Perubahan Paradigma
Oleh Ngainun
Naim
![]() |
Pamflet acara |
Catatan sederhana ini tidak hendak mengulas
pemikiran ilmuwan Thomas S. Kuhn dalam bukunya yang sangat monumental, The
Structure of Scientific Revolutions. Edisi Indonesia buku Kuhn diterbitkan
oleh Penerbit Rosdakarya Bandung dengan judul The Structure of Scientific
Revolutions, Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. Salah satu kata kunci yang diperkenalkan Thomas S. Kuhn
dalam ruang publik adalah paradigma. Karena itu wajar jika Anda memiliki dugaan
bahwa tulisan ini akan membahas tentang pemikiran Kuhn.
Mohon maaf, saya tidak
akan mengulas dalam tulisan ini. Bagi Anda yang berminat mendalami pemikiran
Kuhn, bisa membaca buku Kuhn edisi asli atau edisi terjemahnya. Anda juga bisa
membaca berbagai buku yang mengulas secara gamblang tentang pemikiran Kuhn.
Catatan sederhana ini
berangkat dari pidato Bupati Trenggalek, Dr. Emil Elestianto Dardak, M.Sc. Hari
Minggu tanggal 6 Maret 2016, saya mendapat jadwal dari teman-teman Quantum
Litera Center (QLC) Trenggalek untuk menjadi narasumber dalam acara yang mereka
gelar, yaitu Sarasehan Literasi. Seingat saya, sudah beberapa kali saya mengisi
acara yang dikomandani penulis asal Trenggalek, yaitu Nurani Soyomukti. Karena
sudah beberapa kali mengisi, saya agak hafal dengan kebiasaan pelaksanaan
acara, yaitu molor.
Minggu pagi saya masih
sibuk dengan kegiatan di rumah. Sekitar jam 8 HP saya berbunyi beberapa kali.
Ternyata dari Nurani Soyomukti. ”Mas, cepat ke lokasi ya. Mas Emil sudah
datang.”
Saya tentu terkejut. Ini
adalah pertama kalinya acara QLC di hadiri bupati. Dan beliau datang tepat
waktu.
![]() |
Peserta yang memenuhi Aula Dinas Budparipora Trenggalek |
Saya pun segera
meluncur. Anak saya juga ikut. Dia rupanya mengidolakan Pak Emil.
Sampai di lokasi, acara
sedang berlangsung, yaitu menyanyikan lagu Indonesia Raya. Usai menyanyikan
lagu Indonesia Raya, saya diajak maju di depan, duduk persis di samping Bupati
Emil Dardak.
Tidak banyak yang saya
lakukan selain sekadar berbasa-basi dengan beliau. Justru yang paling menarik
saya kira adalah sambutan beliau. Ada beberapa hal yang saya tangkap dari ceramah
beliau. Pertama, pentingnya perubahan paradigma. Menurut Dr. Emil,
kehidupan umum masyarakat Trenggalek selama ini berkutat pada bagaimana
bertahan hidup secara alami. Kondisi alam yang kurang menguntungkan menjadikan
orientasi hidup masyarakat lebih pada bagaimana bertahan hidup dengan kondisi
alam yang kurang menguntungkan. Selain itu juga bagaimana bertahan hidup menghadapi
isolasi geografis. Justru karena realitas yang semacam itulah diperlukan
perubahan paradigma.
Kedua, optimalisasi potensi Sumber Daya Manusia (SDM) penting
dilakukan secara terus-menerus karena sesungguhnya basis kemajuan terletak pada
SDM yang mumpuni. Dr. Emil menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur itu
penting, tetapi pengembangan dan peningkatan kualitas SDM jauh lebih penting.
”Acara semacam ini penting sekali perannya untuk meningkatkan kualitas
manusia,” papar Bupati muda yang penuh semangat tersebut.
Ketiga, perlu inovasi secara terus-menerus untuk kemajuan
Trenggalek. Ada banyak sekali gagasan dan pemikiran yang disampaikan oleh
Bupati Trenggalek dalam kerangka memajukan daerah yang baru dipimpinnya. Salah
satu usulannya adalah bagaimana mengemas nasi tiwul menjadi makanan yang
memiliki nilai tawar tinggi. ”Jika hanya tiwul, orang kesannya kurang
apresiatif. Tetapi jika diolah secara kreatif dan diberi nama seperti Cassava
Rice, saya kira tiwul memiliki peluang untuk diakses masyarakat secara
luas. Apalagi sekarang ini banyak orang yang tidak boleh mengonsumsi beras.
Justru di sinilah pentingnya strategi menawarkan tiwul kepada masyarakat luas,”
paparnya.
Keempat, budaya literasi adalah modal penting untuk kemajuan
masyarakat Trenggalek. Dengan penuh semangat Bupati yang juga suami artis Arumi
Bachsin tersebut mengajak peserta membangun renaisans Trenggalek. Dan itu bisa
dilakukan dengan partisipasi seluruh warga masyarakat. Tradisi literasi adalah
salah satu modal penting membangun renaisans.
Kelima, bekerja keras. Melalui kerja keras, akan banyak prestasi
yang bisa diraih. Langkah penting untuk bekerja keras adalah tidak menunda
pekerjaan. Menunda pekerjaan akan menjadikan banyak hal yang seharusnya bisa
ditangani menjadi tertunda. Padahal ada banyak hal yang seharusnya bisa
diperoleh dari kerja keras dengan tidak menunda pekerjaan.
Sambutan Bupati
Trenggalek Dr. Emil Elestianto Dardak, M.Sc sungguh penuh inspirasi, khususnya
buat saya. Saya kira wajar banyak masyarakat Trenggalek yang menaruh harapan
besar kepada beliau karena memang beliau memiliki pemikiran cerdas dan
inovatif. Semoga harapan masyarakat dapat terwujud.
sip sip...smoga beneran inovatif; tak sekadar berwacana
BalasHapusAmin. Semoga benar-benar bisa diwujudkan dalam masa jabatan beliau. Terima kasih Bu Agustina telah berkenan membaca catatan sederhana ini.
Hapusbupatinya keren... visioner
BalasHapusAmin. Terima kasih Bang Day.
HapusInspiratif skali mas....
BalasHapusTerima kasih mas.
Hapussemangat renaissace yang ditunjukkan Mas Emil sebagai Bupati Trenggalek juga begitu terasa di forum lainnya, kebetulan setelah menghadiri acara QLC ini, beliau bertolak menuju BLK Trenggalek untuk menghadiri dialog kepemudaan bersama organisasi kepemudaan yang ada di Trenggalek
BalasHapushttp://www.ipnutrenggalek.or.id/2016/03/dialog-pemuda-trenggalek-bersama-emil.html
Sip, semoga terus terjaga mas 'Izza.
HapusWah, berarti saya kemarin ketinggalan pidato pak bupati yang luar biasa. Mantap catatannya, saya berarti sedang memungut sisa-sisa kemarin yang sedang ketinggalan. Syuwon ustad
BalasHapusCatatan ini setidaknya mewakili pokok-pokok pikiran beliau.
Hapus