Great Book--The Power of Writing
Resensi buku saya The Power of Writing. Tulisan ini diambil dari blog penulisnya:
http://blogane-ekasutarmi.blogspot.com.
Oleh Eka Sutarmi
Mahasiswa TBI IAIN Tulungagung
Menulis
ternyata memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan. Tidak diragukan
lagi bahwa banyak orang yang sukses berkat menulis. Itu salah satu
pelajaran yang bisa di ambil dari buku The
Power of Writing. Hampir seminggu lebih kiranya waktu yang saya gunakan
untuk membaca buku dengan ketebalan 230 halaman ini. Entah kenapa saya sangat
asyik dan menikmati saat membaca buku ini, hampir 4-6 judul saya baca setiap
harinya. Isinya benar-benar membuat penasaran, setelah selasai membaca judul
yang satunya, rasa penasaran untuk mengetahui isi judul berikutnya membuat
tidak sabar untuk segera membacanya. Setiap
babnya berisi pengalaman penulis dalam
menulis serta kisah orang-orang
tentang menulis yang begitu
menginspirasi. Bahasa yang di gunakan dalam buku ini juga mudah untuk di
pahami. Selain itu yang membuat saya suka, selalu ada ending yang menarik di akhir setiap babnya yang
memotivasi kita untuk menulis dan menulis.
Buku ini sangat menginspirasi penulis
pemula yang masih terperangkap dalam sebuah kebingungan, kecemasan, dan
kesulitan-kesulitan lainnya. Belajar dari penulis dan orang-orang yang telah
berhasil melawan kesulitan-kesulitan yang di hadapi saat menulis, seperti
halnya saat spirit menulis menurun. Di awal bab 2 tentang motivasi menulis
dijelaskan bahwa Ada banyak factor yang menjadi penyebab spirit menulis itu
menurun, di antaranya kondisi fisik yang capek, macetnya ide bisa karena belum
terlatih untuk menulis, menulis di lakukan hanya pada saat tertentu saja
(berdasarkan mood) cara mengatasinya cukup sederhana, yaitu dengan menulis
setiap hari. Di percaya semakin memiliki jam terbang menulis yang tinggi,
maka akan semakin terlatih dalam menulis, ide-ide akan mudah di dapatkan, karya
akan mudah di hasilkan sehingga hambatan-hambatan itu akan hilang. Saat malas menyapa pun juga begitu, tidak
ada cara lain untuk mengatasinya kecuali dengan menulis. Penulis mengatakan
bahwa malas menulis harus dilawan, tidak boleh larut di dalamnya, cara
mengatasinya juga sederhana dengan segeralah untuk menulis.
Selain itu, setelah
membaca buku ini rasannya tidak bisa dijadikan lagi kalau tidak ada waktu untuk
menulis. Penulis sendiri menurut saya adalah orang yang sibuk, banyak sekali
kegiatan yang harus beliau lakukan dalam kesehariannya … karena prinsip nya
tidak mudah menyerah dan memiliki komitmen tinggi dalam menulis, jadi sesibuk
apapun harus tetap menulis. Belajar orang-orang yang juga memiliki semangat
tinggi untuk menulis di tengah kesibukan nya sebagai TKW, mereka adalah Sri
lestari dan Eni kusuma. Di tengah-tengah kesibukan mereka sebagai pembantu
rumah tangga, tapi mereka mampu mengasah bakat menulisnya. Selain itu yang bisa
di jadikan motivasi kita dalam menulis adalah sosok Pak Emcho yang memiliki
komitmen yang sangat tinggi dalam menulis (write or die). Di tengah kesibukannya, menulis tetap harus
menjadi kegiatan yang tidak bisa di tinggalkan. Menulis, menulis, dan menulis
sudah menjadi aktivitas wajibnya . Hal tersebut
bisa menjadi renungan bagi kita, khususnya saya pribadi saat kita sedang
tidak bisa menulis dengan alasan karena tidak punya waktu atau sedang
sibuk.
Spirit menulis juga
terbangun saat di sajikan berbagai tokoh yang hidupnya menjadi berubah berkat
menulis. Energi kata … memang sangat besar kekuatan energy dalam kata. Pak
Ngainun Naim memberikan contoh
sosok-sosok luar biasa yang hidupnya berubah akibat menulis. Sosok Ali Audah misalnya, ia adalah salah seorang yang
hidupnya berubah karena membaca buku-buku hingga paham dan menjadikan nya
ketrampilan. Beliau tidak lulus SD, tapi ia tidak menyerah, ia berjanji pada
dirinya sendiri untuk hidup mandiri tanpa ijazah. Sebagai solusinya ia mendidik
dirinya sendiri untuk memiliki perbendaharaan pengetahuan dan ketrampilan
layaknya orang yang berijazah, dan masih banyak lagi sosok lainnya.
Untuk menunjang
kesuksesan menulis dan meningkatkan kualitas tulisan, maka harus ada beberapa
hal yang harus di lakukan. Dengan berjejaring, untuk menghasilkan tulisan yang
bermutu maka harus terus belajar. Salah satunya dengan belajar ke sesama
penulis. Yang tidak kalah penting nya adalah dengan rajin membaca, karena itu
akan menambah perbendaharaan wawasan untuk di tulis. Mustahil seseorang mampu
menulis secara baik jika tidak pernah membaca.
Perjuangan penulis
untuk bisa hingga seperti sekarang ini ternyata sangat luar biasa, berbagai
cara pun dilakukan, tidak semuanya berjalan dengan mulus. Bisa diambil
pelajaran bahwa kita tidak boleh
menyerah dalam kondisi apapun, apapun yang terjadi ya tetap menulis. Yang juga
membuat saya terkesima saat di buku itu tertulis kisah beliau yang di tulis
dengan jelas, hal sekecil apapun ia rekam dengan waktu dan kejadian yang sangat
jelas, ia memanfaatkan momen sekecil apapun dalam sebuah tulisan. Itu juga saya
jadikan motivasi bagi saya untuk menulis, karena seringkali saya meremehkan
momen-moment tertentu sehingga tidak saya tulis yang seharusnya bisa dijadikan
ide cemerlang untuk menghasilkan sebuah tulisan.
Dengan buku ini, Pak Ngainun
Naim telah mengajarkan banyak hal, mulai dari hal yang sederhana hingga belajar
dari banyak tokoh sekalipun tentang menulis. Dengan tulisan-tulisan
itu, beliau berusaha mendorong agar kami memiliki semangat untuk menulis, the
great book. Petuah yang begitu mengena dalam diri saya, harus ditanamkan
baik-baik agar tetap terus menulis “Salah satu syarat menulis adalah
memiliki kemauan untuk terus menulis. Ya, menulis tentang apa saja, dimana saja, kapan saja, dan tidak boleh
patah semangat. Jangan pedulikan soal kualitas, karena kualitas akan meningkat
seiring dengan serignya menulis. Karena itu kalau saya ditanya carannya
menulis, jawabnya Cuma satu: MENULISLAH SEKARANG JUGA. JANGAN DI TUNDA. Hal
utama yang harus di bangun saat akan (dan sedang) menekuni dunia menulis adalah
memompa semangat menulis, menjaga secara konsisten, tekun, rajin, dan terus
berusaha menulis. Tundukan semua hambatan sulit menulis.
HARGANYA BERAPA YA PAK ?
BalasHapusHarga Rp. 50 ribu plus ongkos kirim. Kalau ke Salatiga, ongkos kirimnya Rp. 15 rb. Jadi totalnya Rp. 65 rb.
BalasHapus