Lima Buku di Akhir Tahun

Desember 19, 2022

 


 

Ngainun Naim

 

 

Penghujung tahun 2022 ini cukup membahagiakan bagi saya. Kebahagiaan ini berkaitan dengan dunia literasi. Ya, di bulan Desember ini kami berhasil menerbitkan lima judul buku.

Saya tulis kami karena ini bukan buku karya saya. Lima buku ini adalah karya yang kebetulan lahir dari fasilitasi lembaga yang saya kelola bersama dengan teman-teman, yaitu Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

Salah satu program unggulan kami adalah literasi. Kegiatan apa pun diupayakan ada produk tulisan. Kuliah Kerja Nyata (KKN), misalnya, telah menghasilkan ratusan buku. Hal ini dimungkinkan karena memang KKN didesain untuk memungkinkan setiap mahasiswa mau dan mampu menulis.

Tentu tidak mudah juga mengondisikan para mahasiswa untuk menulis. Pada tahap awal program, keberhasilannya masih rendah. Kami lalu melakukan evaluasi. Beberapa hal yang menjadi titik lemah kita perbaiki. Kekurangan yang kami temukan kita benahi. Aspek-aspek yang mengganggu pelaksanaan program kita singkirkan.

Pelan tapi pasti program bisa berjalan. Bentuknya sesungguhnya sederhana. Setiap mahasiswa diminta menulis tentang tema KKN dalam bentuk esai. Jumlah halamannya disesuaikan dengan kemampuan. Minimal tiga halaman.

Misalnya tema KKN adalah moderasi beragama maka setiap mahasiswa diminta menulis realitas masyarakat lokasi KKN yang sesuai dengan tema. Ada yang menulis relasi antar umat beragama, kehidupan sehari-hari masyarakat, dan banyak hal yang lainnya lagi. Semua tulisan dari satu kelompok kemudian diolah menjadi satu buku. Jadi ya semacam buku antologi.

Tulisannya bebas. Tidak perlu ditulis dengan catatan kaki karena yang ditulis adalah pengalaman, kesan, dan hal-hal unik yang dialami selama KKN. Lewat program penulisan semacam ini maka setiap kelompok memiliki satu buku. Jika dalam sekali Angkatan—katakan—ada seratus kelompok berarti ada seratus buku antologi KKN yang dihasilkan.

 


 

KKN Kebangsaan

Buku pertama di bulan Desember ini adalah buku yang berisi catatan dari mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang menjadi peserta KKN Kebangsaan. Judul bukunya cukup menarik, yaitu Merajut Kearifan Huma Betang untuk Nusantara. Judul ini secara intrinsik berisi aspek-aspek penting kearifan yang ditemukan di lokasi KKN Kebangsaan.

KKN Kebangsaan tahun 2022 dilaksanakan di Kalimantan Tengah. Panitia lokal pelaksana KKN adalah Universitas Palangka Raya (UPR). Tugas panitia lokal, antara lain, mengkoordinasikan pelaksanaan KKN mulai tahap awal sampai akhir. Tema yang diangkat adalah Penerapan Falsafah Huma Betang Sebagai Perwujudan NKRI untuk Mendukung Pengembangan Lumbung Pangan (Food Estate) Menuju Kemandirian Nasional.

Ada dua Kabupaten yang menjadi lokasi penelitian, yaitu Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Pisang Pulau. UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung mengirimkan lima orang mahasiswanya untuk mengikuti KKN jenis ini. Tentu tidak semua mahasiswa bisa mengikutinya. Hanya mahasiswa yang telah lolos seleksi saja yang bisa mengikutinya.

Lima orang mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung tidak berkumpul menjadi satu kelompok. Mereka berpisah dan bergabung dengan mahasiswa lain seantero Nusantara. Kondisi ini cukup bagus untuk memberikan pengalaman kepada mereka agar berinteraksi, berdiskusi, dan membangun relasi yang baik dengan masyarakat.

Kesempatan semacam ini sangat mahal harganya. Setiap tahun hanya lima orang mahasiswa yang mendapatkan kesempatan untuk mengikutinya. Hal ini bisa dimaklumi karena biaya menuju lokasi memang tidak mudah. Jadi membutuhkan persiapan mental dan dana yang memadai.

