Datang Pada Detik Menentukan
Ngainun Naim
Hujan turun dengan sangat deras di Cirebon pada hari Selasa, 25 Oktober 2022. Rencana untuk menuju lokasi penutupan ICON UCE di Gedung Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon menjadi terganggu. Saya dan beberapa teman terlibat dalam diskusi kecil tentang kemungkinan untuk datang atau tidak. Hasilnya jika kondisi tetap hujan deras, kami tidak akan datang ke lokasi penutupan.
Kami menginap di Hotel Citradream yang ada di Jalan Cipto Mangunkusumo Nomor 6 Pekiringan Kota Cirebon. Hotelnya menurut saya cukup lumayan untuk menginap. Harganya juga standar. Tentang berapa harganya, bisa cek di berbagai aplikasi online.
Kawan-kawan bersepakat usai magrib akan keluar bersama. Tujuan utamanya adalah makan malam. Seharian kami sibuk dengan aktivitas. Saya menghadiri pertemuan Ketua LP2M PTKIN yang dilaksanakan di Gedung Pertemuan At-Taqwa Centre. Pertemuan dilaksanakan mulai pukul 13.00 sampai pukul 16.00. Saat pertemuan usai, hujan turun dengan sangat derasnya.
Saiful Mustofa hadir sebagai presenter untuk kategori PTKI Penyelenggara KKN Terbaik. Pada sesi ini ada enam orang presenter. Selain Saiful Mustofa, mereka yang presentasi adalah Abdul Gaffar dari IAIN Kendari, Mawi Khusni Albar dari UIN KH Syaifuddin Zuhri Purwokerto, Nurainun Mangunsong dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rohmanur Aziz dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan Sulhani Hermawan dari UIN Raden Mas Said Surakarta.
Kawan-kawan yang lainnya bertugas di expo. Mereka memamerkan buku-buku terbitan SATU Press. Secara umum kegiatan ini juga sukses. Indikasinya sederhana, yaitu buku-buku yang jumlahnya ratusan eksemplar terjual habis tanpa satu pun yang tersisa.
Pengunjung stand UIN SATU Tulungagung
Hujan yang turun dengan sangat deras membuat kami berpikir ulang. Mobil berderet macet di jalanan depan hotel. Di ujung jalan, khususnya di depan SMAN 2 Cirebon, terlihat air menggenang sangat tinggi. Jika kami memaksakan diri untuk keluar makan, bisa jadi bukan makan malam yang kami dapatkan tetapi ikut terjebak dalam kemacetan. Sungguh sebuah kondisi yang tidak diharapkan.
Kami kemudian duduk bersama di ruang lobi hotel. Berdiskusi tentang strategi makan malam. Sebuah diskusi yang sesungguhnya kurang bermutu tetapi menentukan nasib karena tanpa makan malam jelas kami akan lemas.
Sebuah ide menarik muncul. Tepat di sebenarng jalan ada sebuah rumah makan. Namanya Kedai Yamani. Rumah makan ini menyediakan aneka masakan Arab. Tertulis di spanduk ada Nasi Briyani, Nasi Kebuli, dan beberapa menu makanan Arab lainnya. Karena sedang hujan, langkah awal yang kami lakukan adalah menelepon untuk memesan makanan. Nomor telepon tertera jelas di spanduk.
Bersama para Ketua LP2M
Telepon tampaknya menjadi pilihan menarik. Kita tinggal pesan, lalu di antar ke tempat kita. Tokh kami hanya ada di lokasi yang berhadapan. Hanya soal hujan yang menghalangi.
Namun rencana dan harapan tidak selalu bersesuaian. Beberapa kali telepon ke Kedai Yamani tetapi tidak diangkat. Tidak ada jawaban dan harapan untuk pesan makanan pun menjadi sia-sia.
Tidak ada pilihan lain. Saiful Mustofa dan Didin Wahyudin menjadi pahlawan penyelamat. Dua anak muda penuh potensi dan takut lapar itu berlari nekat menyeberang jalan. Mereka berdua tidak peduli dengan hujan. Aspek yang lebih utama adalah bagaimana seluruh rombongan bisa menikmati makan malam.
Tidak butuh waktu lama. Keduanya lari-lari menyeberang jalan di tengah hujan yang masih lumayan deras. Di tangannya ada satu tas plastik berisi nasi dan satu lagi berisi teh hangat. Sebuah paket lengkap yang memenuhi kebutuhan sangat mendasar. Perpaduan lapar dan nasi yang hangat rasanya sangat pas. Meskipun sesungguhnya niat awal kami akan makan Nasi Jamblang Pak Dul yang lokasinya sekitar 200 meter dari tempat kami menginap, namun kami sadar bahwa kondisi tidak memungkinkan.
