Membaca yang Menggerakkan
Ngainun
Naim
Mengawali catatan ini saya akan mengutip sebuah
pendapat yang—menurut saya—sungguh luar biasa. Pendapat seorang penulis yang
terus saja bersemangat menulis. Tidak ada rasa malas sedikit pun padahal
usianya sudah tidak muda lagi.
Nama tokoh yang saya maksud adalah Howard Fast.
Ia menulis, "Sekarang aku berumur delapan puluh lima, dan aku masih
menulis. Bagiku, sehari tanpa menulis adalah sehari hilang, terbuang. Jika
ditanya bagaimana agar bisa menulis maka akan kujawab bahwa kau harus
menginginkannya lebih daripada kau menginginkan yang lain".
Howard Fast bukan penulis yang masuk kategori
papan atas. Tetapi produktivitasnya tidak tertandingi. Ia terus menulis hingga
usianya yang tidak muda. Di usia yang sudah 85 tahun, ia terus menulis dan
menulis. Tidak ada waktu yang di sia-siakannya. Sepanjang ada kesempatan, ia
menulis.
Bagaimana ia bisa sedemikian produktif? Salah satunya
karena ia memiliki budaya membaca. Tanpa membaca, tidak ada bahan yang bisa
diolah untuk ditulis. Menulis sesungguhnya merupakan bentuk aktualisasi gagasan
dan pemikiran dari aneka bahan yang berlimpah.
Membaca memang sangat penting artinya bagi
manusia, termasuk bagi penulis. Makna penting membaca ini sudah tidak perlu
diragukan atau diperdebatkan. Sebab, hampir semua orang akan mengiyakan jika
ditanya tentang makna penting membaca. Membacalah yang mampu membuat seseorang
keluar dari tempurung pengetahuannya yang kerdil. Lewat membaca, seseorang
mampu menjelajah selaksa wilayah luas tak bertepi. Ada banyak hal luar biasa
yang bisa diraih dari menjelajahi dunia aksara ini.
Namun demikian, tidak setiap aktivitas membaca
akan memiliki makna yang dahsyat sehingga mampu menggerakkan, memberdayakan,
apalagi mampu merubah jalan hidup seseorang. Dibutuhkan berbagai prasyarat dan
kondisi yang mendukung agar kegiatan membaca mampu menjadikan seseorang
“berubah” menjadi “manusia baru” yang tercerahkan.
Membaca akan memiliki makna yang cukup penting
ketika pembacanya mampu menangkap makna, baik yang tersurat maupun tersirat,
dari teks tertulis yang dibacanya. Teks semacam ini begitu menukik hingga alam
bawah sadar si pembaca. Bagi orang lain mungkin teks itu tidak istimewa, tapi
bagi si pembaca justru memiliki makna yang luar biasa.
Saya sering mendengar kawan yang cerita tentang
membaca yang seolah tanpa makna. Membaca sampai capek tapi tidak ada yang masuk
di otak. Membaca semacam ini adalah jenis membaca yang tidak mampu menangkap
makna dan fungsinya yang substansial.
Membaca dalam konteks yang semacam ini bukanlah
sebuah kegiatan yang akan mampu memperkaya informasi, memberdayakan, apalagi
mengubah jalan hidup seseorang.
Membaca merupakan salah satu bentuk belajar.
Belajar akan membuat kita terus tumbuh dan berkembang. Hal ini disebabkan
karena membaca yang efektif dapat menjadi titik pijak dalam transformasi diri.
Jadi membaca itu adalah sarana untuk berubah. Ya, berubah menuju kondisi yang
lebih baik.
Saya tetiba teringat Almarhum Pak Hernowo.
Beliau pegiat literasi hingga ajal menjemput. Beberapa kali kami bertemu di
forum literasi. Bahkan salah satu buku saya diberi Kata Pengantar oleh beliau.
Pak Hernowo menulis bahwa salah satu fungsi
buku adalah menggerakkan pikiran. Fungsi semacam ini, dalam tafsiran Hernowo,
dapat diartikan secara amat luas. Pertama, sebuah buku baru akan berfungsi dan
secara efektif menggerakkan pikiran kita bila metode yang kita gunakan dalam
membaca buku adalah membaca secara kritis atau melakukan secara amat ketat
proses penghimpunan makna. Jadi tidak asal membaca.