KKN di pulau berbeda, interaksi dengan anggota kelompok yang juga baru dikenal di lokasi KKN sungguh menarik. Mahasiswa menemukan banyak sekali pengalaman hidup yang tidak mereka temukan di lokasi asal.

Saya menjadi tahu apa saja yang mereka hadapi, alami, dan lakukan. Catatan demi catatan mereka di dalam buku ini adalah buktinya. Aspek semacam ini tidak akan mungkin saya ketahui jika mereka tidak menuliskannya. Di sinilah kekuatan tulisan. Ia memberikan banyak manfaat. Salah satunya adalah informasi.

Membaca tulisan demi tulisan dari pengalaman para mahasiswa peserta KKN Kebangsaan membuat saya menjadi tahu banyak hal dalam aktivitas mereka. Aspek semacam ini kecil kemungkinan saya ketahui dari cerita lisan mereka. Padahal ketika ditulis, manfaatnya sungguh banyak.

 


Dua Mahasiswa, Tiga Buku

KKN Nusantara Moderasi Beragama merupakan KKN yang dikoordinir oleh Kementerian Agama RI. Pesertanya adalah mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan seluruh Indonesia. Jadi tidak hanya dari kampus yang berbasis Islam saja tetapi juga dari kampus agama lainnya.

KKN jenis ini pada tahun 2022 dilaksanakan di Papua. Panitia lokalnya adalah IAIN Fatahul Muluk Jayapura. UIN Sayyid Ali Rahmatullah rencananya mengirimkan lima orang mahasiswa sebagaimana KKN Kebangsaan, namun setelah menghitung biaya menuju Papua yang sangat tinggi maka kami hanya mampu memberangkatkan dua orang mahasiswa.


 

Kedua mahasiswa tersebut adalah Achmad Afandi dan Ifa Rosydiana. Saat pelaksanaan KKN, Achmad Afandi ditempatkan di Kampung Jaoifuri Distrik Skanto Kabupaten Keerom. Sedangkan Ifa Rosydiana ditempatkan di Kampung Maribu, Distrik Sentani Barat, Kabupaten Jayapura. Tentu saja dalam satu kelompok terdiri dari mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, termasuk mahasiswa IAIN Fatahul Muluk Jayapura.

Bagi Afandi dan Ifa, KKN ini merupakan pengalaman pertama mereka. Hal yang sama juga dialami para mahasiswa dari kampus perguruan tinggi se-Indonesia. Tentu, mereka sangat gembira dan bersemangat dalam menjalankan KKN. Keduanya adalah mahasiswa terpilih dan terbaik sehingga sejak awal keberangkatan sudah dibekali dengan pengetahuan, wawasan, dan sikap yang harus dimiliki dan diimplementasikan dalam pelaksanaan KKN.

Perjalanan ke Papua bagi Sebagian mahasiswa peserta adalah pengalaman yang tidak akan terlupakan sepanjang hidup. Sebagian besar dari mereka baru pertama kali merasakan naik pesawat terbang. Beberapa mahasiswa bahkan harus mengalami tidur dua hari dua malam di laut karena mereka naik perahu menuju Jayapura. Sungguh suatu pengalaman hidup yang mengesankan.

Sejak awal saya menekankan kepada Afandi dan Ifa untuk menulis catatan pengalaman mereka selama melaksanakan KKN. Catatan pengalaman ini terlihat sederhana tetapi akan sulit dilakukan jika tidak segera ditulis. Karena itu saya menekankan untuk sesegera mungkin menulis. Tidak perlu ditunda karena bisa jadi akan terlupa karena tertumpuk dengan pengalaman-pengalaman berikutnya.

Ajakan untuk menulis itu saya sampaikan di sela-sela perjalanan mengantarkan mereka berdua menuju lokasi KKN. Selain itu di grup WA juga ditekankan dan diingatkan oleh Crew LP2M agar mereka berdua menulis. Tujuannya jelas yaitu agar menulis buku menjadi prioritas.