Nasi segera kami bawa ke kamar masing-masing. Segera saya buka dan nikmati. Lauk lapar tampaknya menjadi penambah lezat yang sungguh luar biasa. Teh panas menjadi penutup makan yang lengkap.
Saya mengintip kondisi di luar. Hujan masih turun deras. Jalanan di depan hotel masih macet panjang. Air terlihat naik semakin tinggi sehingga menambah panjang kemacetan.
Rencana awal memang akan datang ke acara penutupan ICON UCE. Kondisinya tampaknya agak berat untuk menuju lokasi. Hujan deras dan macet di mana-mana.
Namun pertimbangan tidak
datang harus dirubah. Sebuah WA masuk ke HP saya. Intinya kami dari UIN Sayyid Ali
Rahmatullah diminta datang ke lokasi penutupan. Siapa tahu kami menjadi salah
satu juara.
Tentu ini kabar menggembirakan. Saya segera koordinasi dengan Dr. Muntahibun Nafis, Kepala Pusat Pengabdian. Intinya kami harus datang. Bang Je, driver yang mengantar kami segera datang. Kami pun berjuang menuju lokasi.
Sungguh perjuangan menegangkan. Jalanan banjir di banyak tempat. Macet juga ada di mana-mana. Namun kami harus melaju. Beberapa kali jalur dialihkan. Beruntung ada google map yang cukup membantu.
Tepat pukul 21.00 WIB saya sampai di lokasi. Setengah berlari saya menuju lokasi. Ternyata saat itu tepat dengan penyerahan hadiah. Dua nominator, yaitu dari IAIN Kendari dan UIN Sunan, sudah berdiri di depan. Saya pun masih terengah-engah dan langsung diminta naik panggung untuk menerima hadiah. Saya sendiri tidak tahu menjadi juara ke berapa.
Saya sudah tidak peduli. Rasanya bahagia sekali bisa mendapatkan prestasi ini. Sesungguhnya ini merupakan hasil kerja keras semua pihak, mulai Pak Rektor, Tim Task Force, kawan-kawan DPL, mahasiswa, dan banyak pihak lainnya. Tanpa dukungan mereka, jelas kami tidak bisa menjadi pelaksana KKN PTKIN Terbaik Nasional.
Usai menerima hadiah, ucapan selamat datang beruntun. Ini merupakan kali ketiga UIN Sayyid Ali Rahmatullah mendapatkan hadiah secara nasional. Hadiah kali ini semoga menjadi momentum untuk terus merawat spirit pengabdian kepada masyarakat. Semoga ke depannya kami menjadi lebih baik lagi.
Cirebon, 26 Oktober 2022
Mantab surantab prof...semoga tetap menjadi nomer wakid...
BalasHapusTerima kasih doanya
HapusAlhamdulillah --- selamat untuk Prof dan TIM uin sayid rahmatullah. terus berkarya dan terbaik
BalasHapusTerima kasih Ustadz
HapusBuah manis dari perjuangan yang sungguh-sungguh & kesabaran. Barakallahu fiik prof. Ngainun Naim & UIN Sayyid Ali Rahmatullah.
BalasHapusAmin
HapusBanjir tak pernah menjadi penghalang bagi para pejuang. Selamat Prof
BalasHapusTerima kasih
HapusSelamat atas prestasinya Prof dan TIM. Banjir tak akan menjadi penghalang bagi para pejuang. Selamat
BalasHapusTerima kasih
HapusKalau sudah ada niat kuat, kendala hanya asesoris. Sukses selalu, Mas Prof
BalasHapusTerima kasih Pak Emcho
HapusAlhamdulillah, semangat Bapak menjadi inspirasi yang berharga. Matur nuwun sanget Prof.
BalasHapusSami-sami
HapusMasya Allah luar biasa perjuangannya Prof
BalasHapusTerima kasih
HapusSelamat Prof. Naim dan Tim dari UIN SATU semoga ke depannya semakin sukses dan tambah berkah
BalasHapusAmin. Terima kasih
Hapusselamat Prof, betapa senangnya menjadi juara.
BalasHapusSelamat Prof.
BalasHapusLuarbiasa Prof. selamat prof. matursembahnuwun, perjuangan panjenegan menjadikan motifasi buat kami
BalasHapusMatur nuwun
HapusKonsisten dan ikhlas, sangat inspiratif. Kata pepatah bila sudah terbiasa berhadapan dengan hujan badai maka hujan gerimis atau banjir pun hanya dianggap candaan.
BalasHapusTerima kasih Pak Sigid PN
Hapusjossss, Prof yang satu ini
BalasHapusTerima kasih Pak Iyunk
Hapus