Great Book--The Power of Writing

Maret 09, 2015


Resensi buku saya The Power of Writing. Tulisan ini diambil dari blog penulisnya: 
 http://blogane-ekasutarmi.blogspot.com.


Oleh Eka Sutarmi
Mahasiswa TBI IAIN Tulungagung
 
Cover buku The Power of Writing
Menulis ternyata memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan. Tidak diragukan lagi bahwa banyak orang yang sukses berkat menulis. Itu salah satu pelajaran yang bisa di ambil dari buku The Power of Writing. Hampir seminggu lebih kiranya waktu yang saya gunakan untuk membaca buku dengan ketebalan 230 halaman ini. Entah kenapa saya sangat asyik dan menikmati saat membaca buku ini, hampir 4-6 judul saya baca setiap harinya. Isinya benar-benar membuat penasaran, setelah selasai membaca judul yang satunya, rasa penasaran untuk mengetahui isi judul berikutnya membuat tidak sabar untuk segera membacanya. Setiap babnya berisi pengalaman penulis  dalam menulis serta kisah orang-orang  tentang  menulis yang begitu menginspirasi. Bahasa yang di gunakan dalam buku ini juga mudah untuk di pahami. Selain itu yang membuat saya suka, selalu ada ending  yang menarik di akhir setiap babnya yang memotivasi kita untuk menulis dan menulis.

Buku ini sangat menginspirasi penulis pemula yang masih terperangkap dalam sebuah kebingungan, kecemasan, dan kesulitan-kesulitan lainnya. Belajar dari penulis dan orang-orang yang telah berhasil melawan kesulitan-kesulitan yang di hadapi saat menulis, seperti halnya saat spirit menulis menurun. Di awal bab 2 tentang motivasi menulis dijelaskan bahwa Ada banyak factor yang menjadi penyebab spirit menulis itu menurun, di antaranya kondisi fisik yang capek, macetnya ide bisa karena belum terlatih untuk menulis, menulis di lakukan hanya pada saat tertentu saja (berdasarkan mood) cara mengatasinya cukup sederhana, yaitu dengan menulis setiap hari. Di percaya semakin memiliki jam terbang menulis yang tinggi, maka akan semakin terlatih dalam menulis, ide-ide akan mudah di dapatkan, karya akan mudah di hasilkan sehingga hambatan-hambatan itu akan hilang. Saat malas menyapa pun juga begitu, tidak ada cara lain untuk mengatasinya kecuali dengan menulis. Penulis mengatakan bahwa malas menulis harus dilawan, tidak boleh larut di dalamnya, cara mengatasinya juga sederhana dengan segeralah untuk menulis. 

Selain itu, setelah membaca buku ini rasannya tidak bisa dijadikan lagi kalau tidak ada waktu untuk menulis. Penulis sendiri menurut saya adalah orang yang sibuk, banyak sekali kegiatan yang harus beliau lakukan dalam kesehariannya … karena prinsip nya tidak mudah menyerah dan memiliki komitmen tinggi dalam menulis, jadi sesibuk apapun harus tetap menulis. Belajar orang-orang yang juga memiliki semangat tinggi untuk menulis di tengah kesibukan nya sebagai TKW, mereka adalah Sri lestari dan Eni kusuma. Di tengah-tengah kesibukan mereka sebagai pembantu rumah tangga, tapi mereka mampu mengasah bakat menulisnya. Selain itu yang bisa di jadikan motivasi kita dalam menulis adalah sosok Pak Emcho yang memiliki komitmen yang sangat tinggi dalam menulis (write or die).  Di tengah kesibukannya, menulis tetap harus menjadi kegiatan yang tidak bisa di tinggalkan. Menulis, menulis, dan menulis sudah menjadi aktivitas wajibnya . Hal tersebut  bisa menjadi renungan bagi kita, khususnya saya pribadi saat kita sedang tidak bisa menulis dengan alasan karena tidak punya waktu atau sedang sibuk. 

Spirit menulis juga terbangun saat di sajikan berbagai tokoh yang hidupnya menjadi berubah berkat menulis. Energi kata … memang sangat besar kekuatan energy dalam kata. Pak Ngainun Naim memberikan contoh sosok-sosok luar biasa yang hidupnya berubah akibat menulis. Sosok Ali Audah  misalnya, ia adalah salah seorang yang hidupnya berubah karena membaca buku-buku hingga paham dan menjadikan nya ketrampilan. Beliau tidak lulus SD, tapi ia tidak menyerah, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk hidup mandiri tanpa ijazah. Sebagai solusinya ia mendidik dirinya sendiri untuk memiliki perbendaharaan pengetahuan dan ketrampilan layaknya orang yang berijazah, dan masih banyak lagi sosok lainnya. 

Untuk menunjang kesuksesan menulis dan meningkatkan kualitas tulisan, maka harus ada beberapa hal yang harus di lakukan. Dengan berjejaring, untuk menghasilkan tulisan yang bermutu maka harus terus belajar. Salah satunya dengan belajar ke sesama penulis. Yang tidak kalah penting nya adalah dengan rajin membaca, karena itu akan menambah perbendaharaan wawasan untuk di tulis. Mustahil seseorang mampu menulis secara baik jika tidak pernah membaca. 

Perjuangan penulis untuk bisa hingga seperti sekarang ini ternyata sangat luar biasa, berbagai cara pun dilakukan, tidak semuanya berjalan dengan mulus. Bisa diambil pelajaran bahwa kita  tidak boleh menyerah dalam kondisi apapun, apapun yang terjadi ya tetap menulis. Yang juga membuat saya terkesima saat di buku itu tertulis kisah beliau yang di tulis dengan jelas, hal sekecil apapun ia rekam dengan waktu dan kejadian yang sangat jelas, ia memanfaatkan momen sekecil apapun dalam sebuah tulisan. Itu juga saya jadikan motivasi bagi saya untuk menulis, karena seringkali saya meremehkan momen-moment tertentu sehingga tidak saya tulis yang seharusnya bisa dijadikan ide cemerlang untuk menghasilkan sebuah tulisan.

Dengan buku ini, Pak Ngainun Naim telah mengajarkan banyak hal, mulai dari hal yang sederhana hingga belajar dari banyak tokoh sekalipun tentang menulis. Dengan tulisan-tulisan itu, beliau berusaha mendorong agar kami memiliki semangat untuk menulis, the great book. Petuah yang begitu mengena dalam diri saya, harus ditanamkan baik-baik agar tetap terus menulis “Salah satu syarat menulis adalah memiliki kemauan untuk terus menulis. Ya, menulis tentang apa saja, dimana saja, kapan saja, dan tidak boleh patah semangat. Jangan pedulikan soal kualitas, karena kualitas akan meningkat seiring dengan serignya menulis. Karena itu kalau saya ditanya carannya menulis, jawabnya Cuma satu: MENULISLAH SEKARANG JUGA. JANGAN DI TUNDA. Hal utama yang harus di bangun saat akan (dan sedang) menekuni dunia menulis adalah memompa semangat menulis, menjaga secara konsisten, tekun, rajin, dan terus berusaha menulis. Tundukan semua hambatan sulit menulis.

2 komentar:

  1. Harga Rp. 50 ribu plus ongkos kirim. Kalau ke Salatiga, ongkos kirimnya Rp. 15 rb. Jadi totalnya Rp. 65 rb.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.