Perubahan Paradigma

Maret 08, 2016


Oleh Ngainun Naim
Pamflet acara

Catatan sederhana ini tidak hendak mengulas pemikiran ilmuwan Thomas S. Kuhn dalam bukunya yang sangat monumental, The Structure of Scientific Revolutions. Edisi Indonesia buku Kuhn diterbitkan oleh Penerbit Rosdakarya Bandung dengan judul The Structure of Scientific Revolutions, Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. Salah satu kata kunci yang diperkenalkan Thomas S. Kuhn dalam ruang publik adalah paradigma. Karena itu wajar jika Anda memiliki dugaan bahwa tulisan ini akan membahas tentang pemikiran Kuhn.
 
Buku Kuhn edisi Inggris. Sumber foto: http://www.priceza.co.id
Mohon maaf, saya tidak akan mengulas dalam tulisan ini. Bagi Anda yang berminat mendalami pemikiran Kuhn, bisa membaca buku Kuhn edisi asli atau edisi terjemahnya. Anda juga bisa membaca berbagai buku yang mengulas secara gamblang tentang pemikiran Kuhn.
 
Buku Kuhn edisi Indonesia. Koleksi pribadi.
Catatan sederhana ini berangkat dari pidato Bupati Trenggalek, Dr. Emil Elestianto Dardak, M.Sc. Hari Minggu tanggal 6 Maret 2016, saya mendapat jadwal dari teman-teman Quantum Litera Center (QLC) Trenggalek untuk menjadi narasumber dalam acara yang mereka gelar, yaitu Sarasehan Literasi. Seingat saya, sudah beberapa kali saya mengisi acara yang dikomandani penulis asal Trenggalek, yaitu Nurani Soyomukti. Karena sudah beberapa kali mengisi, saya agak hafal dengan kebiasaan pelaksanaan acara, yaitu molor.
 
Bupati Emil saat memberikan sambutan
Minggu pagi saya masih sibuk dengan kegiatan di rumah. Sekitar jam 8 HP saya berbunyi beberapa kali. Ternyata dari Nurani Soyomukti. ”Mas, cepat ke lokasi ya. Mas Emil sudah datang.”

Saya tentu terkejut. Ini adalah pertama kalinya acara QLC di hadiri bupati. Dan beliau datang tepat waktu.
Peserta yang memenuhi Aula Dinas Budparipora Trenggalek


Saya pun segera meluncur. Anak saya juga ikut. Dia rupanya mengidolakan Pak Emil.

Sampai di lokasi, acara sedang berlangsung, yaitu menyanyikan lagu Indonesia Raya. Usai menyanyikan lagu Indonesia Raya, saya diajak maju di depan, duduk persis di samping Bupati Emil Dardak.

Tidak banyak yang saya lakukan selain sekadar berbasa-basi dengan beliau. Justru yang paling menarik saya kira adalah sambutan beliau. Ada beberapa hal yang saya tangkap dari ceramah beliau. Pertama, pentingnya perubahan paradigma. Menurut Dr. Emil, kehidupan umum masyarakat Trenggalek selama ini berkutat pada bagaimana bertahan hidup secara alami. Kondisi alam yang kurang menguntungkan menjadikan orientasi hidup masyarakat lebih pada bagaimana bertahan hidup dengan kondisi alam yang kurang menguntungkan. Selain itu juga bagaimana bertahan hidup menghadapi isolasi geografis. Justru karena realitas yang semacam itulah diperlukan perubahan paradigma.

Kedua, optimalisasi potensi Sumber Daya Manusia (SDM) penting dilakukan secara terus-menerus karena sesungguhnya basis kemajuan terletak pada SDM yang mumpuni. Dr. Emil menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur itu penting, tetapi pengembangan dan peningkatan kualitas SDM jauh lebih penting. ”Acara semacam ini penting sekali perannya untuk meningkatkan kualitas manusia,” papar Bupati muda yang penuh semangat tersebut.
 
Bupati Emil berfoto bersama penitia usai acara
Ketiga, perlu inovasi secara terus-menerus untuk kemajuan Trenggalek. Ada banyak sekali gagasan dan pemikiran yang disampaikan oleh Bupati Trenggalek dalam kerangka memajukan daerah yang baru dipimpinnya. Salah satu usulannya adalah bagaimana mengemas nasi tiwul menjadi makanan yang memiliki nilai tawar tinggi. ”Jika hanya tiwul, orang kesannya kurang apresiatif. Tetapi jika diolah secara kreatif dan diberi nama seperti Cassava Rice, saya kira tiwul memiliki peluang untuk diakses masyarakat secara luas. Apalagi sekarang ini banyak orang yang tidak boleh mengonsumsi beras. Justru di sinilah pentingnya strategi menawarkan tiwul kepada masyarakat luas,” paparnya.

Keempat, budaya literasi adalah modal penting untuk kemajuan masyarakat Trenggalek. Dengan penuh semangat Bupati yang juga suami artis Arumi Bachsin tersebut mengajak peserta membangun renaisans Trenggalek. Dan itu bisa dilakukan dengan partisipasi seluruh warga masyarakat. Tradisi literasi adalah salah satu modal penting membangun renaisans.

Kelima, bekerja keras. Melalui kerja keras, akan banyak prestasi yang bisa diraih. Langkah penting untuk bekerja keras adalah tidak menunda pekerjaan. Menunda pekerjaan akan menjadikan banyak hal yang seharusnya bisa ditangani menjadi tertunda. Padahal ada banyak hal yang seharusnya bisa diperoleh dari kerja keras dengan tidak menunda pekerjaan.

Sambutan Bupati Trenggalek Dr. Emil Elestianto Dardak, M.Sc sungguh penuh inspirasi, khususnya buat saya. Saya kira wajar banyak masyarakat Trenggalek yang menaruh harapan besar kepada beliau karena memang beliau memiliki pemikiran cerdas dan inovatif. Semoga harapan masyarakat dapat terwujud.

Trenggalek, 7 Maret 2016.

10 komentar:

  1. sip sip...smoga beneran inovatif; tak sekadar berwacana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Semoga benar-benar bisa diwujudkan dalam masa jabatan beliau. Terima kasih Bu Agustina telah berkenan membaca catatan sederhana ini.

      Hapus
  2. Inspiratif skali mas....

    BalasHapus
  3. semangat renaissace yang ditunjukkan Mas Emil sebagai Bupati Trenggalek juga begitu terasa di forum lainnya, kebetulan setelah menghadiri acara QLC ini, beliau bertolak menuju BLK Trenggalek untuk menghadiri dialog kepemudaan bersama organisasi kepemudaan yang ada di Trenggalek

    http://www.ipnutrenggalek.or.id/2016/03/dialog-pemuda-trenggalek-bersama-emil.html

    BalasHapus
  4. Wah, berarti saya kemarin ketinggalan pidato pak bupati yang luar biasa. Mantap catatannya, saya berarti sedang memungut sisa-sisa kemarin yang sedang ketinggalan. Syuwon ustad

    BalasHapus
    Balasan
    1. Catatan ini setidaknya mewakili pokok-pokok pikiran beliau.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.