Pendidikan, Kebahagiaan, dan Manusia Sejati

Januari 16, 2020

Resensi ini awalnya dimuat di Harian Bhirawa edisi 15 November 2019
 
Judul: Memulihkan Sekolah, Memulihkan Manusia: Meluruskan Kembali Falsafah Pendidikan Kita
Penulis: Haidar Bagir
Penerbit: Mizan, Bandung 
Cetakan: September 2019
Tebal: 209 halaman
ISBN: 978-602-441-135-0



Pendidikan Indonesia seolah tidak bergerak maju. Tetap saja jalan di tempat dengan segudang persoalan yang tidak mudah diurai. Semakin hari persoalan justru semakin berat dan kompleks. Wajar jika pendidikan Indonesia semakin tertinggal dibandingkan dengan negara-negara yang lain.
Bukan berarti tidak ada pemikiran, aksi, dan kebijakan untuk membangun pendidikan Indonesia. Sudah sangat banyak, tetapi tampaknya belum banyak merubah keadaan. Alih-alih energi justru habis untuk memperdebatkan setiap tawaran sebagai ikhtiar keluar dari jerat masalah.
Realitas ini—tentu saja—menimbulkan kegelisahan secara luas. Salah seorang yang gelisah itu adalah Hadir Bagir. Pemilik penerbit Mizan Bandung ini menuangkan kegelisahannya dalam buku yang cukup menarik. Haidar Bagir tidak hanya berteori tetapi juga membangun lembaga pendidikan yang diharapkan bisa menjadi alternatif dari sistem pendidikan Indonesia.
Buku ini merupakan serpihan pemikiran Haidar Bagir dalam konteks dunia pendidikan. Beliau memang pengusaha, ahli filsafat Islam, peminat tasawuf, dan juga praktisi pendidikan. Karena itu kombinasi seluruh identitas dirinya tersebut terlihat pada bagian demi bagian dari buku yang cukup menarik ini.
Aspek yang paling mendasar adalah bagaimana Haidar Bagir mendefinisikan pendidikan. Rumusan pendidikan Haidar Bagir mencerminkan bagaimana berbagai identitas itu menjadi satu. Bagi Haidar Bagir, pendidikan seharusnya mengembangkan seluruh potensi manusia demi mencapai kesejahteraan, baik fisik, mental, dan spiritual (27). Definisi pendidikan ini mencakup seluruh kedirian manusia. Sebuah definisi yang komprehensif sekaligus menjadi pembeda dengan rumusan dan praktik pendidikan yang selama ini berjalan. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam perjalanan sebuah bangsa. Sebuah bangsa bisa maju jika pendidikannya bagus. Sebuah bangsa yang menghadapi berbagai persoalan, jika dirunut, akarnya adalah pada rendahnya mutu pendidikan (h. 16).
Dalam kerangka mewujudkan hal tersebut, segenap proses pendidikan seharusnya dijalankan dalam suasana yang menyenangkan. Tidak hanya proses pembelajaran di kelas tetapi semua aspek di dunia pendidikan didesain dalam suasana yang kondusif. Aspek ini penting karena optimalisasi segenap potensi diri tidak akan bisa berjalan maksimal jika ada tekanan.
Suasana menyenangkan adalah bagian penting dari tujuan pokok pendidikan, yaitu mewujudkan kebahagiaan. Kebahagiaan akan terwujud dengan dukungan oleh emosi positif. Emosi positif, menurut Haidar Bagir, merupakan kebutuhan penting sehari-hari untuk kelangsungan hidup. Emosi positif juga faktor yang menentukan untuk hidup bahagia. Pada titik inilah sebenarnya terdapat rangkaian yang saling berkaitan.
Kita penting untuk belajar kepada negara-negara lain yang pendidikannya maju. Salah satunya adalah Finlandia. Negara ini dikenal sebagai negara yang tidak banyak membebani siswa dengan pelajaran, tetapi pendidikannya cukup berkualitas. Haidar Bagir menyebut dua hal sebagai faktor yang mempengaruhi. Pertama, model Finlandia lebih menekankan kepada kemampuan berpikir kreatif, orientasi model belajarnya kesenangan belajar yang membangkitkan rasa ingin tahu, dan kemampuan belajar mandiri siswa.
Kedua, Finlandia merupakan negara yang memiliki indeks kebahagiaan tertinggi. Negara ini memang dikenal memiliki perhatian pada upaya yang kondusif untuk menciptakan kebahagiaan: kesehatan, pendidikan, kualitas hidup, pemerataan ekonomi, dan sebagainya. Prinsip ini dipegang teguh, termasuk dalam merancang falsafah dan sistem pendidikan (138).
Benang merah yang menjadi muara buku ini adalah bagaimana pendidikan menjadi sarana untuk menjadikan manusia sebagai manusia sejati, yaitu manusia yang sejahtera secara fisik, mental, dan spiritual. Pendidikan harus dikelola sebaik mungkin, mulai dari landasan filosofis sampai aspek praktisnya, sehingga tujuan tersebut bisa terwujud. Semuanya membutuhkan proses dan kesabaran dalam menjalani.
 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.