Akhirnya Menginjakkan Kaki di Papua
Ngainun Naim
Salah satu propinsi yang belum saya kunjungi adalah Papua. Karena itu saya cukup senang ketika ada kegiatan KKN Nusantara Kolaborasi Moderasi Beragama Kementerian Agama yang diadakan di Papua. Ini merupakan kesempatan untuk mengetahui dan mengeksplore wilayah Indonesia paling ujung tersebut.
Saya berkesempatan mengantar dua mahasiswa yang lolos menjadi peserta, yaitu Ifa Rosyida dan Achmad Affandi. Selain mengantar mahasiswa, saya juga hadir dalam kapasitas sebagai Ketua Forum LP2M PTKIN. KKN ini melibatkan seluruh PTKIN. Di Papua kami akan melaksanakan koordinasi berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi LP2M.
Kegiatan saya diawali hari Jumat tanggal 15 Juli 2022 dan sampai di rumah hari Senin tanggal 18 Juli 2022. Total 4 hari sejak berangkat sampai pulang. Tidak terlalu lama tetapi cukup sebagai obat rasa ingin tahu.
Perjalanan Panjang
Kami berangkat dari UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung pada hari Jumat 15 Juli 2022 pukul 14.00 WIB. Perjalanan ke Bandara Juanda cukup lancar meskipun jalanan cukup padat. Biasanya 2,5 jam sampai tapi sore itu nyaris 4 jam.
Segera saya mengajak mahasiswa untuk check in. Saya menjelaskan satu demi satu terkait prosesnya mengingat ini merupakan pengalaman pertama mereka terbang. Paling tidak jika mereka nanti melakukan perjalanan sendiri, sudah bisa.
Pesawat yang kami naiki dari Juanda ke Makassar adalah Batik Air ID-6183. Pesawat mulai terbang pukul 20.10 dan sampai di Bandara Hasanuddin pukul 22.55. Total waktu perjalanan sebenarnya 1 jam 45 menit. Namun begitu sampai Makasar kita masuk WITA. Jadi otomatis bertambah 1 jam.
Kami harus menunggu sekitar dua jam di Bandara yang mewah ini. Problemnya saat itu tengah malam. Mau tidur jelas tidak mungkin. Maka kami pun berbincang sambil menunggu boarding.
Perjalanan panjang dari Makassar menuju Jayapura seperti tidak terasa karena saya tidur. Saya bangun menjelang subuh. Shalat subuh dilakukan di pesawat.
Kami landing pukul 06.30. Setelah menunggu bagasi kami segera ke luar. Penjemput sudah siap mengantar ke lokasi. Nama yang menjemput adalah Supriyanto.
Dari namanya jelas nama Jawa. Istri beliau orang Blitar tapi sudah wafat setahun lalu karena sakit. Namun demikian karena besar di Papua, beliau kurang lancar berbahasa Jawa.
Menjelajahi Beberapa Sudut
Aspek pertama yang segera saya sampaikan ke Mas Supriyanto adalah ajakan untuk mencari sarapan. Mas Supriyanto menawarkan Warung Padang M Rajo Razzo. Warung ini berada di pinggir jalan Sentani Jayapura.
Saya mengiyakan saja. Berjam-jam tanpa asupan makanan berat rasanya luar biasa. Kami pun sarapan dengan lezatnya.
Usai sarapan kami melanjutkan perjalanan menuju IAIN Fatahul Muluk. Sepanjang perjalanan Mas Supriyanto bercerita tentang banyak hal. Saya menikmati ceritanya. Tentu juga menikmati pemandangan sepanjang perjalanan.
Sampai di lokasi kami disambut Pak Syukri, Sekretaris LP2M. Mahasiswa diarahkan ke tempat menginap. Saya diantar ke rumah Pak Dr. Suparto Iribaram yang ada di dalam lingkungan kampus.
Di rumah ini kami berbincang tentang banyak hal. Satu demi satu tamu datang dan pergi. Mereka adalah peserta dan pengantar KKN Nusantara.
Sendok dalam Gelas Panas
Jam 12.30 Pak Suparto mengajak saya dan teman untuk makan siang. Saya tidak tahu pasti tujuannya. Intinya beliau mengajak kami ke Jayapura.
Bayangan saya tentang Jayapura yang masih sederhana ternyata salah. Jayapura sudah menjadi kota metropolis. Gedung-gedung menjulang tinggi. Mall dan banyak identitas kota besar sudah bertebaran di sudut-sudut kota.
Mobil berhenti di sebuah tempat makan. Namanya “Resto & Cafe Rumah Laut”. Posisinya persis di bibir pantai. Sangat eksotik.
Kami masuk dan mengambil posisi duduk yang nyaman. Saya mengamati hal unik yang berbeda di sini. Pertama-tama disajikan kacang goreng sebagai menu pembuka. Padahal kami tidak pesan.
Hal kedua yang saya amati adalah gelas panas berisi sendok. Rupanya ini upaya sterilisasi. Cukup bagus untuk membersihkan sendok dari kuman atau bibit penyakit.
Menu yang disajikan cukup variatif. Saya tidak memiliki pilihan. Hanya ikut pilihan Pak Suparto Iribaram saja.
Rupanya pilihan saya tepat. Makan siang sungguh nikmat. Terima kasih Pak Suparto atas traktirannya.
Kami kemudian melanjutkan perjalanan menyusuri tempat-tempat tertentu di Jayapura. Ada Jembatan Merah, Teluk Humbold Bay, dan beberapa sudut lain Jayapura. Meskipun capek, saya menikmati setiap etape perjalanan pada Sabtu sore itu.
Tulungagung, 29-7-2022
kalau ke nabire papua akan lebih seru lagi perjalanannya Prof.
BalasHapusSemoga ada kesempatan ke Nabire
HapusMantab prof...
BalasHapusTerima kasih Ustadz Dr
HapusAda danau Sentani terhampar berhias Bukit Teletabis yang indah prof
BalasHapusBetul. Sayang belum sempat mengunjungi Bukit Teletubis
HapusAlhamdulillah Indonesia Timur makin berkembang
BalasHapusAmin
HapusProf Naim, sampai juga ke Papua insyaallah saya kesana tahun depan..Ada adik sepupu disana
BalasHapusIya Bu. Semoga Bu Kanjeng nanti lancar perjalanannya
HapusSampai juga di ujung timur Indonesia (sisi utara) Prof...
BalasHapusAlhamdulillah saya sempat juga menginjakkan kaki di sana.
Iya Mas. Pengalaman mengesankan
HapusSubhanallah sudah maju Papua trimakasih infonya prof. Semoga tetap sehat
BalasHapusAmin. Terima kasih atas doanya
HapusTerima kasih atas kisah perjalanannya. Semoga Allah ta'ala memberi prof sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamin
BalasHapusAmin. Terima kasih.
HapusAlhamdulilah slmt Prof.
BalasHapusTerima kasih Pak Haji
HapusSaya membacanya seperti sedang berada di sana😁 Luar biasa Prof🙏
BalasHapusTerima kasih
HapusMasya Alloh..
BalasHapusDari Sumatra Barat melaju ke bumi Cendrawasih..
Sehat - sehat Prof..
Amin. Terima kasih doanya Bu
HapusSeru ceritanya prof, jadi banyak belajar menulis traveler
BalasHapusterima kasih
HapusLuar biasa Prof Naim di tunggu kunjungan berikut untuk mengeksplor lebih banyak lagi🙏🙏🙏
BalasHapusAmin
Hapus