Persahabatan, Pertemuan, dan Kesan Mendalam di Bondowoso

Agustus 08, 2022


 

Ngainun Naim

 

Kabupaten Bondowoso yang berada di wilayah timur—hampir ujung—Pulau Jawa belum pernah saya kunjungi. Jika sekadar lewat seingat saya memang pernah, tapi berhenti beberapa saat belum pernah sekalipun. Rasanya aneh juga sebagai orang Jawa Timur tetapi belum mengunjungi sebuah kabupaten dalam satu propinsi. Padahal ada juga beberapa kabupaten yang saya belum pernah menginjakkan kaki.

Tanggal 6-7 Agustus 2022 komunitas menulis Sahabat Pena Kita (SPK) punya hajat di Bondowoso. Acaranya adalah Kopdar ke-9. Lokasinya di PP Al-Ishlah Desa Dadapan Kecamatan Grujukan Kabupaten Bondowoso.

Sebagai penasihat SPK tentu saya harus hadir. Ini bagian dari komitmen untuk merawat kebersamaan sekaligus menjaga agar literasi semakin tumbuh berkembang. Setiap kehadiran dalam pertemuan literasi selalu menghadirkan spirit dalam diri untuk berkarya dan bersahabat. Ini sejalan dengan nama komunitas: Sahabat Pena Kita (SPK).

Ada 10 orang dari Tulungagung yang ikut berangkat dalam kegiatan kali ini plus satu driver. Kami menyewa Elf. Hari Jumat 5 Juli 2022 Pukul 11.00 WIB kami berangkat dari UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Makan siang di Jalibar Malang

Sungguh panjang jalanan yang harus dilewati. Kami berhenti dua kali. Pertama di Warung Lumayan 3 yang ada Jalan Jalibar Malang. Kedua di Warung Blitar yang lokasinya setelah PLTU Paiton Probolinggo. Asumsi awal kami perjalanan ya sekitar 6-7 jam, tetapi sampai 10 jam baru sampai. Memang capek tetapi harus disyukuri. Jika bukan karena SPK, mungkin saya belum menginjakkan kaki di Bondowoso.

Berdasarkan informasi Mas Febri Suprapto yang merupakan panitia acara, kami memang disarankan lewat Besuki via Arak-Arak. Jalur ini lebih pendek untuk sampai lokasi acara daripada via Jember. Namun jalanan cukup padat sehingga kami juga tidak bisa cepat sampai. Tidak apa-apa yang penting sampai di tujuan dengan selamat.

 

Sambutan Luar Biasa

Pukul 21.00 WIB kami sampai di Pondok Pesantren Al-Ishlah yang ada di Desa Dadapan Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. Lokasinya persis di seberang kantor Kecamatan Grujugan. Dari Alun Alun Bondowoso hanya beberapa kilometer saja.

Kesan pertama masuk pesantren ini adalah mewah. Ya, bangunan demi bangunan mulai pintu gerbang sampai ruang tamu sungguh mewah. Lampu di berbagai sudut menambah kesan eksotis.

 Makanan lezat

Kami semua disambut di ruang tamu yang tidak kalah mewah. Mas Febri dan Ustadzah Afifah menemani kami berbincang-bincang. Dari perbincangan singkat ini saya mendapatkan informasi awal tentang Al-Ishlah yang luar biasa.

Sesungguhnya baru beberapa jam sebelumnya kami makan. Namun tuan rumah menyediakan makan malam luar biasa. Kami pun menikmati sajian sangat lezat yang melimpah di ruang makan.

 

Berjumpa Kawan-kawan

Perjalanan panjang dari Tulungagung menuju Bondowoso membuat tubuh penat. Ditambah masuknya asupan makanan membuat mata semakin menurun kemampuan meleknya. Usai makan Mas Febri mengantar kami ke tempat yang memang disediakan untuk istirahat.

