Akhirnya Menginjakkan Kaki di Papua

Juli 29, 2022

Resto & Cafe Rumah Laut Jayapura 

 

Ngainun Naim

 

Salah satu propinsi yang belum saya kunjungi adalah Papua. Karena itu saya cukup senang ketika ada kegiatan KKN Nusantara Kolaborasi Moderasi Beragama Kementerian Agama yang diadakan di Papua. Ini merupakan kesempatan untuk mengetahui dan mengeksplore wilayah Indonesia paling ujung tersebut.

Saya berkesempatan mengantar dua mahasiswa yang lolos menjadi peserta, yaitu Ifa Rosyida dan Achmad Affandi. Selain mengantar mahasiswa, saya juga hadir dalam kapasitas sebagai Ketua Forum LP2M PTKIN. KKN ini melibatkan seluruh PTKIN. Di Papua kami akan melaksanakan koordinasi berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi LP2M.

Kegiatan saya diawali hari Jumat tanggal 15 Juli 2022 dan sampai di rumah hari Senin tanggal 18 Juli 2022. Total 4 hari sejak berangkat sampai pulang. Tidak terlalu lama tetapi cukup sebagai obat rasa ingin tahu.

Berfoto bersama Wakil Rektor 3 UIN SATU Tulungagung

 

 

Perjalanan Panjang

Kami berangkat dari UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung pada hari Jumat 15 Juli 2022 pukul 14.00 WIB. Perjalanan ke Bandara Juanda cukup lancar meskipun jalanan cukup padat. Biasanya 2,5 jam sampai tapi sore itu nyaris 4 jam.

Segera saya mengajak mahasiswa untuk check in. Saya menjelaskan satu demi satu terkait prosesnya mengingat ini merupakan pengalaman pertama mereka terbang. Paling tidak jika mereka nanti melakukan perjalanan sendiri, sudah bisa.

Pesawat yang kami naiki dari Juanda ke Makassar adalah Batik Air ID-6183. Pesawat mulai terbang pukul 20.10 dan sampai di Bandara Hasanuddin pukul 22.55. Total waktu perjalanan sebenarnya 1 jam 45 menit. Namun begitu sampai Makasar kita masuk WITA. Jadi otomatis bertambah 1 jam.

Transit tengah malam di Makassar
 

Kami harus menunggu sekitar dua jam di Bandara yang mewah ini. Problemnya saat itu tengah malam. Mau tidur jelas tidak mungkin. Maka kami pun berbincang sambil menunggu boarding.

Bandara Sentani Jayapura

 

Perjalanan panjang dari Makassar menuju Jayapura seperti tidak terasa karena saya tidur. Saya bangun menjelang subuh. Shalat subuh dilakukan di pesawat.

Kami landing pukul 06.30. Setelah menunggu bagasi kami segera ke luar. Penjemput sudah siap mengantar ke lokasi. Nama yang menjemput adalah Supriyanto.

Dari namanya jelas nama Jawa. Istri beliau orang Blitar tapi sudah wafat setahun lalu karena sakit. Namun demikian karena besar di Papua, beliau kurang lancar berbahasa Jawa.

 

Menjelajahi Beberapa Sudut

Aspek pertama yang segera saya sampaikan ke Mas Supriyanto adalah ajakan untuk mencari sarapan. Mas Supriyanto menawarkan Warung Padang M Rajo Razzo. Warung ini berada di pinggir jalan Sentani Jayapura.

Utamakan sarapan

 

Saya mengiyakan saja. Berjam-jam tanpa asupan makanan berat rasanya luar biasa. Kami pun sarapan dengan lezatnya.

Usai sarapan kami melanjutkan perjalanan menuju IAIN Fatahul Muluk. Sepanjang perjalanan Mas Supriyanto bercerita tentang banyak hal. Saya menikmati ceritanya. Tentu juga menikmati pemandangan sepanjang perjalanan.

Sampai di lokasi kami disambut Pak Syukri, Sekretaris LP2M. Mahasiswa diarahkan ke tempat menginap. Saya diantar ke rumah Pak Dr. Suparto Iribaram yang ada di dalam lingkungan kampus.

Di rumah ini kami berbincang tentang banyak hal. Satu demi satu tamu datang dan pergi. Mereka adalah peserta dan pengantar KKN Nusantara.

 

Sendok dalam Gelas Panas

Jam 12.30 Pak Suparto mengajak saya dan teman untuk makan siang. Saya tidak tahu pasti tujuannya. Intinya beliau mengajak kami ke Jayapura.

Bayangan saya tentang Jayapura yang masih sederhana ternyata salah. Jayapura sudah menjadi kota metropolis. Gedung-gedung menjulang tinggi. Mall dan banyak identitas kota besar sudah bertebaran di sudut-sudut kota.

Mobil berhenti di sebuah tempat makan. Namanya Resto & Cafe Rumah Laut. Posisinya persis di bibir pantai. Sangat eksotik.

Ritual wajib: foto

 

Kami masuk dan mengambil posisi duduk yang nyaman. Saya mengamati hal unik yang berbeda di sini. Pertama-tama disajikan kacang goreng sebagai menu pembuka. Padahal kami tidak pesan. 

Menu pembuka

 

Hal kedua yang saya amati adalah gelas panas berisi sendok. Rupanya ini upaya sterilisasi. Cukup bagus untuk membersihkan sendok dari kuman atau bibit penyakit.

Gelas, air panas, dan sendok-garpu

 

Menu yang disajikan cukup variatif. Saya tidak memiliki pilihan. Hanya ikut pilihan Pak Suparto Iribaram saja.

Rupanya pilihan saya tepat. Makan siang sungguh nikmat. Terima kasih Pak Suparto atas traktirannya.

Kami kemudian melanjutkan perjalanan menyusuri tempat-tempat tertentu di Jayapura. Ada Jembatan Merah, Teluk Humbold Bay, dan beberapa sudut lain Jayapura. Meskipun capek, saya menikmati setiap etape perjalanan pada Sabtu sore itu.

 

Tulungagung, 29-7-2022

 

 

 

26 komentar:

  1. kalau ke nabire papua akan lebih seru lagi perjalanannya Prof.

    BalasHapus
  2. Ada danau Sentani terhampar berhias Bukit Teletabis yang indah prof

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Sayang belum sempat mengunjungi Bukit Teletubis

      Hapus
  3. Alhamdulillah Indonesia Timur makin berkembang

    BalasHapus
  4. Prof Naim, sampai juga ke Papua insyaallah saya kesana tahun depan..Ada adik sepupu disana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bu. Semoga Bu Kanjeng nanti lancar perjalanannya

      Hapus
  5. Sampai juga di ujung timur Indonesia (sisi utara) Prof...
    Alhamdulillah saya sempat juga menginjakkan kaki di sana.

    BalasHapus
  6. Subhanallah sudah maju Papua trimakasih infonya prof. Semoga tetap sehat

    BalasHapus
  7. Terima kasih atas kisah perjalanannya. Semoga Allah ta'ala memberi prof sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamin

    BalasHapus
  8. Saya membacanya seperti sedang berada di sana😁 Luar biasa Prof🙏

    BalasHapus
  9. Masya Alloh..
    Dari Sumatra Barat melaju ke bumi Cendrawasih..
    Sehat - sehat Prof..

    BalasHapus
  10. Seru ceritanya prof, jadi banyak belajar menulis traveler

    BalasHapus
  11. Luar biasa Prof Naim di tunggu kunjungan berikut untuk mengeksplor lebih banyak lagi🙏🙏🙏

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.