Kader Pergerakan, Kuantitas, dan Kualitas
Ngainun Naim
Otak politik menjadi
salah satu akar ketidakmajuan organisasi. Segala sesuatunya dihitung dari
perspektif politik sempit. Ada proyeksi material dan kekuatiran atas kehilangan
sesuatu dalam konteks makna yang luas.
Padahal, ada
kepentingan yang jauh lebih luas yang semestinya menjadi titik perhatian. Memang
tidak mudah untuk menurunkan ego, namun jika berhasil dilakukan, ada manfaat yang
jauh lebih besar dan berjangka panjang yang bisa dirasakan.
Pokok-pokok pikiran
ini merupakan salah satu yang disampaikan oleh Rektor UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung, Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I saat menyampaikan
sambutan pada acara Tausiyah Pergerakan dan Buka Bersama PMII Komisariat
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung di Lantai 1 Masjid UIN Tulungagung. Penekanan
pada aspek ini penting sebagai ikhtiar untuk menjadikan PMII bukan sebatas
sebagai alat politik tetapi sebagai wadah pengkaderan dan pemberdayaan potensi
kader.
Rektor juga
menegaskan bahwa saatnya PMII berpikir serius dalam aspek kelembagaan dan
sumber daya manusia. Dalam aspek kelembagaan, Rayon baru harus segera dibentuk.
Pada aspek pengembangan SDM, hard skill dan soft skill harus dipikirkan
dan diwujudkan dalam langkah-langkah yang sistematis. Bukan hanya wacana tetapi
menjadi aksi nyata.
Sementara Ketua IKA
PMII Tulungagung, Khoiruddin Abbas, M.Si menjelaskan bahwa IKA PMII ini bukan
organisasi lokal. Ini organisasi nasional yang ada di banyak tempat di seluruh
Indonesia. Organisasi ini penting dalam konteks membangun komunikasi dan
jaringan antar kader dan alumni.
Bagi Cak Din—sapaan Khoiruddin
Abbas—PMII UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung itu organisasi besar dan
memang harus besar. Kondisinya berbeda dengan masa beliau dulu aktif di PMII.
Potensi, kondisi, dan hal-hal yang terkait dengan pengembangan PMII di masa
dulu sangat terbatas. Sekarang ini, dengan segala potensi yang ada, PMII
seharusnya besar. Pada titik inilah diperlukan kesadaran dan kerja semua pihak
untuk membesarkan PMII UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Ada dua hal yang menjadi
dasar pemikiran Cak Din, yaitu apa yang disebutnya sebagai shadow government.
Dalam teori ini dijelaskan bahwa organisasi akan besar jika memiliki dua
hal yang kuat, yaitu sistem kelembagaan dan sumber daya manusia yang
berkualitas. Konsekuensinya, PMII bisa mengadopsi dua hal ini agar bisa menjadi
organisasi yang besar dan berkualitas.
Saya juga menekankan
beberapa hal dalam kegiatan ini. Pertama, pertemuan yang digelar itu
merupakan kegiatan penting dan bermakna. Pada kegiatan ini ratusan pengurus
komisariat dan rayon bisa bersama dengan majelis pembina dan senior. Ini
merupakan momentum yang sangat bermakna.
Kedua, komunikasi harus dibangun secara lebih intensif di antara
sesama kader, dengan pembina, dan kader dengan alumni. Ini terlihat sederhana
tetapi sesungguhnya komunikasi adalah kunci bagi suksesnya sebuah misi.
Ketiga, identifikasi dan pemberdayaan potensi kader harus
dilakukan. Kader jumlahnya banyak. Di antara yang banyak, ada yang memiliki
potensi. Inilah yang harus diidentifikasi dan segera ditindaklanjuti dalam
aneka kegiatan yang konstruktif.
Keempat, berpikir proyektif. Betapa luar biasanya jika kader-kader
yang sekarang ini mendapatkan kesempatan pemberdayaan potensi. Sepuluh tahun ke
depan, mereka akan menjadi senior yang menentukan wajah PMII di masanya.
Trenggalek, 29 Maret 2024
Tidak ada komentar: