Pengajian di Malam Tahun Baru
Oleh Ngainun Naim
Tahun baru disambut gegap
gempita di berbagai tempat di seluruh dunia. Bermacam-macam acara digelar,
mulai yang bernuansa religius sampai yang bernuansa hedonis. Semua dilakukan
dalam rangka menyambut harapan baru di tahun baru.
Jika Anda keluar rumah, Anda
bisa menyaksikan riuh rendahnya suasana malam menjelang pergantian tahun.
Kegembiraan terpancar dengan ekspresi yang beranekaragam. Dan keadaan semacam
ini telah menjadi ritual rutin setiap tahun.
Secara pribadi saya lebih
menyukai kegiatan keagamaan dalam menyongsong tahun baru. Bentuknya bisa
pengajian, dzikir atau refleksi bersama. Kegiatan keagamaan menurut saya lebih
bermanfaat daripada masuk dalam lingkaran hiruk-pikuk yang kurang bermanfaat.
Saya sendiri di malam tahun
baru tidak ikut dalam hiruk-pikuk atau ikut kegiatan keagamaan. Semalam saya
mengantar Bapak kontrol kesehatan ke dokter. Usia sepuh memang membuat kondisi
kesehatan beliau tidak lagi prima sebagaimana saat muda.
Saat perjalanan pulang, tanpa
sengaja saya menemukan stasiun radio yang menyiarkan secara langsung pengajian
kiai yang lagi naik daun, KH Anwar Zahid. Setelah pengajian usai baru saya tahu
bahwa itu adalah stasiun radio Angkling Darmo FM yang berada di Desa
Mirigambar. Sedangkan lokasi pengajian di Desa Bendilwungu.
Sebagai orang yang mencintai
dunia membaca-menulis, ceramah K.H. Anwar Zahid pun harus saya rekam. Saya
tidak ingin ilmu penting yang saya peroleh hilang begitu saja karena lupa. Karena
keadaan, saya mencatat poin-poin penting ceramah beliau di hp saya.
![]() |
Brosur pengajian KH Anwar Zahid di Tulungagung |
Berdasarkan catatan di hp, KH Anwar Zahid menyampaikan tentang
pentingnya menghormati: (1) ulama; (2) umara; (3) tetangga; (4) saudara; (5)
suami atau istri.
(1) Tentang menghormati ulama
dijelaskan kiai asal Bojonegoro tersebut bahwa ulama merupakan ahli waris Nabi.
Kita belajar Al-Quran dan Hadis tidak bisa langsung kepada Nabi. Ilmu ulama
yang membuat kita mengerti ajaran Islam.
KH Anwar Zahid membuat
analogi sederhana terkait persoalan ini. Allah diibaratkan sumber air, Nabi
diibaratkan pompa air, Ulama diibaratkan paralon. Kita bisa memanfaatkan air
karena paralon. Kita mendapatkan ilmu Islam melalui jasa ulama.
(2) Terhadap umara kita juga
harus menghormati. Program mereka kita sokong agar berhasil. Jika kurang setuju
kita kritik. Tujuannya agar baik. "Tapi gunakan kritik yang santun.
Jangan anarkhis", tegas KH Anwar Zahid.
(3) Terhadap tetangga
demikian juga adanya. Sehari-hari kita berinteraksi dengan mereka. Apapun yang
kita lakujan secara sosial mesti berkaitan dengan mereka. Maka perbaikilah
relasi dengan mereka karena tetangga yang akan membantu kita saat kita
butuhkan.
(4) Saudara adalah orang yang
memiliki pertalian darah dengan kita. Mereka harus kita hormati. Kita jalin
rasa keterikatan agar hidup semakin berkah. Jangan sampai afa konflik, apalagi
memutus tali persaudaraan.
(5) Pasangan hidup adalah
orang yang menemani perjalanan hidup kita. KH Anwar Zahid mengajak untuk mengedepankan
kebaikan dalam hubungan dengan mereka. Bukan justru menjelek-jelekkan.
Pengajian di malam tahun baru
sungguh bermanfaat. Acara semacam ini jauh bernilai dibandingkan hura-hura.
Semoga di tahun ini kebaikan demi kebaikan menyertai hidup kita. Amin.
Tidak ada komentar: