Merebut Kedaulatan yang Terampas
Data Buku
Kitab Kedaulatan, Dari Republik
Sampah ke Peradaban Rempah
M. Yudhi Haryono
Kalam Nusantara
Desember 2016
Vii+231 halaman
Kondisi bangsa
Indonesia sesungguhnya sedang tercabik-cabik. Persoalan demi persoalan saling sengkarut dan berkait
kelindan seolah tanpa ujung. Sungguh tidak mudah untuk mengurai dan mencari
solusi. Semuanya seolah buntu seperti masuk ruang labirin tak bertepi.
Persoalannya, banyak
yang tidak tahu dan tidak sadar terhadap kondisi yang sesungguhnya. Semuanya
seolah berjalan wajar tanpa persoalan. Padahal, kondisinya sudah sedemikian
parah.
Mentalitas serakah
mereka yang berkuasa menjadikan bangsa ini paria. Kekayaan alam yang jumlahnya
tak terkira tidak membuat rakyat sejahtera. Kesejahteraan hanya dirasakan
mereka yang berkuasa dan kawan-kawannya.
Maka, bangsa Indonesia
kini semakin merana. Kartelis, oligarkis, kleptokratis dan predatoris semakin
menjadi aksiologi dalam bidang ekonomi. Perilaku haram bahkan sudah dianggap
halal (h. 78).
Keadaan ini diperparah
oleh perilaku politisi yang tidak pernah memperjuangkan kepentingan rakyat.
Orientasi mereka adalah kepentingan diri sendiri dan kelompok. Politisi semacam
ini disebut oleh M. Yudhi Haryono sebagai politisi yang mengidap penyakit
autis. Mereka itu menjauhi realitas dan hidup dalam dunia abnormal (h. 35).
Maka jangan berharap banyak kepada politisi jenis ini. Mereka tidak akan memberikan
solusi karena sesungguhnya mereka bagian dari masalah.
Kondisi semakin miris
dengan peredaran narkoba yang semakin merajalela. Realitas ini sesungguhnya
tidak berdiri sendiri. Semua agama dan negara mengharamkannya, tetapi
pertumbuhan dan persebaran narkoba yang luar biasa menunjukkan adanya kekuatan
yang melindunginya. Menurut Yudhi, dukungan dan permainan merekalah yang
membuat bisnis penghancur generasi muda tersebut terus saja berjaya.
Masalah demi masalah
dipotret dengan kritis dan tajam oleh M. Yudhi Haryono dalam buku ini. Selain
ekonomi dan politik, Yudhi juga memotret banyak bidang, termasuk sosial,
budaya, pendidikan hingga agama. Semuanya bermuara pada bagaimana agar
Indonesia tidak tergadai kedaulatannya.
Kedaulatan Indonesia
harus dipertahankan. Jika dulu penjajahan berlangsung secara fisik, kini
penjajahan modern bermetamorfosis dalam bentuk penciptaan ketergantungan dan
hegemoni. Muaranya sama, yaitu eksploitasi kekayaan alam Indonesia ke tangan
kaum kapitalis.
Perilaku para penjual
kedaulatan tidak terlepas dari mentalitas yang mereka idap. Identifikasi Yudhi
Haryono menyebut ada lima jenis mental yang merusak, yaitu inlander, instan,
miopik, melupa, dan mendendam (h. 21).
Buku ini secara kritis menggambarkan
kegelisahan, kecemasan, dan--dalam batas-batas tertentu--kemarahan penulisnya
terhadap kedaulatan negara yang terinjak-injak. Penulis buku ini mengajak agar
kedaulatan negara dipertahankan. Jangan sampai kedaulatan digadaikan hanya demi
kepentingan sesaat.
Solusi
Pemikiran yang terekam
di buku menarik ini tidak hanya karena berisi kritik yang tajam, tetapi juga
menawarkan solusi. Ada banyak langkah dan strategi yang ditawarkan di buku ini agar
Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat.
Pertama,
pendidikan yang didesain untuk menciptakan manusia mandiri dan berkepribadian.
Pendidikan dalam bayangan Yudhi adalah yang mampu mendesain masa depan dan
mencipta peradaban.
Kedua,
memperbarui mental masyarakat menjadi mental positif. Ada lima jenis mental
yang ditawarkan Yudhi, yaitu periketuhanan, perikeadilan, perikemanusiaan,
perikesatuan dan peridemokrasi (h. 21).
Ketiga,
membangun masyarakat multikultural. Aspek ini penting karena bangsa yang
multikultural seperti Indonesia menghadapi tantangan yang tidak ringan. Jika
salah dalam mengelolanya akan berakibat fatal bagi masa depan bangsa.
Keempat,
kesadaran
semua pihak untuk memahami realitas bangsa ini dengan objektif. Tanpa kesadaran
ini, bukan mustahil di masa depan Indonesia akan tinggal kenangan.
mumtaz... alhamdulillah dapat pelajaran berharga lagi
BalasHapusAMin. Semoga bermanfaat.
Hapus