Spirit Sudah, Tinggal Eksekusi
Oleh Ngainun Naim
Saya melihat ada peningkatan gairah menulis sekarang ini. Para penulis baru
bermunculan dari berbagai macam profesi, mulai guru, dosen, ilmuwan, pengusaha,
pegawai, pekerja, mahasiswa, hingga buruh. Rentang usianya pun sangat
bervariasi, mulai balita, anak-anak, remaja, dewasa, hingga yang sudah berusia
senja.
Gairah yang dimiliki pun bervariasi. Ada yang rendah, sedang, tinggi, dan
naik turun. Ada yang sudah produktif menelurkan karya, ada yang sedang berjuang
keras demi terbitnya karya perdana, dan ada juga yang baru berimajinasi untuk
memiliki karya.
Begitulah. Fenomenanya memang sangat beragam. Justru karena keragaman
inilah dunia menulis selalu unik dan kaya warna. Ia selalu memperkaya spirit
untuk menorehkan karya yang berguna.
Cukup banyak yang ingin menulis tetapi tidak tahu jalannya. Apa yang harus
dilakukan pun terasa gelap. Dalam ketidaktahuan inilah mereka akhirnya pasrah.
Mimpi menulis pun digantung dalam asa.
Ada yang tahu jalannya tetapi tidak menapaki. Ada saja hambatannya.
Hambatan itu bisa dari luar diri (eksternal), bisa juga dari dalam diri
(internal). Jika hambatan berhasil diatasi, langkah di jalan menulis terbuka
lebar. Jika gagal, akan terbuka seribu alasan untuk berdalih.
Tetapi ada juga yang sudah menapaki jalan kepenulisan ini. Mereka
sesungguhnya sama dengan yang lain. Persoalan juga ada. Jalan terjal harus
dihadapi. Tetapi mereka terus menulis.
Saya kira tipe ketiga inilah yang ideal sekaligus membedakan antara penulis
dengan calon penulis. Sesungguhnya tipenya bisa lebih banyak lagi. Anda bisa
mengembangkannya sendiri.
Saya sendiri menekuni dunia menulis dengan tidak mudah. Jalan terjal dan
berliku menjadi bagian tidak terpisah saat memasuki dunia olah kata ini.
Berkali-kali persoalan dan hambatan datang. Sampai sekarang saya masih belajar.
Masih banyak hal yang harus saya pelajari.
Dalam menulis saya tidak memasang target muluk-muluk. Saya hanya selalu
berusaha menulis dan menambah pengetahuan. Melalui tulisan sederhana yang saya
buat, saya berharap bisa menginspirasi mereka yang membaca.
Saya merasa bahagia jika bisa membantu teman berproses menulis. Semoga saja
inspirasi dari tulisan-tulisan yang saya buat menjadi berkah. Amin.
Buku The Power of Writing yang terbit januari lalu adalah wujud rasa
syukur saya dalam menapaki jejak menulis. Melalui buku tersebut saya berharap
semakin banyak orang yang mau dan mampu menulis.
Buku sederhana tersebut sudah dipesan oleh lebih dari 100 orang. Mereka ada
yang sangat jauh--Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, dan
kota-kota lain di Jawa--dan tidak sedikit dari teman-teman dekat. Semoga saja
semakin banyak lahir penulis setelah membaca tulisan-tulisan saya.
Buku The
Power of Writing sudah dibedah beberapa kali. Pertama kali dibedah di IAIN Tulungagung. Penyelenggaranya adalah Himpunan
Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah. Acara yang dilaksanakan di Aula Utama
IAIN Tulungagung pada 17 Februari lalu tersebut diikuti oleh ratusan peserta.
Bedah buku kedua dilaksanakan pada 4 April 2015 lalu. Penyelenggaranya
adalah UPT Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesuma Negara Blitar. Pada
acara tersebut hadir sekitar 100 orang peserta.
Bedah buku ketiga dilaksanakan pada Sabtu, 11 April 2015. Acara yang
dilaksanakan di Aula STIT Sunan Giri Trenggalek tersebut menghadirkan dua orang
pembedah, yaitu Drs. Widi Suharto, M.Pd (Dosen STKIP Trenggalek) dan Misbahus
Surur, M.Pd (Dosen UIN Maliki Malang). Pada acara ini hadir tidak kurang dari
70 peserta, mulai siswa SMA, Mahasiswa hingga masyarakat umum.
Pada ketiga acara bedah buku saya menemukan spirit yang hampir sama, yaitu
spirit menulis. Hal ini terlihat pada pertanyaan dan perbincangan yang muncul
dari para peserta. Intinya, spirit menulis sudah dimiliki, tinggal bagaimana
menindaklanjuti dalam aksi. Salam
Salam kenal kembali Mas Pradana.
BalasHapus