 Bersama Pak Emcho dari Universitas Negeri Surabaya

Saya segera membawa barang ke kamar istirahat bernomor 202. Lokasinya berhadapan dengan ruang tamu tempat kami dijamu. Setelah membersihkan badan dan shalat saya berbaring. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Istirahat sesegera mungkin saya lakukan agar tubuh tetap prima karena besok masih harus melakukan aktivitas yang padat.

Tidak butuh waktu lama untuk terlelap sampai ketukan pintu membangunkan tidur saya. Rupanya Pak Much. Khoiri—Penasihat SPK dan dosen Universitas Negeri Surabaya—dan Dr. M. Arfan Mu'ammar—Ketua Umum SPK—yang datang. Rasa kantuk lenyap seketika. Kami pun segera terlibat dalam perbincangan yang hangat.

Jam 00.00 WIB baru saya terlewati. Kami bersepakat untuk mengakhiri perbincangan meskipun ada banyak hal yang ingin didiskusikan. Jika tidak ada kesepakatan, bisa sampai pagi kami terlibat dalam diskusi. Kami pun segera masuk kea lam mimpi masing-masing.

Saya bangun pukul 03.50 WIB. Segera saya mengambil air wudhu dan shalat dua rakaat. Setelah itu saya melihat HP. Rupanya ada miscall dari Mas Agung Nugroho Catur Saputra—anggota SPK dari Solo—yang tertahan di gerbang. Tidak seberapa lama kemudian beliau mengetuk pintu kamar. Rupanya beliau sudah bisa masuk. Kamar kembali riuh dengan perbincangan sampai kemudian kami shalat subuh. Usai subuh kami kembali melanjutkan mimpi karena volume tidur yang memang masih minim.

Pukul 05.40 WIB kami terbangun dan bergantian mandi. Tepat pukul 07.00 WIB Mas Febri memberikan informasi bahwa sarapan sudah siap. Kami pun segera sarapan.

Sungguh menu yang disajikan sangat lezat. Sambalnya khas. Sayur, gorengan, dan yang pasti sambalnya yang lezat menggoda. Kami semua makan dengan sangat lezatnya. Sambalnya memang pedas tetapi habis juga he he he.

 

Sowan KH Thoha Yusuf Zakaria

Agenda setelah makan adalah sowan KH Thoha Yusuf Zakaria yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Al Ishlah. Ketika kami datang yang menerima adalah putra sulung beliau yang sedang pulang dari studi di Madinah karena Abinya sedang menunaikan ibadah haji. Kami pun berbincang tentang beberapa hal sampai KH Thoha Yusuf Zakaria menemui kami. 

 Sowan KH Toha Yusuf Zakaria

KH Thoha Yusuf Zakaria sangat ramah. Sungguh adab beliau sangat mulia. Saat bersalaman beliau langsung menyebut nama kami karena kebetulan saya dan Pak Arfan Namanya terpampang di flyer. Kami kemudian dipersilahkan duduk. Beliau baru beberapa hari pulang dari menjalankan ibadah haji.

Kami lebih banyak mendengarkan petuah-petuah beliau. Salah satu yang saya ingat adalah pentingnya mendukung dan menghargai aktivitas dakwah yang ada. Tidak perlu menyalahkan satu sama lain karena masing-masing memiliki peranan penting dalam menyebarkan ajaran Islam secara luas.

KH Thoha Yusuf Zakaria membagi dakwah menjadi tiga. Pertama, dakwah bil lisan. Inilah dakwah yang cukup banyak dilakukan. Ceramah menjadi dakwah yang cukup popular di kalangan kita. Kedua, dakwah bil qalam, yaitu dakwah dengan pena sebagaimana yang dilakukan oleh komunitas Sahabat Pena Kita (SPK). Ketiga, dakwah bil qadam, yaitu dakwah dengan mobilitas dari pintu ke pintu sebagaimana yang dilakukan oleh Jamaah Tabligh.