Menulis itu terlihat sederhana namun pelaksanaannya tidaklah sederhana. Tanpa adanya komitmen diri yang kuat, menulis tidak akan bisa diwujudkan. Adanya hanya harapan dan angan-angan untuk menulis itu sendiri. Sementara dalam kenyataannya, tulisan tetap tidak ada.

Target awal kami sebenarnya sederhana, yaitu mereka berdua bisa menulis buku kolaborasi. Masing-masing menulis pengalaman saat KKN. Kumpulan dari pengalaman ini kemudian disatukan menjadi sebuah buku.

Harapan kami dari LP2M satu demi satu terwujud. Bahkan buku yang dihasilkan sesungguhnya melampaui target. Target awal adalah dua orang peserta KKN Nusantara ini menghasilkan satu buku. Namun ternyata mereka berdua menghasilkan tiga buku sekaligus.

Pertama-tama adalah Achmad Afandi yang berhasil menyelesaikan buku solonya. Buku tersebut berjudul Rekam Jejak Digital di Tanah Papua. Afandi tidak hanya menulis satu buku. Buku solo keduanya berjudul Menelisik Keindahan dan Keadilan di Papua. Bersama dengan Ifa Rosydiana, Afandi menulis buku dengan judul Keragaman Bumi Cenderawasih Goresan Jejak Mahasiswa KKN KNMB UIN SATU Tahun 2022 di Papua.

Secara pribadi saya cukup bahagia dengan capaian ini. Literasi semakin hari semakin banyak dilakukan oleh mahasiswa dan dosen UIN Sayyid Ali Ramhatullah Tulungagung. Capaian ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Beberapa tahun lalu, menulis buku masih merupakan barang langka. Sangat jarang ada dosen dan mahasiswa yang menulis buku. Realitas sekarang sudah berkembang cukup menggembirakan, meskipun tentu masih harus terus diupayakan agar tradisi literasi semakin kokoh.

Buku karya Achmad Afandi dan Ifa Rosydiana merupakan buku kolaborasi yang cukup menarik. Buku tersebut berisi kisah-kisah unik, menarik, dan belum banyak diketahui oleh publik. Papua yang selama ini kita kenal adalah Papua yang ada di berita media. Padahal media itu tidak netral. Ada kepentingan tertentu yang mengiringinya. Tulisan kedua peserta KKN di Papua ini menyajikan sesuatu yang betul-betul natural karena berbasiskan kepada pengalaman.

Sebagai Ketua LP2M, saya mengepresiasi atas terbitnya buku-buku karya para mahasiswa, khususnya buku karya Achmad Afandi dan Ifa Rosydiana ini. Kehadiran buku ini memperkaya wawasan dan pengetahuan kita tentang Papua. Perspektif semacam ini penting karena sesungguhnya Papua merupakan wilayah yang sangat kaya warna. Kita selayaknya belajar tentang banyak hal, termasuk keanekaragaman wilayah itu.

 


Catatan Perjalanan ke Gorontalo

Melakukan perjalanan itu merupakan hal biasa dalam hidup. Sebagian besar dari kita pernah melakukannya. Bisa perjalanan jarak dekat, jarak jauh, atau bahkan sangat jauh.

Jadi dari aspek jarak ini sesungguhnya tidak ada yang istimewa dari perjalanan yang kita lakukan. Ia merupakan fenomena biasa. Bahkan bagi yang tempat kerjanya jauh dari rumah tempat tinggal, perjalanan justru merupakan bagian dari hidup sehari-hari. Ia bukan merupakan persoalan yang asing.

Justru karena merupakan hal biasa itulah penting dipikirkan untuk menjadi sesuatu yang berbeda. Jika sama dengan yang lainnya, tentu kurang menarik. Pergi meninggalkan rumah, naik pesawat, sampai di tujuan, ikut kegiatan, mengambil foto-foto, acara selesai, lalu pulang. Jika perginya cukup sering, tentu perjalanan akan berubah menjadi sesuatu yang membosankan. 

