Nikmati Proses, Jangan Nodong

Februari 11, 2023


 

Ngainun Naim

 

Menulis tugas akhir—skripsi, tesis, disertasi—sesungguhnya bukan sekadar memenuhi syarat formal agar bisa lulus studi. Memang agar seorang mahasiswa bisa lulus studi itu salah satu syaratnya adalah ujian atas tugas akhir yang ditulis. Namun demikian semestinya dipahami oleh mahasiswa bahwa tugas akhir itu merupakan media belajar dalam maknanya yang substantif. Bukan sekadar ditandatangani oleh dosen pembimbing, diuji, lalu dinyatakan lulus dengan revisi.

Tugas akhir sesungguhnya merupakan penerjemahan metodologi penelitian yang dipelajari di kelas. Kuliah metodologi penelitian tidak akan membuat seorang mahasiswa mampu melakukan penelitian secara baik, Secara teori metodologi penelitian itu penting sebagai basis untuk melakukan penelitian. Namun tanpa adanya praktik secara serius, metodologi penelitian akan berhenti sebatas sebagai teori mengawang-ngawang yang tidak selaras dengan praktik.

Agar seseorang menjadi ahli dalam sebuah bidang maka harus melakukan sebuah kegiatan secara berulang. Para ahli motivasi menyebut teori sepuluh ribu jam. Artinya, jika seseorang melakukan sebuah aktivitas setara dengan sepuluh ribu jam, ia akan menjadi ahli.

Jika belum sampai pada jam terbang sejauh itu, apalagi belum memiliki jam terbang sama sekali, maka wajar jika banyak mengalami hambatan. Sinkronisasi teori dan praktik itu tidak mudah. Di sinilah peranan bimbingan dalam proses menulis tugas akhir.

Banyak mahasiswa tidak sabar dalam menjalani proses bimbingan. Mahasiswa tipe ini merasa berbahagia jika mendapatkan pembimbing yang mudah memberikan tanda tangan persetujuan atas tugas akhirnya. Namun merasa sangat tersiksa jika mendapatkan pembimbing yang telaten, memberikan catatan demi catatan, dan menyarankan perbaikan di banyak bagian tugas akhir. Dosen semacam ini dinilai sebagai dosen yang sulit.

Sebagai seorang dosen, saya memahami bahwa realitas mahasiswa sekarang ini tidak sama dengan mahasiswa sepuluh atau dua puluh tahun lalu. Kehidupan sekarang telah berubah sedemikian dinamis. Mentalitas jalan pintas dan serba cepat telah tumbuh dalam sebagian besar masyarakat sekarang ini. Mentalitas proses semakin termarginalisasi.

Namun demikian semestinya disadari bahwa melakukan penelitian itu sesungguhnya proses belajar. Matakuliah metodologi penelitian dipraktikkan dalam bentuk penelitian dalam makna yang sesungguhnya. Di sinilah sesungguhnya ruang belajar itu.

Tanpa adanya bimbingan, karya tulis yang dihasilkan oleh mahasiswa akan sarat dengan kesalahan. Kesalahan tersebut mencakup banyak aspek, mulai typo di banyak bagian tulisan, kesalahan metode, kesalahan teori, dan banyak kesalahan lainnya. Bimbingan membuat mahasiswa bisa mengetahui kesalahan dan memperbaikinya.

Ada beberapa mahasiswa yang memakai strategi nodong. Maksudnya, ia datang ke pembimbing pada detik last minute menjelang ujian. Ada banyak argumen yang disampaikan, termasuk minta belas kasihan. Intinya bagaimana agar dosen mau tanda tangan dan bisa mengikuti ujian.

Jika mahasiswa sejak awal menulis proposal mau rajin komunikasi dan konsultasi, waktu satu semester sesungguhnya cukup untuk melakukan penelitian dan menuliskannya. Catatannya adalah dilakukan secara konsisten. Saat ada kesulitan, dosennya ditemui. Konsultasi ini bisa menjadi jalan ditemukannya solusi atas masalah yang dihadapi.

Nah, di sini mental mahasiswa diuji. Ada mahasiswa yang langsung putus asa begitu mengetahui karya tulisanya penuh coretan. Ia mungkin berpikir dosennya telah mempersulit.

