Nyai Makkiyah, Dalail dan Kisah-kisah

Oktober 04, 2022


 

Ngainun Naim

 

Saya sedang menikmati sebuah buku sangat menarik. Buku dengan judul Bunga Mimpi di Taman Dalail yang diedit oleh Nyai Fadhilah Mukhtar ini diterbitkan oleh Cantrik Pustaka Yogyakarta tahun 2022. Jejak awal buku ini adalah catatan demi catatan Kiai M. Faizi di facebook terkait istrinya yang telah wafat.

Kumpulan catatan beliau kemudian diolah dan ditambah dengan tulisan lainnya sehingga menjadi sebuah buku utuh. Tulisan demi tulisan di buku ini adalah kesaksian dan pengalaman berinteraksi dengan Nyai Makkiyah binti Ashim, istri Kiai M. Faizi. Jadilah buku yang sarat makna ini. Buku ini secara spirit menjadi pengantar untuk menjadi hamba yang mencintai Rasulullah SAW. Nyai Makkiyah binti Ashim adalah pecinta Rasulullah SAW dalam makna yang substantif.

Ketika buku ini terbit, Kiai M. Faizi mengunggahnya di FB beliau. Juga diinformasikan nomor WA yang bisa dihubungi jika ingin pesan. Saya pun segera menghubungi nomor yang tertera dan memesannya.

Buku ini datang sehari sebelum saya melakukan perjalanan panjang selama seminggu. Langsung saja buku ini dan buku karya Dr. Ayang Utriza Yakin, Bahkan Tuhan Pun Tak Tega Jika Kita Menderita (Yogyakarta: Bentang Pustaka, 2022) menjadi buku prioritas yang saya bawa. Memang saya selalu membawa buku, baik saat ke kantor maupun saat bepergian. Buku menjadi pengisi waktu dalam perjalanan sekaligus menjadi pengantar tidur yang ampuh saat di kendaraan.

Buku tentang Nyai Makkiyah ini saya baca secara ngemil. Sedikit demi sedikit saya baca saat ada kesempatan. Bagian demi bagian saya nikmati. Saya tidak ingin kehilangan bagian demi bagian dari buku ini.

Tentu butuh waktu yang tidak pendek untuk menuntaskannya. Saya memang selalu membutuhkan waktu panjang untuk menelusuri halaman demi halaman sebuah buku. Saya bukan tipe pembaca cepat. Aktivitas ini sungguh memberikan kesan dan kenikmatan tersendiri.

Saya membaca kisah demi kisah dalam buku ini dengan rasa yang sulit untuk diungkapkan. Sungguh tulisan Kiai M. Faizi dan tulisan lainnya mendedahkan emosi dalam diri. Jika boleh disimpulkan, buku ini berkisah tentang seorang istri biasa namun luar biasa.

Biasa karena sosok sentral buku ini bukan figur publik. Beliau ibu rumah tangga yang merupakan istri kiai. Aktivitasnya berkisar urusan rumah tangga dan mengajar santri. Namun dalam posisinya sebagai "orang biasa", beliau memiliki sisi luar biasa. Sisi ini baru terungkap di akhir masa hidup beliau dan setelah beliau beliau wafat.

Salah satu keistimewaan Nyai Makkiyah adalah beliau istiqamah membaca Dalail. Kitab shalawat yang cukup panjang ini telah beliau amalkan secara istiqamah sejak umur 12 tahun.

Puluhan tahun menjadi pengamal dalail memberikan efek luar biasa. Kisah demi kisah dalam buku ini adalah bukti bagaimana amalan shalawat memberikan dampak luar biasa bagi pengamalnya.

Fenomena yang ditulis di buku ini tampaknya tidak mudah diterima oleh penganut rasionalisme dan empirisme. Saya kira itu wajar karena fenomena semacam ini tidak masuk dalam objek kajian filsafat positivistik.


 

Jika ingin memahaminya, kuncinya adalah membuka hati, pikiran, dan pemahaman dengan menggunakan epistemologi intuitif. Mulyadhi Kartanegara dalam banyak tulisannya menjelaskan tentang fenomena semacam ini.

Menurut Mulyadhi, fenomena spiritual sebagaimana dialami Nyai Makkiyah dan orang-orang yang lain, sebagaimana ditulis di buku ini, memang tidak bisa dibuktikan secara rasional dan empiris. Hal ini disebabkan karena pengalaman spiritual memang di luar jangkauan rasionalisme-empirisme. Pengalaman semacam ini sifatnya empiris-subjektif. Ia betul-betul ada dan bisa dibuktikan oleh yang mengalami, namun belum tentu orang lain bisa mengalaminya, meskipun melalui mekanisme yang sama.

Pengalaman semacam ini sifatnya personal. Ia menjadi penanda sekaligus jalan untuk meningkatkan dimensi spiritualitas seseorang.

Saya kira itu subjektivitas pemahaman saya. Tentu tidak ada pretensi untuk disetujui. Bisa juga pemahaman saya salah. Tapi jujur buku ini adalah media bagi saya untuk semakin mencintai Nabi Muhammad lewat shalawat.

 

Surabaya, 30 September 2022

18 komentar:

  1. buku yang bagus, semoga omjay bisa membacanya juga.

    BalasHapus
  2. Jadi tertarik membaca buku nya. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

    BalasHapus
  3. Dari judul dan covernya saja sudah sangat menarik banget, jadi pingin baca bukunya.

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah saya bisa membaca tulisan Pak Naim, setiap hasil ngemil.mrmbacanya bisa ditularkan kepada pembaca blognya

    BalasHapus
  5. Membaca uraian dari buku Taman Dalail ini, menjadikan saya tambah yaqin tentang maziyah Dalail yang kondang dan masyhur. Berikut menjadikan kagum dg istiqomahnya Nyai Makiyah yang ajeg
    mendawamkan Dalail. Semoga ketularan istiqomahnyaa....

    BalasHapus
  6. Kisah-kisah Nyai Makkiyah ini masih terus berlanjut sampai hari ini, sampai setahun lebih kewafatannya, yaitu dengan cara mendatangi orang lewat mimpi-mimpi dan mengajak mereka membaca shalawat... Sayangnya, orang-orang itu terkadang tidak menuliskannya, entah karena alasan apa...

    Terima kasih, Pak Ngainun Naim, untuk catatan ini. Saya sangat senang

    BalasHapus
  7. Terimakasih catatannya Prof..

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.