Carbella, Canberra, dan Petualangan Akademik

Oktober 12, 2022


 

Ngainun Naim

 

Judul Buku: Dari Carbella ke Canberra: Geliat Akademik, Jaringan Intelektual, dan Wacana Keagamaan di Panggung Internasional

Penulis: Wildani Hefni dan Rizqa Ahmadi

Penerbit: Bildung Yogyakarta, Juni 2022

 

Dunia akademik berkaitan dengan aspek personal, institusional, dan sosial. Aspek personal berkaitan dengan pengalaman individu bergulat dengan dunia akademik. Aspek institusional berkaitan dengan ketersediaan sarana pendukung tumbuh berkembangnya iklim akademik di sebuah institusi. Sedangkan aspek sosial berkaitan dengan aspek internal dan eksternal dalam skala luas yang berpengaruh—langsung atau tidak langsung—terhadap iklim akademik.

Ketiga aspek saling berkaitan dan saling memengaruhi satu sama lain. Namun demikian pengaruh yang dialami antara satu orang dengan orang lain berbeda, tergantung intensitas interaksi yang dialami.

Pengalaman personal sifatnya subjektif dan tidak bisa diketahui semua orang. Padahal ada banyak hal penting yang bisa menjadi pelajaran bagi banyak orang. Menuliskan hal-hal penting dari pengalaman studi sebagaimana ditulis di buku ini merupakan upaya yang penting untuk diapresiasi.

Dalam perspektif yang semacam inilah saya meletakkan posisi buku ini. Sebuah posisi positif-konstruktif yang memberikan informasi tentang apa, mengapa, dan bagaimana studi di luar negeri. Sejauh ini belum banyak buku dengan topik semacam ini. Jika pun ada, ketersebarannya masih terbatas.

Saya mengenal baik dua penulis buku ini. Mereka berdua adalah intelektual muda potensial. Di usia yang masih muda, keduanya sudah bergelar doktor. Karya-karya akademik berbobot telah mereka hasilkan dan dimuat di berbagai jurnal ilmiah bereputasi. Saya yakin keduanya memiliki potensi besar untuk menjadi profesor dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Keyakinan saya ini, selain mengenal kedua penulis, juga mengacu pada kisah keuletan keduanya. Wildan dan Rizqa adalah  pejuang hebat. Keduanya berhasil menyisihkan sekian banyak pesaing untuk lolos sebagai peserta PIES.

PIES atau Partnership in Islamic Education Scheme merupakan beasiswa dari Pemerintah Australia untuk memberikan kesempatan kepada para dosen di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di Indonesia untuk mengenyam pendidikan tingkat doktoral di luar negeri. Kampus tempat belajar adalah Australian National University (ANU).

Penulis buku ini memiliki kreativitas tinggi. Bayangkan, untuk membuat judul yang menarik, kosakata Karbela yang merupakan tempat kos saat mengikuti kursus bahasa Inggris untuk persiapan mengikuti PIES diolah menjadi Carbella. Jadilah buku ini judulnya unik dan menarik.

Buku ini terdiri dari lima bagian. Bagian pertama, "Menjadi Pelajar Muslim di Ibu Kota Australia". Bagian ini berkisah tentang bagaimana kedua penulis mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi intelektual di Benua Kanguru tersebut. Keduanya menguraikan aneka keunggulan dan kesempatan   langka yang mereka dapatkan. Secara impresif keduanya bertutur tentang usaha-usaha yang dilakukan untuk mengasah potensi dan kemampuan intelektual.

Bagian Kedua bertajuk "Pergulatan Identitas Islam di Australia". Ada 5 judul di bagian ini. Isinya tentang bagaimana potret Islam di Australia, mulai dari eksistensi Islam transnasional, lembaga sosial komunitas Muslim, sampai Muslim minoritas dan wacana egalitarianisme.

