Tirakat Orang Tua dan Pendidikan Anak

Maret 26, 2023

Dokpri: KH. Syamsul Abadi
 

Ngainun Naim

 

Saya menyukai isu-isu pendidikan. Ketika kuliah jenjang S-1, saya ada di Fakultas Tarbiyah. Selama sekian tahun saya berkutat dengan keilmuan pendidikan. Saya mendapatkan banyak wawasan dan pengetahuan dalam bidang ini karena faktor kuliah.

 

Sampai sekarang saya masih membaca buku-buku pendidikan. Juga artikel-artikel, khususnya artikel jurnal. Meskipun tidak banyak, buku-buku pendidikan menghiasi koleksi buku di rumah. Dalam jangka waktu tertentu, saya masih menekuni buku-buku pendidikan, terutama yang berkaitan dengan bidang yang sekarang ini saya tekuni, yaitu Studi Islam.

 

Jejak awal keilmuan saya memang pendidikan Islam. Bagi pembaca sekalian bisa menemui sekian buku saya berkutat tentang pendidikan. Beberapa judul yang bisa disebut adalah Rekonstruksi Pendidikan Nasional, Menjadi Guru Inspiratif, dan Komunikasi Pendidikan.

 

Seiring waktu, saya sudah tidak menulis buku atau artikel jurnal pure tentang pendidikan lagi. Jika pun menulis, tentu berkaitan dengan Studi Islam karena bidang inilah yang sekarang saya tekuni. Ini memang tantangan yang sesungguhnya tidak mudah.

 

Bagi pembaca sekalian yang ingin membaca karya tulis saya, bisa mengunjungi akun Google Scholar milik saya di sini. Meskipun tidak banyak, beberapa tulisan dalam bentuk buku dan artikel jurnal terkait pendidikan bisa diakses.

 

Pendidikan sesungguhnya merupakan topik yang selalu menarik. Ada beberapa hal yang menjadi alasan. Pertama, kehidupan saya sekarang ini berkaitan erat dengan dunia pendidikan. Saya bekerja sebagai seorang dosen. Otomatis berkaitan dengan dunia pendidikan.

 

Kedua, saya sering terlibat—langsung atau tidak langsung—dengan dunia pendidikan. Di MAN 2 Tulungagung, saya menjadi pengurus Komite Madrasah. Di Pondok Pesantren Mam’baul Ma’arif Denanyar Jombang, saya menjadi Pembina organisasi IKAPPMAM Cabang Tulungagung. Di beberapa lembaga, saya juga menjadi bagian. Jadi ini menautkan saya dengan isu-isu pendidikan.

 

Ketiga, saya memiliki banyak catatan terkait dengan pendidikan yang bisa diolah. Catatan itu bisa dalam bentuk kata pengantar. Terkadang saya juga heran dengan banyak kawan yang meminta saya untuk memberikan Kata Pengantar atas buku yang mereka tulis. Padahal itu bukan keahlian saya. Namun demi kebersamaan dan persahabatan, saya kembali belajar agar kata pengantar yang saya tulis tidak asal-asalan.

 

Buku karyaku di tahun 2023

Bentuk lainnya adalah catatan dari ceramah atau pengajian. Ini, bagi saya, cukup menarik. Saya menjadikannya sebagai mozaik yang penuh makna. Tinggal diolah, disajikan, dan dianalisis secara kritis.

 

Salah satu catatan saya menyebutkan tentang bagaimana menghasilkan anak sholeh. Sumbernya adalah ceramah KH. Syamsul Abadi Al-Hafidz. Beliau adalah seorang kiai muda dari Tebuireng Jombang. Materinya disampaikan dalam Pengajian di PP Darul Falah Parakan Trenggalek pada 13 Maret 2023.

 

Menurut KH. Syamsul Abadi, ada tiga lima tirakat yang beliau sampaikan berkaitan dengan strategi untuk mendidik anak menjadi anak sholeh. Pertama, jika ada tamu diusahakan untuk menghidangkan makan. Strategi ini sesungguhnya bisa dimaknai secara luas. Jika ingin anak kita sholeh maka orang tua jangan pelit. Harus dermawan. Dalam bahasa Jawa beliau mengungkapkan kaitannya orang pelit. Wong medit, anak-e pahit, putune jamu, pahit njekit.

 

Kedua, mendahulukan perintah Allah dibandingkan dengan yang lainnya. Ini sungguh berat. Dibutuhkan perjuangan untuk menjalankannya. Namun jika diusahakan secara maksimal maka potensi untuk menghasilkan anak sholeh lebih terbuka.

 

Ketiga, jangan kuatirkan kehidupan anak kita. Tugas kita sebagai orang tua adalah memberikan pendidikan yang sebaik mungkin. Pendidikan berbasis madrasah itu sekarang ini memberikan bekal ganda: ilmu umum dan agama. Di saat sekarang ini posisi madrasah semakin signifikan di tengah dinamika perkembangan zaman.

 

Keempat, tidak ada orang tua yang sukses dalam mendidik anaknya sendiri. Jika ada pun sangat jarang. Psikologi anak yang dididik orang tua sendiri dengan dididik orang lain itu berbeda. Anak kiai jarang yang mondok di pesantrennya sendiri. Jika pun mondok di pesantrennya sendiri biasanya ada guru khusus.

 

Kelima, melakukan usaha spiritual secara konsisten. Dzikir tertentu penting dilakukan agar ada pertolongan Allah kepada anak-anak kita.

 

Lima strategi yang ditawarkan oleh KH. Syamsul Abdi tersebut bisa jadi akan diperdebatkan oleh para ahli. Saya kira itu wajar karena setiap ahli memiliki perangkat keilmuan khas. Perdebatan itu menunjukkan adanya perspektif yang luas, bukan dogmatis.

 

Bagi masyarakat umum, perspektif yang ditawarkan KH. Syamsul Abdi cukup mencerahkan. Ditinjau dari ilmu Pendidikan Islam juga cukup kontekstual. Realitas empiris menunjukkan bahwa anak sholeh adalah hasil ikhtiar maksimal orang tua dan para guru.

 

Trenggalek, 26 Maret 2023

12 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.