Selain itu beliau menyoroti fenomena yang sedang aktual, yakni banyaknya orang yang mengaku sebagai kiai. Pengasuh PP Al Ishlah ini menyebut bahwa Kiai itu sesungguhnya adalah akronim dari: Kamilul Ilmi, Kamilul Akhlak, dan Kamilul Imamah. Jadi kiai itu ilmunya mantap, akhlaknya tinggi, dan leadership-nya juga bagus.

Jarum jam sudah melewati angka 08.00 WIB. Kami pamit dan bersiap menuju lokasi acara di Gedung Serba Guna (GSG). Saya harus kembali ke kamar untuk mengambil laptop sebelum menyusul kawan-kawan yang sudah lebih dulu masuk ke ruang acara.

 

Berjumpa M. Nurroziqi

Namanya M. Nurroziqi. Saya pertama kali mengenalnya dalam sebuah acara di Tuban kisaran tahun 2015 atau 2016. Persisnya saya lupa. Setelah itu kami bertemu beberapa kali di komunitas kepenulisan.

                                                                Bersama M. Nurroziqi

 Lama sekali kami tidak berjumpa sampai saya agak terkejut ketika duduk di kursi Seminar SPK terlihat M. Nurroziqi duduk berdampingan dengan Ahmad Fahrudin. Ternyata sekarang beliau tinggal di Jember. Istrinya memang berasal dari Jember.

Bahagia sekali berjumpa kawan lama. Seusai acara saya salaman dan rangkul beliau. Tidak lupa juga berfoto. Dalam perjalanan keluar ruangan kami berbincang-bincang. Sayang beliau harus segera pulang sehingga tidak bisa melanjutkan lagi kebersamaan. Semoga beliau sukses di tempat baru, dengan status barunya. Oh ya, beliau telah menerbitkan banyak buku di penerbit nasional Quanta Jakarta. Silahkan ketik M. Nurroziqi maka Anda akan menemukan buku-buku karyanya.

 

Seminar yang Membahagiakan

Puluhan santri duduk rapi di ruangan SBG PP Al Islah. Begitu masuk ruangan saya langsung dipersilahkan duduk di depan. Di sana sudah ada Mas Febri, Mas Haerul, Pak Arfan, dan KH Masruri Abd Muhid. Kami hanya menunggu KH Thoha Yusuf Zakaria yang sedang dalam perjalanan menuju lokasi acara.

                                                                            Usai seminar
 

Sesaat beliau datang dan acara pun dimulai. Sungguh hidmah acaranya. Saya menikmati bagian demi bagian acara sampai kemudian acara seminar dimulai.

Saya sungguh bahagia bisa hadir di acara ini. Saya tidak hanya menyampaikan materi tetapi saya juga menyimak dan mencatat paparan narasumber lain, yaitu Mas Muhammad Haerul, M.Pd. Anak muda berprestasi asal Bondowoso ini memang motivator literasi handal.

Saya juga mencatat dan merekam pertanyaan para peserta. Peserta yang bertanya dan yang menonton acara di YouTube juga menghubungi saya karena saat acara saya menyebutkan nomor handphone saya. Kepada mereka saya bagikan dua file pdf buku saya.

 

Menuju Darul Istiqamah

Tahun 2016 pernah ada acara semacam ini di Pondok Pesantren Darul Istiqamah yang diasuh oleh KH Masruri Abd Muhid. Saat itu saya dijadwalkan sebagai pembicara. Sayang saya tidak bisa datang karena kondisi fisik drop setelah kelelahan melakukan aktivitas di Sumatera dalam waktu satu minggu.

Usai acara seminar kami berdiskusi untuk re-schedule acara. Acara kopdar kami alihkan ke Pondok Pesantren Darul Istiqamah sampai selesai. Segera kami menemui KH Masruri Abd Muhid yang hadir dalam acara seminar bersama putranya dan para santrinya. Beliau pun menyetujui usulan kami.

