Hari Kecepit dan Inspirasi Pengembangan Institusi
Ngainun Naim
Ini awal puasa ramadhan. Tepatnya hari kedua. Sungguh belum bisa tubuh dan rasa ini untuk segera menyadari bahwa puasa itu tidak menghalangi aktivitas produktif.
Betapa indahnya seandainya hari jumat tanggal 24 Maret 2023 juga libur. Jadinya liburnya sangat panjang. Lima hari. Sungguh libur ideal di awal puasa.
Namun jumat tetap masuk. Jadilah kita masuk pada hari kecepit. Sabtu dan minggu kita libur lagi.
Pengetahuan tentang pentingnya tetap produktif saat puasa sesungguhnya sudah dimiliki. Kesadaran demikian pula. Namun fisik belum sepenuhnya menerima.
Beruntung hari jumat ini, 24 Maret 2023, cuaca tidak terlalu panas. Setelah jumatan justru redup. Beberapa wilayah, berdasarkan informasi, justru turun hujan. Suasana puasa betul-betul terasa.
Jumat jam 09.00 WIB ada undangan Focus Group Discussion dengan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag. Lokasi acara di Meeting Room Gedung KH Arief Mustaqiem Lt. 2.
Acara berlangsung santai. Meskipun demikian ada beberapa hal penting yang bisa saya catat dari kegiatan ini. Beberapa hal yang menurut saya menjadi inspirasi pengembangan institusi.
Memang, saya terbiasa mencatat poin-poin penting dari kegiatan apa pun. Bisa ceramah agama, sambutan, diskusi, khotbah jumat, membaca artikel, dan banyak hal lain. Saya mencatatnya di handphone. Kadang di notes. Tergantung kondisi. Saat dibutuhkan, saya tinggal membuka file dan mengolah catatan tersebut sesuai dengan kepentingan.
Sejauh ini saya merasakan betul manfaat mencatat. Mungkin apa yang saya catat itu biasa. Mungkin saya sudah tahu dan beberapa kali mendengar. Sebagaimana teknik dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian, saya tinggal menyeleksi catatan demi catatan sesuai dengan kepentingan.
Saat memberikan sambutan, Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag menyampaikan beberapa hal penting. Pertama, pengembangan Sumber Daya Manusia. Ini merupakan kebutuhan. Kemajuan hanya bisa dicapai dengan SDM yang berkualitas. Dosen semua harus doktor. Guru Besar juga dipacu. Jumlah 21 guru besar sekarang ini masih kurang. Apalagi ada 3 orang yang wafat. Karena itu terus dilakukan upaya-upaya konstruktif agar dosen yang sudah Lektor Kepala bisa menjadi Guru Besar.
Kedua, pengembangan infrastruktur. Jumlah mahasiswa 25.000 orang lebih sudah sangat banyak. Mereka harus bisa mendapatkan pelayanan secara baik. Sejauh ini pemenuhan infrastruktur terus dilakukan.
Ketiga, kerjasama. Institusi tidak ada yang maju sendirian. Kerjasama antar lembaga di dalam dan luar negeri harus terus dilakukan. Lewat kerjasama, kemajuan demi kemajuan bisa diraih.
Keempat, manajemen keuangan. Sistem Badan Layanan Umum (BLU) menjadi kesempatan untuk mengembangkan lembaga agar lebih mandiri.
Kelima, pengembangan program studi umum. Program studi agama sudah cukup. Beberapa program studi umum telah diusulkan. Tinggal mempersiapkan diri ketika izin turun.
Sementara itu Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag menyampaikan beberapa poin penting. Pertama, percepatan transformasi kelembagaan. STAIN didorong alih status menjadi IAIN. IAIN didorong alih status menjadi UIN. Ini menjadi tantangan tersendiri. Beberapa tahu ke depan, UIN Tulungagung akan mendapatkan saingan UIN Kediri, UIN Ponorogo, dan UIN Malang. Tinggal bagaimana UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung mengembangkan keunggulan.
Kedua, transformasi digital. Ini menjadi tantangan zaman yang harus direspon secara cepat. Jika tidak, kita akan semakin tertinggal.
Ketiga, internasionalisasi. Ini zaman global. Internasionalisasi menjadi kebutuhan yang harus disambut secara aktif-kreatif-konstruktif. Jika tidak, kita akan semakin tertinggal dalam kompetisi global.
Trenggalek, 25.3.2023
Mantap Prof.
BalasHapusTerima kasih Kang
HapusApapun yg ada selalu bisa disajikan dalam tulisan, terima kasih atas inspirasinya prof
BalasHapusAlhamdulillah
Hapus