Paket Buku di Musim Pandemi
Ngainun
Naim
Buku demi buku terus saja berdatangan,
sementara membacanya baru sebagian saja. Sebenarnya sekarang ini saya relatif
mengurangi membeli buku dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Sekarang saya
ingin menikmati buku-buku yang saya miliki dengan membacanya satu demi satu.
Keinginan tidak jarang
berhenti sebatas sebagai keinginan. Tampaknya itu pula yang terjadi dengan
keinginan saya mengurangi membeli buku. Sejak masa Work From Home (WFH), saya
sudah membatasi pergi ke toko buku. Jangankan ke toko buku, keluar rumah saja
sudah sangat jarang, kecuali untuk keperluan mendesak. Tapi godaan buku kini
tidak hanya di toko buku. Godaan itu kini berseliweran di beranda-beranda media
sosial.
Saya berusaha untuk tidak
tergoda. Tetapi ternyata tidak selalu berhasil. Walhasil, saya pun berbelanja
dua judul buku terbitan Intrans Malang. Dua buku ini benar-benar membuat saya
tertarik untuk memilikinya.
![]() |
Dua buku terbitan Instrans Malang |
Selain membeli buku, saya
beruntung memiliki sahabat sesama penulis. Salah satunya adalah birokrat yang
rajin menulis. Namanya Adrinal Tanjung. Saya dua kali bertemu beliau. Kali ini
beliau mengirimkan buku terbarunya. Judulnya Bukan Birokrat Biasa. Buku menarik yang menegaskan bahwa beliau
memiliki aspek yang berbeda dengan birokrat pada umumnya. Kelebihan beliau
adalah menulis dan menerbitkan buku. Beliau memang luar biasa. Bayangkan, di
tengah kesibukannya yang padat merayap, beliau telah menulis lebih dari 20
judul buku. Saya kira sangat jarang ada birokrat yang rajin menerbitkan buku
seperti Pak Adrinal Tanjung.
![]() |
Buku Adrinal Tanjung |
Seorang sahabat lain yang juga
sangat produktif menulis dan menerbitkan buku adalah Khairul Azan. Dia
merupakan dosen tetap di STAIN Bengkalis. Kini ia kandidat doktor dari UIN
Jambi. Hampir bersamaan dengan Pak Adrinal Tanjung, Khairul Azan juga
mengirimkan tiga judul bukunya. Sungguh luar biasa.
Saya mengenal Khairul Azan
sebagai seorang peserta kelas menulis online
yang diadakan oleh Dr. Amie Primarni tahun 2017 lalu. Kini Azan telah
menjelma menjadi seorang penulis yang sangat produktif. Buku demi buku terus ia
produksi. Saya optimis ke depan ia akan menjadi intelektual terkemuka di
Indonesia, khususnya dalam bidang manajemen pendidikan Islam.
Saya baru berkesempatan
membuka tiga paket buku tersebut setelah beberapa minggu sampai ke rumah.
Kesibukan merawat Bapak yang sedang sakit membuat saya tidak memiliki
kesempatan untuk segera membuka paket buku yang sudah sampai di rumah. Kini
agenda saya adalah membaca buku demi buku yang sudah menumpuk dan mereviewnya. Semoga
mendapatkan kemampuan melakukannya. Amin.
Godaan buku untuk pencinta buku selalu berhasil Pak. Saya masih jarang kena godaan buku, mungkin karena sayu belum termasuk pencinta buku. Hehe.
BalasHapusAku berlindung dari para penjual buku yang menggoda ha ha ha
HapusAlhamdulillah saya juga sedang baca buku beliau Pak Ngainun, banyak mencerahkan ilmu u menulis...
BalasHapusAmin. Membaca merupakan salah satu kunci untuk mendapatkan pencerahan.
HapusMasyaallah, luar biasa sekali banyak teman sesama penulis ya pak
BalasHapusNamanya juga penulis wajar jika sebagian temannya juga penulis.
BalasHapus