Secercah Cahaya Ilahi

Februari 07, 2020


Judul buku: Secercah Cahaya Ilahi, Hidup Bersama Al-Quran
Penulis: M. Quraish Shihab
Penerbit: Mizan Bandung
Tebal: 540 halaman
Edisi: April 2013

Salah satu penulis Muslim yang saya kagumi adalah Prof. Dr. M. Quraish Shihab. Dari sisi gaya bahasa, Pak Quraish memiliki ciri khas. Bahasanya sangat indah. Beliau menguraikan setiap topik secara mempesona.
Dari sisi keahlian, beliau merupakan pakar tafsir terkemuka Indonesia. Saya kira hanya segelintir orang yang meragukan kompetensi beliau.
Dari sisi produktivitas, jarang ada bandingannya. Buku demi buku terus terbit seolah tanpa jeda. Satu buku belum sempat saya nikmati sudah terbit buku baru. Begitu seterusnya.
Salah satu buku beliau yang akan saya ulas ini berjudul Secercah Cahaya Ilahi. Berdasarkan keterangan di buku, saya membeli buku ini di Toko Buku Toga Mas Tulungagung pada 23 Januari 2014. Jadi sudah enam tahun lalu. Tapi baru sekarang sempat membacanya.
Buku ini sangat tebal, 540 halaman. Saya membacanya secara "ngemil". Sedikit demi sedikit. Saat ada kesempatan saya baca. Tidak pakai target. Pokoknya baca dari awal sampai tamat.
Butuh waktu cukup lama untuk menamatkannya. Sekitar sebulan. Saya berusaha menikmati dan menyerap pengetahuan yang ada di dalamnya.
Buku ini awalnya adalah materi ceramah beliau di beberapa pengajian. Karena itu temanya cukup beragam. Secara umum buku ini terbagi menjadi tujuh bagian.
Tentu tidak mudah mereview buku yang sedemikian tebal. Saya membayangkan jika para da'i membuat catatan setiap pengajian akan banyak buku yang dihasilkan. Pak Quraish Shihab adalah teladan dalam aspek ini.
Saya akan mengutip satu saja uraian beliau yang mengesankan. Kata beliau, "Anda tidak perlu "menelanjangi" seseorang karena tidak suka. Sangat mungkin banyak sisi positif dalam diri orang tersebut yang tertutupi oleh ketidaksukaan Anda".
Lebih lanjut beliau menulis bahwa tidak semua yang diketahui itu boleh disebarluaskan. Pertimbangkanlah keadaan, waktu, dan pribadi seseorang.
Bagaimana jika Anda dimaki setiap hari? Mengutip Ja'far Al-Shodik, Pak Quraish menganjurkan untuk diam. Ya, biarkan saja. "Jika engkau memaki berapa kali pun, engkau tidak akan mendengar balasan dariku sekalipun. Aku akan terus mendoakanmu".

Salam.

Semarang, 6-2-2020

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.