DAMPAK

Februari 27, 2025

DAMPAK

Ngainun Naim


Apa yang Anda bayangkan saat melihat gambar di atas? Saya yakin ada banyak bayangan. Sebanyak Anda yang membaca coretan remeh ini.

Memang setiap orang memiliki daya imajinasi yang bisa menginterpretasikan sebuah gambar. Tentu, karena berbagai hal, hasil interpretasi tidak sama antara satu orang dengan orang yang lain. Meskipun demikian, ada titik temu yang bisa diamini bersama.

Di antara bayangan yang mungkin muncul sebagai titik temu adalah perjuangan. Wisuda bukan sekadar ritual selesainya sebuah studi. Menjadi sarjana, magister, dan doktor adalah akumulasi perjuangan.

Kuliah—S1, S2, da, S3—itu adalah jejak hidup yang tidak akan terlupakan. Jejak hidup yang tidak selesai untuk diceritakan dalam satu pertemuan. Reuni, dalam konteks ini, sesungguhnya merupakan upaya mengembalikan jejak hidup dalam narasi bersama.

Peristiwanya sudah berlalu. Namun kenangannya tidak lekang oleh waktu.



Bagi yang diwisuda, hasil dari perjuangan panjangnya selama studi terakumulasi dalam wisuda. Proses peenyelesai studi juga menorehkan aneka kisah. Di level S1, ada yang sangat cepat selesainya. Mereka—jumlahnya sedikit—ada yang bisa menyelesaikan studi dalam tujuh semester.

Di antara yang wisuda ada juga yang nyaris kehilangan status sebagai mahasiswa. Mereka adalah anggota Mapala alias Mahasiswa Paling Lama. Di sini kerja keras program studi untuk mengkomunikasikan dengan mahasiswa sangat penting. Tentu kerja keras mahasiswa yang menjadi kunci. Jika tidak selesai pada semester 14, riwayatnya tamat. Dalam riwayat hidupnya tertulis pernah menempuh studi di bangku kuliah. Itu saja. Ijasah? Sebatas harapan karena tidak berhasil diperjuangkan.

Bagi orang tua, anak bisa wisuda adalah kebahagiaan tak terkira. Demi menghadiri wisuda, mereka melakukan usaha yang tidak sederhana. Sebagaimana foto di atas, orang tua tidak selalu hanya berdua. Kadang kerabat juga ikut serta.

Bisa hadir ke kampus dan menyaksikan wisuda itu kesempatan hidup yang luar biasa. Perjuangan mereka membiayai kuliah anak-anaknya yang kerap penuh dinamika tertunai dengan adanya wisuda.

Pada Wisuda ke-42 UIN Sayyid Ali  Rahmatullah Tulungagung tanggal 26 Februari 2025, ada 1.000 wisudawan. Bukan jumlah yang sedikit. Tentu kita ikut bahagia bisa mengantarkan mereka sampai ke jenjang ini.

Ada banyak hal yang bisa dikisahkan. Ada banyak pesan yang tersampaikan. Juga ada banyak lagu yang dinyanyikan.

Namun saya ingin mencatat pesan penting Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Prof. Dr. Abd. Aziz, M.Pd.I. yang terangkum dalam singkatan DAMPAK. Ini bukan dampak yang bermakna akibat tapi akronim.

D: dedikasi. Menjadi lulusan perguruan tinggi harus memiliki dedikasi karena inilah yang akan mempengaruhi terhadap kiprah dalam menjalani kehidupan. Dedikasi, diakui atau tidak, menjadi salah satu kunci sukses dalam hidup.

A: aktif. Jangan malas. Aktif dalam maknanya yang luas. Hidup dengan tingkat keaktifan terukur sangat penting dalam kehidupan.

M: mandiri. Lulus kuliah merupakan tantangan untuk mandiri. Jangan lagi bergantung kepada orang tua. Mandiri merupakan aspek penting yang harus diperjuangkan.

P: profesional. Ini karakter penting dalam hidup. Bekerja secara profesional adalah bekerja dengan totalitas. Implikasinya, bekerja akan sarat dengan prestasi.

A: amanah. Ini terlihat sederhana tetapi tidak mudah di dalam menjalankannya. Ini berkait dengan profesional. Titik tekan amanah adalah dapat dipercaya dan menjalankan kerja sebaik-baiknya.

K: kebanggaan. Para wisudawan harus menjadi kebanggaan bagi diri sendiri, keluarga, dan juga institusi. Kebanggaan ini tidak lahir dengan begitu saja. Kebanggaan adalah hasil dari akronim DAMPAK.

 

Tulungagung, 27 Februari 2025

 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.