Tentang Membaca dan Menulis yang Tertunda

Mei 06, 2020

Ngainun Naim


Status FB seorang sahabat menarik perhatian saya. Inti statusnya adalah kegagalan untuk menyelesaikan membaca buku yang saya tulis, Menipu Setan, Kita Waras di Zaman Edan (Jakarta: Quanta, 2015). Padahal, berbagai strategi sudah diterapkan. Salah satunya dengan meletakkan buku tersebut di tempat yang mudah untuk dijangkau.

Membaca buku membutuhkan kemauan dan hasrat yang kuat. Banyak orang yang gagal atau membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menuntaskan sebuah buku karena berbagai alasan. Kesibukan merupakan faktor yang paling sering menjadi dalih.

Saya sendiri mengalami hal yang sama. Buku-buku yang saya targetkan tuntas terbaca acapkali gagal. Alasannya macam-macam, termasuk alasan kesibukan.

Semua orang memiliki kesibukan. Selain menerapkan strategi yang memungkinkan untuk mudah membaca, komitmen juga merupakan faktor penting yang cukup menentukan. Komitmen adalah energi penggerak. Tanpa komitmen, membaca hanya akan menjadi keinginan.

Hal sama juga terjadi dengan menulis. Keinginan menulis bisa jadi sangat besar. Namun karena tidak segera diikuti dengan aksi, keinginan itu tetap sebatas keinginan.

Ya, memang selalu ada alasan untuk menunda.

14 komentar:

  1. Balasan
    1. Ya. Segera bergerak. Membaca membutuhkan kemauan yang kuat. Begitu juga dengan menulis.

      Hapus
  2. YA Allah segerakan saya untuk memiliki buku itu... Aamiin...

    BalasHapus
  3. Tiap kali baca 1 lembar saja, mulut mulai angop dan mata mulai kantuk...��

    BalasHapus
  4. Terkadang membaca juga perlu kondisi badan yang fit.... bukunya sepertinya menarik itu bapak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kondisi fit itu penting. Karena itu mari jaga diri. Semoga kita sehat selalu.

      Hapus
  5. Syiip, mmbc jug butuh milliu yg ok.... Hehe

    BalasHapus
  6. sangat setuju. bahwa komitmen adalah unsur utama.

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.