Saya jadi teringat Prof. Anas Saidi, peneliti
LIPI, yang suatu saat bercerita tentang kakaknya yang hobi membaca. Kakaknya
kalau membaca tidak cepat. Pelan. Setiap satu halaman selalu ada yang
dipertanyakan. Begitu seterusnya. Cara membaca semacam ini cukup efektif untuk
meningkatkan pemahaman atas teks yang dibaca. Memang tidak banyak yang dibaca,
tetapi hasil bacaannya lebih mengena di otak.
Kedua, sebuah buku baru akan memberikan manfaat
yang besar bila buku itu disusun secara baik, yaitu memenuhi kaidah-kaidah
penalaran dan pendiksian.
Ketiga, fungsi menggerakkan pikiran sebuah buku
akan amat bermakna bila dirasakan oleh si pembaca buku. Misalnya, si pembaca
buku lalu menyinergikan gagasan si penulis yang berhasil diserapnya dengan
gagasan yang sebelumnya telah tertanam di benaknya.
Dari proses sinergi ini akan muncul suatu
gagasan baru yang sangat mungkin lebih segar dan berbeda secara signifikan
dengan gagasan si penulis ataupun si pembaca. Hal ketiga inilah yang kemudian
akan melahirkan kebaruan-kebaruan dan kreativitas-kreativitas dalam bentuknya
yang menggairahkan yang pada gilirannya akan menumbuhkan semangat untuk
melakukan perbaikan-perbaikan (inovasi).
Jika seseorang telah memiliki budaya membaca
secara baik maka menulis pun akan mudah untuk dilakukan. Howard Fast yang tetap
produktif menulis di usia senja adalah contohnya. Ia memiliki budaya membaca
yang kuat sehingga budaya menulisnya pun terus terjaga hingga usia senja.
Trenggalek, 11 April 2020
Luar biasa karya prof naim
BalasHapusKunjungi balik bambuberacun.blogspot.com
matur suwun.
HapusMantabs suratabs.
BalasHapusmuchkhoiriunesa.blogspot.com
muchkhoiri.gurusiana.id
matur suwun bapak
HapusMantap prof. Tulisannya sangat renyah.
BalasHapusBelajar lewat Njenengan prof. Syukron katsiir.
BalasHapusTerima kasih atas kunjungan dan komentarnya.
HapusIngin belajar terus menulis Prof,mohon bimbinganya, saya dostap FTIK IAINTA
BalasHapushttps://filayani.blogspot.com/?m=1
Sama-sama belajar Mas Iqbal.
HapusMantab prof
BalasHapusPiawai dalam tutur bahasa menyentuh atma
Indah susunan kata membuat pembaca terpana
Nuansa kata yang sejuk dipandang netra
Tak pernah padam semangat berkarya
Anugerah terindah laksana bausastra
Relakan waktunya demi marwah literasi menggema
Terima kasih atas kunjungan dan komentarnya yang luar biasa.
Hapusterimakasih prof, sangat bermanfaat sekali bagi saya yg masih haus dgn ilmu literasi
BalasHapushttps://goresan-inspirasi-1.blogspot.com/?m=1
Sama-sama Ibu. Segera saya kunjungi blog Bu Titin.
HapusMumtaaz ibaroh mufidah jiddan... 💯
BalasHapusSyukron katsir ya Ustadz.
HapusMumtaz, semoga bisa meneladani jejak2 beliau2nya terlebih kegigihan dan keistiqamahan panjenengan ustadz...
BalasHapusAMin.
HapusLuarbiasa Prof...
BalasHapusTiada hari tanpa Belajar membaca dan Menulis
Matur suwun dulur.
HapusMantab tadz. Saya langsung tergerak untuk membaca tulisan ust. Benar-benar bagus. Barakallah
BalasHapusAmin. Terima kasih Bu.
HapusMenjadi terbuka hati untuk membaca... menulis hal-hal sederhana menjadikan ingatan yang kuat.. terimakasih bapak Dr. Ngainun Naim lantaran bapak kami tergerak hati untuk membaca dan menulis
BalasHapus. My blog... Herdiksumsel.blogspot.com
Tetap semangat Mas
Hapus