Manfaat Buku

November 25, 2018

Ngainun Naim

Salah satu kebahagiaan seorang penulis adalah saat bukunya diapresiasi pembaca. Bentuk apresiasinya bisa memuji. Menyanjung. Bahkan mencela.

Saya pernah merasakan diapresiasi dan dicaci. Seorang yang mengaku pembaca buku saya suatu ketika menelpon. Awalnya ia berterima kasih dan mengapresiasi buku saya.

Esoknya ia berkirim SMS. Bertanya yang saya rasakan sebagai bentuk investigasi  secara tajam. Awalnya saya tanggapi secara baik. Tapi lama-lama seperti menghakimi. Saya pun memutuskan untuk tidak menanggapi lagi.

Seorang pembaca lain menginbox di facebook terkait buku saya, "Menipu Setan". Isinya langsung menghabisi buku saya, khususnya soal referensi yang saya gunakan. "Anda banyak memakai buku orang syiah dan orang kafir", tulisnya.

Saya tidak menanggapi kritiknya. Saya kira sudah kurang produktif. Silahkan saja orang menilai buku saya. Itu artinya dia sudah membaca buku saya. Soal dia tidak setuju, itu persoalan lain.

Mereka yang merasa mendapatkan manfaat dari buku-buku saya, sejauh informasi yang masuk, ternyata jauh lebih banyak. Tentu, rasa syukur harus saya panjatkan kehadirat Ilahi. Atas anugerah-Nya saya bisa menulis dan berbagi setitik wawasan.

Beberapa hari lalu sebuah pesan WA masuk ke hp saya. Inti pesannya adalah rasa terima kasih karena buku yang saya tulis memberinya semangat untuk berkarya. Hal yang menggembirakan adalah artikel pengirim pesan WA dimuat di sebuah jurnal internasional.

Salah satu buku yang saya edit, "Resolusi Menulis", disebutnya sangat provokatif. Buku itu membuatnya terus bersemangat menulis.

Apresiasi positif semacam itu membuat saya kembali bersemangat. Cacian mungkin saja akan tetap datang. Tetapi apresiasi jauh lebih menggembirakan.

2 komentar:

  1. Jadi penulis itu memang harus tahan kritikan ya, Pak Ngainun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali Bu Ima. Kritikan itu ya harus kita terima dengan tangan terbuka.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.