Kami segera berkemas sambil menunggu makan siang siap. Saya berembug dengan rombongan dari Tulungagung. Kesepakatan diperoleh bahwa setelah acara dari PP Darul Istiqamah, kita akan pulang. Ya, perjalanan malam itu juga mengingat jauhnya jarak. Paling tidak seharian kita bisa istirahat sekaligus antisipasi kemungkinan jalanan yang macet di Malang. Maklum, Malang di akhir pekan biasanya memang penuh kendaraan luar kota. Mereka adalah para pejuang tempat-tempat wisata yang mengasyikkan meskipun praktiknya keasyikan itu acapkali hilang karena terjebak kemacetan.

Saya pun mengemasi barang-barang dan segera memasukkan ke mobil Elf. Setelah menunggu beberapa saat, makan siang siap. Segera saya informasikan kepada kawan-kawan untuk makan siang agar perjalanan ke PP Darul Istiqamah segera dilakukan. Kembali kami menikmati menu makan yang sangat lezat di lidah. Secara pribadi saya sampaikan terima kasih tak terkira atas jamuan makan yang luar biasa selama di PP Al-Ishlah.

Setelah semuanya siap kami menuju PP Darul Istiqamah. Ternyata letaknya tidak terlalu jauh dari PP Al Ishlah. Perkiraan saya sekitar 5 KM saja. Rombongan Elf kami bertambah Bu Abdisita dan Mbah Hita. Jadi semakin menambah keakraban.

PP Darul Istiqamah, sebagaimana PP Al Ishlah, sungguh megah. KH Masruri Abd Muhid menyambut kami dengan ramah dan segera mengajak masuk ke ndalem beliau. Rumah beliau cukup sederhana dibandingkan bangunan pesantrennya yang menjulang bertingkat di banyak bagian. Saya kira inilah keteladanan dalam maknanya yang otentik. Saya yakin beliau mampu membangun rumah mewah namun beliau lebih memprioritaskan perkembangan pesantrennya.

Pesantren ini sudah berumur lebih dari seperempat abad. Cerita perjuangan pesantren ini bisa dibaca di berbagai media social. Saya sendiri pernah mengulas buku yang ditulis oleh KH Masruri Abd. Muhid terkait perjalanan pesantren ini sejak awal.

Pukul 14.10 kami menuju salah satu ruangan pesantren di lantai 3. Di sinilah hajat kami melaksanakan reformasi kepengurusan dilaksanakan. Setelah melalui pemungutan suara sistem blended (campuran online dan offline), dihasilkan pemilik suara terbanyak adalah Agung Nugroho Catur Saputra dengan 16 Suara, Hitta Alfi Muhimmah dengan 14 suara, dan 1 suara untuk Abdul Aziz. Dengan demikian secara resmi Ketua Umum SPK beralij dari M. Arfan Mu’ammar ke Agung Nugroho Catur Saputra.

 

Pamit

Perubahan menjadi bagian dari kehidupan manusia. Segalanya bisa direncanakan sebaik mungkin namun realitas tidak selalu mendukungnya. Capaian dari rencana bisa maksimal, bisa juga sangat jauh dari idealitas. Begitulah kehidupan.


 Berpose di pintu masuk PP Al Ishlah yang megah

Jarum jam menunjukkan pukul 16.30 WIB ketika diskusi di PP Darul Istiqamah harus dihentikan. Saya dan beberapa teman harus izin pamit KH Thoha Yusuf Zakaria. Perubahan ini berkonsekuensi merubah beberapa agenda yang telah dirancang sebelumnya. Setelah saya menyampaikan berbagai alasan dan pertimbangan, kiai memahaminya. Saya sebagai pengurus SPK menyampaikan terima kasih yang luar biasa atas kebaikan KH Toha Yusuf Zakaria yang menerima SPK untuk mengadakan kegiatan plus bantuan konsumsinya yang istimewa. Saya sekalian memintakan izin pamit semua kawan-kawan.

