Membaca yang Menggerakkan

April 11, 2020

Ngainun Naim



Mengawali catatan ini saya akan mengutip sebuah pendapat yang—menurut saya—sungguh luar biasa. Pendapat seorang penulis yang terus saja bersemangat menulis. Tidak ada rasa malas sedikit pun padahal usianya sudah tidak muda lagi.

Nama tokoh yang saya maksud adalah Howard Fast. Ia menulis, "Sekarang aku berumur delapan puluh lima, dan aku masih menulis. Bagiku, sehari tanpa menulis adalah sehari hilang, terbuang. Jika ditanya bagaimana agar bisa menulis maka akan kujawab bahwa kau harus menginginkannya lebih daripada kau menginginkan yang lain".

Howard Fast bukan penulis yang masuk kategori papan atas. Tetapi produktivitasnya tidak tertandingi. Ia terus menulis hingga usianya yang tidak muda. Di usia yang sudah 85 tahun, ia terus menulis dan menulis. Tidak ada waktu yang di sia-siakannya. Sepanjang ada kesempatan, ia menulis.

Bagaimana ia bisa sedemikian produktif? Salah satunya karena ia memiliki budaya membaca. Tanpa membaca, tidak ada bahan yang bisa diolah untuk ditulis. Menulis sesungguhnya merupakan bentuk aktualisasi gagasan dan pemikiran dari aneka bahan yang berlimpah.

Membaca memang sangat penting artinya bagi manusia, termasuk bagi penulis. Makna penting membaca ini sudah tidak perlu diragukan atau diperdebatkan. Sebab, hampir semua orang akan mengiyakan jika ditanya tentang makna penting membaca. Membacalah yang mampu membuat seseorang keluar dari tempurung pengetahuannya yang kerdil. Lewat membaca, seseorang mampu menjelajah selaksa wilayah luas tak bertepi. Ada banyak hal luar biasa yang bisa diraih dari menjelajahi dunia aksara ini.

Namun demikian, tidak setiap aktivitas membaca akan memiliki makna yang dahsyat sehingga mampu menggerakkan, memberdayakan, apalagi mampu merubah jalan hidup seseorang. Dibutuhkan berbagai prasyarat dan kondisi yang mendukung agar kegiatan membaca mampu menjadikan seseorang “berubah” menjadi “manusia baru” yang tercerahkan.

Membaca akan memiliki makna yang cukup penting ketika pembacanya mampu menangkap makna, baik yang tersurat maupun tersirat, dari teks tertulis yang dibacanya. Teks semacam ini begitu menukik hingga alam bawah sadar si pembaca. Bagi orang lain mungkin teks itu tidak istimewa, tapi bagi si pembaca justru memiliki makna yang luar biasa.

Saya sering mendengar kawan yang cerita tentang membaca yang seolah tanpa makna. Membaca sampai capek tapi tidak ada yang masuk di otak. Membaca semacam ini adalah jenis membaca yang tidak mampu menangkap makna dan fungsinya yang substansial.

Membaca dalam konteks yang semacam ini bukanlah sebuah kegiatan yang akan mampu memperkaya informasi, memberdayakan, apalagi mengubah jalan hidup seseorang.

Membaca merupakan salah satu bentuk belajar. Belajar akan membuat kita terus tumbuh dan berkembang. Hal ini disebabkan karena membaca yang efektif dapat menjadi titik pijak dalam transformasi diri. Jadi membaca itu adalah sarana untuk berubah. Ya, berubah menuju kondisi yang lebih baik.

Saya tetiba teringat Almarhum Pak Hernowo. Beliau pegiat literasi hingga ajal menjemput. Beberapa kali kami bertemu di forum literasi. Bahkan salah satu buku saya diberi Kata Pengantar oleh beliau.

Pak Hernowo menulis bahwa salah satu fungsi buku adalah menggerakkan pikiran. Fungsi semacam ini, dalam tafsiran Hernowo, dapat diartikan secara amat luas. Pertama, sebuah buku baru akan berfungsi dan secara efektif menggerakkan pikiran kita bila metode yang kita gunakan dalam membaca buku adalah membaca secara kritis atau melakukan secara amat ketat proses penghimpunan makna. Jadi tidak asal membaca.

