Memaksimalkan Kesempatan
Oleh Ngainun
Naim
Selalu ada rasa kecewa dan
penyesalan yang mendalam apabila dalam satu hari, tanpa alasan yang jelas, aku
gagal menghasilkan sebuah tulisan, atas kesadaran bahwa tugas utama manusia
hidup di dunia adalah untuk berkarya, sehingga bisa meninggalkan sesuatu yang
berharga bagi umat manusia. Tanpa karya maka sesungguhnya
manusia telah mati sebelum waktunya—Prof. Dr. Mulyadhi
Kartanegara
Kutipan
di atas berasal dari status facebook Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, seorang
profesor filsafat Islam yang karya-karyanya mendapatkan berbagai apresiasi. Bagi
saya, status facebook Prof. Mulyadhi tersebut sungguh menggetarkan. Ya, sangat
menyentuh kesadaran saya sebagai seorang manusia.
Saya berbeda
sama sekali dengan Prof. Mulyadhi dalam hal menulis. Tidak menulis itu hal
biasa. Walaupun saya berusaha menutupinya dengan membuat status facebook yang
seolah bersemangat, realitasnya kadang tidak semacam itu. Saat semangat itu
menurun drastis, status facebook semacam ini sungguh memiliki peranan yang sangat
besar.
Prof.
Mulyadhi, menurut saya, adalah ilmuwan yang konsisten dalam berkarya. Karya-karyanya
tersebar dalam banyak bentuk, khususnya buku dan artikel jurnal. Jika fisiknya
sedang prima, beliau terus berkarya.
Konsistensi
dalam menulis inilah yang membuat saya berusaha untuk meneladaninya. Walaupun jelas,
kualitas dan konsistensinya masih harus terus diperjuangkan. Kualitas tulisan
saya jelas jauh, bahkan sangat jauh, di bawah kualitas beliau. Sementara konsistensi
juga masih harus terus diperjuangkan. Namun demikian, setidaknya saya terus
berusaha untuk menulis dengan berdasarkan kepada kemampuan yang ada.
Memang,
saya belum sampai pada level menyesal jika satu hari saja tidak menulis. Bagi saya,
tidak menulis itu biasa. Mungkin karena level Prof. Mulyadhi yang sudah sangat
mendarahdaging dalam spirit keilmuannya sehingga beliau menyesal jika sehari
tidak menulis.
Intinya
saya berusaha untuk menulis sebisa mungkin agar berkontribusi bagi diri saya dan
orang lain. Soal bentuk kontribusinya seperti apa dan seberapa ukurannya, bukan
menjadi kewenangan saya. Insyaallah menulis dan menyebarkannya di media sosial
memberikan manfaat dan keberkahan dalam hidup. Semoga.
Gaya cueknya bapak cukup menginspirasi saya di akhir paragraf. Mantul pak...
BalasHapusTerima kasih Bu Milla.
HapusTerima kasih selalu menghujani kami dengan inspirasi, Bapak. Semoga Bapak Naim panjang umur dan berkah kehidupannya. Dan kami bisa mereguk ilmu yang Bapak genggam.
BalasHapusSama-sama
HapusTerima kasih karena bapak tak hentinya memberikan kami motivasi untuk menulis..semoga bapak sehat selalu dan bisa terus berkarya..aamiin
BalasHapusSama-sama
HapusTerima kasih Prof.atas dorongan untuk selalu menulis. Barakallah..
BalasHapusSama-sama
HapusMantap Prof
BalasHapusSangat istimewa...
BalasHapusDinamika tulisannya terlihat, bila dibaca
BalasHapusdan dibandingkan 4 tahun yg lampau
Terima kasih Mas
HapusMantab jiwa...
BalasHapusTerima kasih
HapusSuwun suwun...
BalasHapusSami-sami
HapusKembali saya harus mengucapkan terima kasih kepada Bpk Ngainun Naim yang terus memotivasi kami u menulis setiap hari,untuk menjadi orang yang bersnfaat bagi diri dan orang lain.
BalasHapusSama-sama
HapusAmunisi semangat menulis ini semoga semakin memotivasi kami
BalasHapusAlhamdulillah
HapusTrimakasih pak, atas ilmu ilmunya..
BalasHapusSama-sama
HapusSelalu menjadi pencerah dalam gelapnya rasa malas.terimakasih bapak
BalasHapusManteb Prof...
BalasHapusTerima kasih
HapusMeninggalkan jejak
BalasHapusTerima kasih
Hapus