Selesai pamit kami berencana kembali ke PP Darul Istiqamah, namun di sinilah terjadi hal yang konyol. Pak Arfan berencana mengemasi barang yang ada di kamar biar memudahkan saat pulang. Namun kunci ternyata tidak beliau bawa. Saya juga tidak membawa kunci. Padahal penghuninya 4 orang. Berarti kunci dibawa Pak Agung Nugroho atau Pak Much. Khoiri karena kami berdua tidak membawa kunci. Kunci alternatif ternyata juga tidak tersedia.

Kami pun menelopon kedua sahabat. Tidak ada yang mengangkat. Mungkin sedang istirahat. Kami memutuskan untuk kembali ke PP Darul Istiqamah.

Di sinilah awal mula kekonyolan itu. Pondok Pesantren Al Ishlah yang mewah itu memiliki pagar masuk beberapa lapis. Jadi jika kita masuk atau keluar harus melalui beberapa penjaga. Ketika sampai di depan jalan masuk ada telepon kalau Pak Agung Nugroho dalam perjalanan untuk mengantarkan kunci. Kami pun lega.

Mobil berhenti. Sesaat Mas Febri bilang bahwa Surat Perjalanan Dinas yang saya titipkan ternyata masih tertinggal di kantor pusat PP Al Ishlah. Kami pun kembali masuk. Gerbang yang besar kembali di buka. Setelah itu kami pun kembali keluar.

Pak Agung datang. Kami berfoto-foto di pintu masuk. Pak Arfan tetiba bilang akan mengambil barang sekaligus tiga kawannya. Saya, Bu Eni dan Bu Eti kembali ke PP Darul Istiqamah dengan mobil Pak Agung. Pak Arfan pun untuk ketiga kalinya kembali masuk ke pondok Al Ishlah. Ya, beliau masuk ke pondok untuk yang ketiga kalinya ha ha ha. Saya sulit membayangkan ekspresi penjaga melihat mobil Grand Livina keluar masuk hanya dalam hitungan kurang dari setengah jam.

 

Makan Malam Lalu Pamit Pulang

Ratusan santriwati berjalan secara rapi dari kamar menuju masjid. Jalannya teratur. Terlihat mereka dididik secara disiplin dalam hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Begitulah gambaran kondisi PP Darul Istiqamah saat magrib.

                                                                        Foto sebelum pulang

 

Mobil milik Pak Agung Nugroho segera parkir. Saya turun, mengambil baju ganti, lalu menuju kamar peristihatan. Kami saling tertawa saat bertemu kawan terkait kisah kekonyolan. Begitulah, hal lucu yang bisa membangun keakraban persahabatan.

Usai shalat, Kiai Masruri memberitahukan bahwa makan malam sudah siap. Kami pun segera ke ndalem bagian belakang. Setumpuk menu lezat menggoda lidah tersaji. Saya mengambil sedikit saja. Jika nanti masih mampu, saya akan tambah. Itu kebiasaan saya.

Saya memang biasanya mengambil sedikit, lalu menambah jika ingin menambah daripada mengambil banyak lalu tidak habis. Banyak riset menyebutkan betapa borosnya orang kita. Padahal makanan itu salah satu keberkahannya ketika dihabiskan sampai bersih.

Makan malam usai. Hari semakin malam. Saya pun pamit ke KH Masruri Abd Muhid. Tentu, tidak lupa foto bersama dulu. Setelah itu kami pun beranjak meninggalkan PP Darul Istiqamah untuk pulang ke Tulungagung. Tidak lupa belanja tape khas Bondowoso.

Menjelang subuh mobil Elf memasuki gerbang kampus. Masih butuh waktu sekitar 45 menit untuk sampai rumah. Namun saya bahagia bisa bersama dan bersua dengan kawan-kawan hebat. Semoga literasi terus tumbuh. Dawuh kiai saya, jika ada pertemuan yang baik harus dihadiri karena ada keberkahan di dalamnya.

 

Tulungagung—Trenggalek, 5-8 Agustus 2022

7 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.