Saya jadi teringat Prof. Anas Saidi, peneliti LIPI, yang suatu saat bercerita tentang kakaknya yang hobi membaca. Kakaknya kalau membaca tidak cepat. Pelan. Setiap satu halaman selalu ada yang dipertanyakan. Begitu seterusnya. Cara membaca semacam ini cukup efektif untuk meningkatkan pemahaman atas teks yang dibaca. Memang tidak banyak yang dibaca, tetapi hasil bacaannya lebih mengena di otak.

Kedua, sebuah buku baru akan memberikan manfaat yang besar bila buku itu disusun secara baik, yaitu memenuhi kaidah-kaidah penalaran dan pendiksian.

Ketiga, fungsi menggerakkan pikiran sebuah buku akan amat bermakna bila dirasakan oleh si pembaca buku. Misalnya, si pembaca buku lalu menyinergikan gagasan si penulis yang berhasil diserapnya dengan gagasan yang sebelumnya telah tertanam di benaknya.

Dari proses sinergi ini akan muncul suatu gagasan baru yang sangat mungkin lebih segar dan berbeda secara signifikan dengan gagasan si penulis ataupun si pembaca. Hal ketiga inilah yang kemudian akan melahirkan kebaruan-kebaruan dan kreativitas-kreativitas dalam bentuknya yang menggairahkan yang pada gilirannya akan menumbuhkan semangat untuk melakukan perbaikan-perbaikan (inovasi).

Jika seseorang telah memiliki budaya membaca secara baik maka menulis pun akan mudah untuk dilakukan. Howard Fast yang tetap produktif menulis di usia senja adalah contohnya. Ia memiliki budaya membaca yang kuat sehingga budaya menulisnya pun terus terjaga hingga usia senja.

Trenggalek, 11 April 2020

23 komentar:

  1. Luar biasa karya prof naim

    Kunjungi balik bambuberacun.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Mantabs suratabs.

    muchkhoiriunesa.blogspot.com
    muchkhoiri.gurusiana.id

    BalasHapus
  3. Mantap prof. Tulisannya sangat renyah.

    BalasHapus
  4. Belajar lewat Njenengan prof. Syukron katsiir.

    BalasHapus
  5. Ingin belajar terus menulis Prof,mohon bimbinganya, saya dostap FTIK IAINTA
    https://filayani.blogspot.com/?m=1


    BalasHapus
  6. Mantab prof


    Piawai dalam tutur bahasa menyentuh atma
    Indah susunan kata membuat pembaca terpana
    Nuansa kata yang sejuk dipandang netra
    Tak pernah padam semangat berkarya
    Anugerah terindah laksana bausastra
    Relakan waktunya demi marwah literasi menggema

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya yang luar biasa.

      Hapus
  7. terimakasih prof, sangat bermanfaat sekali bagi saya yg masih haus dgn ilmu literasi
    https://goresan-inspirasi-1.blogspot.com/?m=1

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Ibu. Segera saya kunjungi blog Bu Titin.

      Hapus
  8. Mumtaaz ibaroh mufidah jiddan... 💯

    BalasHapus
  9. Mumtaz, semoga bisa meneladani jejak2 beliau2nya terlebih kegigihan dan keistiqamahan panjenengan ustadz...

    BalasHapus
  10. Luarbiasa Prof...
    Tiada hari tanpa Belajar membaca dan Menulis

    BalasHapus
  11. Mantab tadz. Saya langsung tergerak untuk membaca tulisan ust. Benar-benar bagus. Barakallah

    BalasHapus
  12. Menjadi terbuka hati untuk membaca... menulis hal-hal sederhana menjadikan ingatan yang kuat.. terimakasih bapak Dr. Ngainun Naim lantaran bapak kami tergerak hati untuk membaca dan menulis


    . My blog... Herdiksumsel.blogspot.com

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.