Dalam konteks inilah maka menulis jejak perjalanan yang kadang penuh rona itu menjadi penting. Karena jarang orang yang melakukannya maka menulis tentang perjalanan menjadi terasa istimewa, atau setidaknya menjadi sesuatu yang berbeda. Jadinya perjalanan bukan sebatas sebagai pengalaman melainkan pengalaman yang dituliskan.

Hal semacam inilah yang kami lakukan saat hadir dalam kegiatan Biannual Conference on Research Result II (BCRR II) yang dilaksanakan di IAIN Sultan Amai Gorontalo tanggal 25-27 November 2022. Kebetulan ada enam orang dari UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang hadir. Saya hadir sebagai reviewer, Arijal Khoiri sebagai nomine, dan empat orang pengurus LP2M sebagai undangan. Kami masing-masing memiliki kisah dan pengalaman. Perjalanan sama, menuju lokasi sama, namun dengan kisah yang berbeda. Tentu ada yang unik, menarik, dan menantang.

Saya yang awalnya memiliki gagasan untuk membuat buku antologi ini. Awalnya saya ingin menulis buku seorang diri. Itung-itung jika membuat lima puluh halaman yang berisi gambar dan tulisan, saya mampu membuatnya. Nantinya akan dibuat buku ukuran kecil. Lumayan untuk mendokumentasikan jejak perjalanan. Seiring waktu pikiran saya berubah. Bertemu dengan kawan-kawan dari LP2M UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung membuat saya tertantang untuk mengajak mereka menulis. Literasi bukan sekadar teori, tetapi ajakan. Kadang juga paksaan.

Begitulah, saya mengajak kawan-kawan untuk menulis buku ini. Kebetulan kami memiliki grup khusus. Di grup inilah saya mengajak menulis, melaporkan perkembangan tulisan saya, dan mendorong kawan-kawan untuk menyelesaikan tulisan. Ajakan ini paling tidak bisa menjadi pendorong kawan-kawan untuk segera menyelesaikan tulisannya.

Seiring perkembangan waktu, saya mengajak beberapa orang yang turut hadir di BCRR II Gorontalo. Salah seorang yang menyambut ajakan untuk menulis adalah Mbak Imas Maesaroh, dosen UIN Sunan Ampel Surabaya yang juga reviewer BCRR II. Jadilah tulisan Mbak Imas melengkapi isi buku ini.

Buku ini sudah siap terbit. Judulnya Behind the Conference Catatan Perjalanan ke Gorontalo. Kehadiran buku ini melengkapi buku-buku yang sudah terbit sebelumnya. Sebagai antologi, buku ini sama sekali tidak memiliki pretensi lebih. Saya bilang ke kawan-kawan bahwa buku semacam ini untuk senang-senang dan mengabadikan perjalanan. Jika setiap bepergian bisa ditulis, ia akan memberikan dokumentasi hidup yang lebih awet. Tidak sebagaimana foto yang kadang kita pun lupa konteks dan waktunya, tulisan jauh lebih hidup dan memiliki konteks. Salam.

22 komentar:

  1. buku-buku yang bagus semoga menemui takdirnya

    BalasHapus
  2. Programnya dahsyat, hasilnya juga superjosss. Inspiratif, Mas Prof. Nwn

    BalasHapus
  3. Masya Allah. Produktif sekalia para mahasiswa KKN UIN Tulung Agung

    BalasHapus
  4. Masya Allah.... mantap Pak Prof. Ngainun...

    BalasHapus
  5. Barakallah ikut bangga dengan karya spirit Literasi yang dikawal Prof Naim.

    BalasHapus
  6. Salut Pak Prof. Terima kasih

    BalasHapus
  7. BarakAllah Mantapp karya spirit Literasi, susesss Prof

    BalasHapus
  8. Subhanalloh! Literasi, KKN, dan karya, mantap! Inspiratif! Moga saya dapat mencontoh. Terimakasih Pak!

    BalasHapus
  9. "Literasi itu bukan sekadar teori, tetapi ajkaan. Kadang paksaan." Ini keren....

    BalasHapus
  10. Inspiratif, Prof. Program yang luar biasa , berharap bisa menduplikasi program serupa. Sukses dan sehat selalu, Prof Ngainun

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.