkan buku ini.

Buku terbaru Pak Emcho—sapaan akrab saya kepada Pak Much. Khoiri—diterbitkan oleh Genta Group Production (2021). Masih baru. Fresh from the oven. Covernya unik, sungguh unik. Saya beruntung sekali mendapatkan kiriman buku ini karena kebetulan diminta oleh beliau untuk menulis endorsement.

Sejak menekuni dunia menulis saya merasakan banyak sekali manfaat. Saya sering mendapatkan ilmu secara gratis. Juga tentu saja buku gratis hanya karena membuat endorsement atau kata pengantar.

Saya tidak sabar untuk segera “mencicipi” buku terbaru Pak Emcho ini. Namanya juga “mencicipi” tentu hanya menikmati sebagian kecil saja. Paling tidak saya bisa merasakan lezatnya sajian buku ini meskipun hanya sedikit saja.

Tangan saya segera bergerak membuka daftar isi. Mata saya tetiba tertuju ke Bab I nomor 7. Di situ tertera judul “Sederhana di Era Ekstasi Gaya Hidup”. Saya segera menuju ke halaman 29. Saya baca pelan-pelan, saya renungkan maknanya dan konteksnya. Saya terhenyak. Ada begitu banyak hikmah dan makna yang diuraikan oleh Pak Emcho. Buku ini menurut saya menyuguhkan sesuatu yang benar-benar berbeda dibandingkan buku-buku Pak Emcho sebelumnya.

Saya mencatat betul bahwa kata kunci untuk menjalani hidup sederhana adalah secukupnya dan fungsional. Terlihat sederhana tetapi sesungguhnya kaya makna. Jika kita mampu menjalani hidup dengan mengacu pada dua kata kunci tersebut, hidup ini akan terasa indah. Secukupnya itu—menurut saya—serangkai dengan bersyukur dengan apa yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Titik pijak pada dua kata kunci tersebut menjadikan kita menjalani hidup secara otentik. Kita tidak terjebak pada pencitraan (imej), mencari kenikmatan semu, memburu kebahagiaan ilusif (palsu), dan mudah terbujuk pada daya tarik pseudorasional (di luar nalar). Sekarang ini begitu banyak orang yang hidupnya berantakan karena mengejar citra. Demi citra, hutang dilakukan. Demi citra rela berhutang yang tidak fungsional.

Terlalu banyak contoh yang tersaji terkait fenomena gaya hidup berbasis pencitraan ini. Juga terlalu banyak kasus bagaimana orang begitu mudah terbujuk pada hal-hal yang pseudorasional. Lihat saja bagaimana orang begitu mudah terbujuk untuk ikut investasi yang menjanjikan laba luar biasa tetapi berujung petaka. Ah, terlalu banyak contoh yang ada di sekitar kita.

Saya baru membaca satu judul saja tetapi sudah menemukan banyak sekali hikmah kehidupan. Menurut saya, buku ini—meskipun ditujukan untuk usia 40-an sebagaimana penjelasan Pak Emcho—cocok untuk semua usia. Saya membayangkan buku ini laiknya buku Hamka Tasawuf Modern atau buku sejenis yang lainnya. Buku ini memang tidak langsung berbicara tentang tasawuf tetapi substansinya bernuansa sufistik.

Selamat Pak Emcho atas terbitnya buku bermutu ini. Semoga laris manis. Pembaca sekalian tidak akan rugi membeli buku ini. Saya baru membaca satu judul saja sudah terinspirasi. Selanjutnya saya akan ngemil membaca buku ini. Saya ingin menikmatinya sedikit demi sedikit dan menikmati kelezatan kandungannya.

 

Trenggalek, 26-5-2021

 

14 komentar:

  1. Luar biasa. Catatan yg sangat bagus, seperti biasanya. Matur nuwun sanget, Mas Doktor. Barakallah

    BalasHapus
  2. Websitenya keren amat Prof. Tampilannya menarik

    BalasHapus
  3. Mantab, baru incip tapi sudah serasa menikmati semua hidangan. Jadi penasaran.....

    BalasHapus
  4. Maturnuhun Pak Naim... Pengantar luar biasa

    BalasHapus
  5. Walau mencicipi berharap dapat berkahnya. Bagus isi hikmahnya. Salam.literasi Pak

    BalasHapus
  6. Semoga bukunya memberikan hikmah kepada para pembaca. Buku yg luar biasa

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.