Bagian penting yang memperoleh perhatian adalah tentang belajar kepada para Indonesianis yang mengkaji Indonesia secara serius. Beberapa nama dan teladan akademis diuraikan secara ringkas. Ada Profesor Tim Lindsey, Profesor M. Barry Hooker, Emeritus Profesor Virginia Matheson, Hooker, Emeritus Profesor James J. Fox, Associate Profesor Minako Sakai, Emeritus Profesor Greg Fealy, Sally White, Ph.D., Profesor Robert Cribb, dan Profesor George Quinn.

Bagian III bertajuk "Islam dan Kajian Islam di Masyarakat Akademik Australia". Bagian ini menjelaskan bahwa Muslim Australia, khususnya Canberra, sesungguhnya minoritas namun demikian menjadi objek kajian menarik para peneliti. Terbukti dengan banyaknya riset yang telah dilakukan. Aspek yang menarik dari hasil pengamatan kedua penulis adalah umat beragama, termasuk Islam, selalu menunjukkan identitasnya di mana pun. Mereka membentuk komunitas untuk kepentingan dakwah dan menyalurkan kerinduan bersama dengan orang-orang yang memiliki kesamaan status dan kondisi (92-93).

Minoritas itu tantangannya cukup berat. Salah satunya adalah implementasi ajaran agama. Dalam konteks inilah fikih minoritas sebagaimana diusung Thaha Jabir al-Ahwani dan Yusuf Al-Qaradhawi penting untuk dipertimbangkan. Fikih minoritas merupakan usaha kontekstualisasi hukum Islam secara ijtihadi sebagai problem solving atas berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat (98-100).

Bagian IV bertajuk "Islamofobia dan Kecemasan Budaya di Australia". Titik penting bagian ini adalah serangan brutal di dua masjid, Masjid Linwood dan Masjid Al-Noor, Christchurch New Zealand pada Jumat 15-3-2019. Sebanyak 49 orang meninggal dunia akibat serangan ini. Kejadian ini menegaskan adanya fenomena Islamofobia sehingga mendorong perilaku radikalisme. Supremasi warna kulit tertentu yang merasa terusik dengan kehadiran warna kulit lain dan menganut agama berbeda menjadi pemicu tindakan brutal. Kedua penulis memberikan analisis kritis atas fenomena Islamofobia dan memberikan catatan tentang konteks kejadiannya.

Bagian V dengan tajuk "Promosi Islam Wasathiyah di Panggung Internasional" berkisah tentang usaha-usaha kedua penulis dalam memperkenalkan Islam Wasathiyah. Ada tiga hal yang ditulis, yaitu penelitian, khotbah Jumat dan mengisi kajian. Upaya ini penting diapresiasi.

Lampiran 7 artikel jurnal karya kedua penulis merupakan bukti kualitas akademik keduanya. Sayangnya tidak ada keterangan jurnal tempat dimuatnya. Terlepas dari itu, buku ini menampilkan mozaik intelektual yang sangat penting.

Tulungagung, 11-10-2022








 

14 komentar:

  1. Petualangan yang luar biasa...

    BalasHapus
  2. Terimakasih prof. Atas ilmu ilmunya...🙏

    BalasHapus
  3. Tinjauan buku yang informatif dan sangat enak diikuti. Salam sehat, Mas Prof.

    BalasHapus
  4. Kisah hidup di negeri orang apalgi dalam.menuntut ilmu dan bisa menggambarkannya menjadi daya tarik.luar biasa dari buku ini. Dari ulasannya saya ikutmerasakan adanya spirit perjuangan di bjkunya. Apalagi sy sering mendengar suasana akademik dan kebiasaan membaca di Aistralia sangat bagus. .....saat kiah saya selalu kagum pada dosen saya yang telah belajar di.luar negeri....pengalamannya, ulasannya selalu enak diikuti .... sepertinya buku ini jhga membawa pesan yang sangat motovatif dan informatif. Terimakasih Prof sudah mengulasnya disini dengan sangat baik.

    BalasHapus
  5. sebuah kisah nyata yang luar biasa

    BalasHapus
  6. Sangat menarik, penasaran dengan bukunya

    BalasHapus
  7. Sebuah tinjauan buku yang menginspirasi , sehat selalu Prof. Naim

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Pak KS atas komentar dan doanya. Amin.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.