Menulis tentang Lebaran

Mei 28, 2021


 

Ngainun Naim

 

Kang Maman menulis sebuah buku menarik tentang menulis dengan judul Aku Menulis Maka Aku Ada (Yogyakarta: DIVA Press, 2020). Buku ini membahas banyak aspek tentang menulis. Satu rumus menulis yang berulang-ulang disebut oleh Kang Maman dalam buku ini adalah pentingnya praktik menulis. Menurut Kang Maman, menulis adalah proses praktik yang dilakukan secara terus-menerus. Jika hanya memelototi kertas kosong maka hasilnya juga kosong. Tidak akan ada tulisan yang dihasilkan.

Saya cukup terkesan dengan pendapat Kang Maman tersebut. Menulis itu bukan sekadar berpikir tetapi terus praktik tanpa henti. Lewat jalan panjang dan penuh perjuangan maka seseorang akan bisa menjadi penulis dalam makna yang sesungguhnya.

Rumus Kang Maman ini penting untuk direnungkan oleh siapa pun yang menekuni dunia menulis. Bukan hanya untuk penulis pemula tetapi untuk semua penulis. Berpikir itu penting tetapi berpikir tentang apa yang akan ditulis tidak akan membuat seseorang bisa menulis. Menulis itu bukan cuma berpikir tetapi beraksi. Berpikir penting tetapi harus ada tindak lanjut dalam tindakan.

Lebaran merupakan momentum yang sangat berarti bagi umat Islam. Dua kali lebaran kita laksanakan dalam suasana berbeda, yakni tahun 2020 dan 2021. Pandemi membuat interaksi antar sesama menjadi terbatas. Tidak bisa lagi bebas. Demi keselamatan, lebaran dilaksanakan dengan tetap mematuhi protokol Kesehatan.

Lebaran penting, merayakannya penting, namun mematuhi protokol kesehatan juga penting. Apa artinya bersilaurrahim jika kemudian justru mendatangkan sakit. Jalan tengahnya adalah silaturrahim dengan taat aturan protokol kesehatan.

Pengalaman lebaran sesungguhnya merupakan sumber tulisan yang melimpah ruah. Bagi yang menekuni dunia menulis, lebaran adalah sumber ide yang bisa dikemas secara menarik. Aspek yang berbeda antara penulis dan bukan penulis adalah kemampuan mengemas fenomena biasa menjadi menarik dalam bentuk tulisan.

Saya pernah menulis tentang kondisi lingkungan di sekitar rumah saya saat menjelang lebaran. Jalanan di gang rumah saya penuh dengan warna-warni bendera dan lampion. Sungguh indah dan menarik. Sebuah pemandangan yang mencerminkan suka cita dalam menyambut lebaran. Ya, situasi lingkungan menyambut lebaran bisa ditulis secara apa adanya.

Sekarang ini era pandemi. Anda sekalian bisa menulis suasana lebaran di era pandemi ini. Bagaimana masyarakat menyikapi lebaran di era pandemi ini? Apakah situasinya sama dengan sebelum pandemi ataukah berbeda? Kalau sama, bagaimana mereka menyikapi pandemi? Kalau berbeda, apa yang berbeda?

Pertanyaan demi pertanyaan dapat disusun secara sistematis. Setiap pertanyaan dijawab satu paragraph terdiri dari 3-8 kalimat. Setelah selesai dijawab kemudian diedit. Beberapa bagian yang kurang sinkron disambungkan. Kesalahan ketik diperbaiki. Begitulah, sebuah tulisan tentang suasana lebaran telah selesai.

Intinya adalah kemauan untuk menulis. Tanpa kemauan, tulisan tidak akan jadi. Adanya hanya angan-angan dan layar komputer yang tetap kosong tanpa ada tulisan.

Bagi Anda yang telah terlatih untuk menulis, suasana lebaran bisa menjadi satu buku tersendiri. Ya, Anda bisa membuat daftar tentang apa saja yang bisa ditulis di situasi lebaran. Jika Anda bisa membuat sekitar 30 judul, lalu setiap judul Anda isi dengan tulisan sepanjang 2-3 halaman maka satu buku utuh akan Anda miliki.

Menulis adalah dokumentasi ide. Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari aktivitas menulis yang dilakukan secara konsisten. Manfaat itu tidak harus berupa uang atau hal-hal yang bersifat fisik-material. Memang uang dan materi itu penting tetapi itu bukan segalanya.

Mari kita tata niat. Menulis adalah menulis. Mari terus jaga spiritnya. Terus saja menulis. Saya percaya jika aktivitas menulis dilakukan secara konsisten, manfaatnya sangat besar. Bisa manfaat sosial berupa pertemanan yang luas, manfaat psikologis berupa kelegaan karena berhasil menulis, bisa manfaat berupa keterampilan menuangkan ide dalam bentuk tulisan, bisa manfaat berupa kepercayaan dari pihak yang butuh kita dampingi dalam menulis, bisa manfaat berupa kelancaran kita memenuhi syarat untuk kenaikan pangkat, dan banyak lagi manfaat yang bisa kita identifikasi satu demi satu.

Tidak perlu banyak berdebat. Mari menulis dan terus menulis. Buktikan saja nanti manfaat apa saja yang akan Anda peroleh. Salam.

 

Tulungagung, 25-5-2021

2 komentar:

  1. Menulis adalah dokumentasi ide. Leres niki Prof... Selalu berusaha mendokumentasikan setiap ide dan pengalaman

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.