Ini cara pandang yang kurang tepat. Jika cara pandangnya dibalik, tentu hasilnya juga akan berbeda. Catatan dan coretan dari dosen dijadikan sebagai pelecut untuk merevisi. Tentu melakukan revisi tidak selalu mudah. Tetapi jika semangat untuk melakukan penelitian dan penulisan tugas akhir tinggi maka tidak ada yang sulit. Selalu akan ada jalan keluar atas masalah yang dihadapi.

Putus asa karena ada hal yang di luar harapan tidak akan menyelesaikan masalah. Apalagi jika kemudian tugas akhir dipinggirkan dan tidak di apa-apakan. Ini seperti menyimpan bom waktu. Saat kawan-kawannya yang gigih terus melakukan bimbingan, revisi, dan terus mengerjakan tugas akhir, ia masih belum melakukan apa-apa. Akibatnya, mungkin ia kaget ketika temannya sudah lulus ujian.

Bagi mahasiswa yang sedang menulis tugas akhir, nikmati saja prosesnya. Bukalah pikiran dan hati dengan penuh kesadaran untuk mengerjakan tugas akhir sebaik mungkin. Di dunia ini tidak ada yang mudah. Semuanya membutuhkan proses. Jadi jalani dan nikmati prosesnya. Tidak perlu emosi dan menyalahkan pihak lain.

Sepanjang dilakukan secara baik, tugas akhir hampir pasti akan disetujui oleh dosen pembimbing dan bisa diujikan. Jika banyak coretan, banyak koreksi, bahkan mungkin diminta mengganti judul, hal itu karena karya tulis tersebut memang belum memenuhi kriteria yang baik.

Saya ingat tulisan seorang profesor sebuah universitas di Jepang yang membimbing mahasiswa puluhan kali untuk diskusi, koreksi, dan memperbaiki. Hasilnya sangat luar biasa. Nyaris sempurna. Ujian bahkan hanya sekadar “jagongan” karena memang karya tulisnya sudah sangat bagus.

Menulis tugas akhir harus dilakukan dengan disiplin tinggi. Milan Kundera, sebagaimana dikutip Naning Pranoto dalam buku Creative Writing (Yogyakarta: Kanisius, 2011: 44-45), menambahkan dengan sikap sepenuh hati. Dua sikap ini menghasilkan totalitas dalam menulis sehingga dapat dipastikan hasilnya akan jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka yang menulis tugas akhir tanpa disiplin dan tanpa sikap teguh.

 

Tulungagung, 17-1-2023

 

18 komentar:

  1. Nggih prof... Setuju...
    Saya termasuk yang bimbingan paling lama di promotor saya.
    Setelah seminar hasil saja lima kali lebih .. belum sebelum itu...
    Tapi Alhamdulillah saya tercerahkan dengan maksud bimbingan supaya naskah akademis saya lebih bisa dibaca maksud dan arahnya.

    BalasHapus
  2. Leres prof.

    Terima kasih banyak ilmunya!

    BalasHapus
  3. Terima kasih prof.. akan saya tanamkan di dalam diri untuk selalu berkerja keras, kerja cerdas, pantang menyerah serta tawadhu' dalam segala kehidupan di masa depan yang masih menjadi misteri

    BalasHapus
  4. Sangat setuju sekali karena pernah mengalami ketika menyelesaikan Tesis.

    BalasHapus
  5. Muanteb, Pak Prof. kiai.

    BalasHapus
  6. Memang betul prof, tugas akhir baik skripsi atau tesis dan karya tulis lainnya menjadi momok mahasiswa.

    BalasHapus
  7. Mengapa harus mahasiswa diskriminasi...
    bagaimana dengan dosen yg sok sibuk, susah ditemui, susah di hubungi, banyak alasan, ujung2 nya nyalahin mahasiswa...
    Selalu dan selalu mahasiswa yg di salahkan, kalo mahasiswa menentang nilai yg terancam...
    Banyak komentar setuju dengan tulisan ini sesungguhnya mereka mencari perlindungan..

    BalasHapus
  8. Mencerahkan Prof 🙏🏽

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.