Paket Buku di Musim Pandemi

Mei 08, 2020

Ngainun Naim

Buku demi buku terus saja berdatangan, sementara membacanya baru sebagian saja. Sebenarnya sekarang ini saya relatif mengurangi membeli buku dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Sekarang saya ingin menikmati buku-buku yang saya miliki dengan membacanya satu demi satu.
Keinginan tidak jarang berhenti sebatas sebagai keinginan. Tampaknya itu pula yang terjadi dengan keinginan saya mengurangi membeli buku. Sejak masa Work From Home (WFH), saya sudah membatasi pergi ke toko buku. Jangankan ke toko buku, keluar rumah saja sudah sangat jarang, kecuali untuk keperluan mendesak. Tapi godaan buku kini tidak hanya di toko buku. Godaan itu kini berseliweran di beranda-beranda media sosial.
Saya berusaha untuk tidak tergoda. Tetapi ternyata tidak selalu berhasil. Walhasil, saya pun berbelanja dua judul buku terbitan Intrans Malang. Dua buku ini benar-benar membuat saya tertarik untuk memilikinya.
Dua buku terbitan Instrans Malang

Selain membeli buku, saya beruntung memiliki sahabat sesama penulis. Salah satunya adalah birokrat yang rajin menulis. Namanya Adrinal Tanjung. Saya dua kali bertemu beliau. Kali ini beliau mengirimkan buku terbarunya. Judulnya Bukan Birokrat Biasa. Buku menarik yang menegaskan bahwa beliau memiliki aspek yang berbeda dengan birokrat pada umumnya. Kelebihan beliau adalah menulis dan menerbitkan buku. Beliau memang luar biasa. Bayangkan, di tengah kesibukannya yang padat merayap, beliau telah menulis lebih dari 20 judul buku. Saya kira sangat jarang ada birokrat yang rajin menerbitkan buku seperti Pak Adrinal Tanjung.
Buku Adrinal Tanjung

Seorang sahabat lain yang juga sangat produktif menulis dan menerbitkan buku adalah Khairul Azan. Dia merupakan dosen tetap di STAIN Bengkalis. Kini ia kandidat doktor dari UIN Jambi. Hampir bersamaan dengan Pak Adrinal Tanjung, Khairul Azan juga mengirimkan tiga judul bukunya. Sungguh luar biasa.
Saya mengenal Khairul Azan sebagai seorang peserta kelas menulis online yang diadakan oleh Dr. Amie Primarni tahun 2017 lalu. Kini Azan telah menjelma menjadi seorang penulis yang sangat produktif. Buku demi buku terus ia produksi. Saya optimis ke depan ia akan menjadi intelektual terkemuka di Indonesia, khususnya dalam bidang manajemen pendidikan Islam.

Saya baru berkesempatan membuka tiga paket buku tersebut setelah beberapa minggu sampai ke rumah. Kesibukan merawat Bapak yang sedang sakit membuat saya tidak memiliki kesempatan untuk segera membuka paket buku yang sudah sampai di rumah. Kini agenda saya adalah membaca buku demi buku yang sudah menumpuk dan mereviewnya. Semoga mendapatkan kemampuan melakukannya. Amin.

Tulungagung, 7 Mei 2020

6 komentar:

  1. Godaan buku untuk pencinta buku selalu berhasil Pak. Saya masih jarang kena godaan buku, mungkin karena sayu belum termasuk pencinta buku. Hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku berlindung dari para penjual buku yang menggoda ha ha ha

      Hapus
  2. Alhamdulillah saya juga sedang baca buku beliau Pak Ngainun, banyak mencerahkan ilmu u menulis...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Membaca merupakan salah satu kunci untuk mendapatkan pencerahan.

      Hapus
  3. Masyaallah, luar biasa sekali banyak teman sesama penulis ya pak

    BalasHapus
  4. Namanya juga penulis wajar jika sebagian temannya juga penulis.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.