Tulisan, Kepercayaan, dan Sedekah Ilmu
Ngainun Naim
”Buat apa Anda sering menulis di FB atau
blog? Kan mendingan menulis untuk buku
atau jurnal yang jelas manfaatnya. Ya dapat koin, ya dapat kum”, komentar seorang teman
mengenai aktivitasku yang sering up date catatan di FB dan blog. Aku diam saja. Perbincangan secara tidak sengaja kemudian
beralih ke topik lain.
Tetapi pertanyaan teman tersebut masih terngiang di
telingaku. Mungkin bagi orang lain kedengaran aneh, tetapi bagiku, ini hal
biasa. Aku menulis karena aku memang menyukainya sejak lama. Karena
menyukainya, aku kadang kurang memperhatikan orientasi tertentu. Bagiku, tugas
penulis ya menulis. Persoalan kemudian dapat honor, dapat nilai kum untuk
kenaikan pangkat, dikenal orang, atau manfaat lainnya, itu kuanggap sebagai
efek lain.
Aktivitasku menulis status di FB dan blog telah aku
lakukan sejak beberapa tahun terakhir. Ada banyak respon, catatan, tanggapan, dan juga kritikan.
Aku mengucapkan terima kasih kepada teman-teman semua yang mau membaca,
menanggapi, bersedekah jempol, atau memberikan
komentar di blog. Anda semua adalah teman
baik yang membuatku merasa perlu untuk terus menulis.
Oh ya, berkaitan dengan status dan catatan yang aku buat,
ternyata ada juga yang kemudian memintaku untuk menulis di media cetak
tempatnya bekerja. Memang bukan media besar, tetapi permintaannya untuk
mengolah catatanku menjadi sebuah artikel yang akan dimuat di medianya, bagiku,
merupakan sebuah kepercayaan.
Itulah keuntungan penulis zaman sekarang ini. Sebelum
tahun 2000, saat aku mulai belajar menulis, mengirimkan tulisan ke redaksi betul-betul
membutuhkan perjuangan. Setelah berjuang dengan jari tangan yang kadang sampai
ngilu untuk mengetik di mesin ketik manual, aku harus pergi ke kantor pos untuk
mengirimkannya. Masa menunggu pemuatan adalah masa yang penuh harap. Dan
alhamdulilla, harapan itu sering tidak terwujud karena lebih banyak tulisanku
yang tidak dimuat. Tetapi sekarang, hanya dalam hitungan detik, sebuah tulisan
sudah masuk ke kotak surat redaksi.
Satu hal yang aku pelajari dari pengalamanku selama ini,
bahwa menulis di FB dan blog yang selama ini aku tekuni ternyata membawa manfaat juga.
Salah satunya adalah manfaat berupa kepercayaan. FB dan blog,
sepanjang dimanfaatkan untuk tujuan kebaikan, akan memberikan kepada kita
manfaat. Pengalamanku meng-up load artikel
ringkas di FB dan blog adalah bukti nyata. Alhamdulillah, ternyata ada saja yang
memberikan kepercayaan kepadaku menulis.
Tidak hanya itu. Menulis di FB dan blog aku anggap juga
sebagai sedekah. Catatan demi catatan sederhana yang aku buat ternyata juga
menginspirasi beberapa orang untuk menulis. Ini berarti catatan tersebut telah
bertransformasi menjadi energi berkreasi. Semoga hal sederhana ini memberikan
manfaat dalam hidupku. Berkah. Amin.
Ngainun Naim, Dosen
IAIN Tulungagung. Aktif menulis buku dan melakukan penelitian. Beberapa buku
karyanya yang telah terbit adalah Proses
Kreatif Penulisan Akademik (2017), The
Power of Writing (2015), The Power of
Reading (2013), Islam dan Pluralisme
Agama (2014), Teologi Kerukunan (2011).
Buku bersama, baik sebagai editor maupun memberikan kata pengantar yang terbit
tahun 2017 adalah Inspirasi dari Ruang
Kuliah (Kata Pengantar), Resolusi
Menulis (Editor), IAIN Tulungagung,
Membangun Kampus Dakwah dan Peradaban (Editor), Perjuangan Memberdayakan Masyarakat, Catatan Dosen IAIN Tulungagung (Editor),
dan Aku, Buku dan Membaca (Editor). Penulis bisa dihubungi di Nomor WA
081311124546, atau email: naimmas22@gmail.com
luar biasa, izinkan omjay berguru padamu.
BalasHapusJangan Om. Saya yang harus belajar banyak ke Omjay.
HapusHasil karya menulis yang luar biasa. Sungguh inspiratif
BalasHapusTerima kasih
HapusSiap pak...
BalasHapusMari terus budayakan literasi
HapusMasya Allah bersedekah dg ilmu
BalasHapusSemoga dihitung sedekah Bu
HapusDalam konteks sedekah, hal ini yang selama ini belum saya pikir kan...thanks Tadz...
BalasHapusSama-sama
HapusAllahumma berkah..
BalasHapusSemoga hidayah segera datang kepadaku....
Mulailah menulis dari sekarang Pa' Ame'!!!
Lanjutken. Hidayah itu ditindaklanjuti, bukan hanya dipikir-pikir.
Hapus👍❤
BalasHapusTerima kasih.
HapusKenapa saya baru menemukan pikiran pada point ketiga disini? Sepertinya saya adalah manusia yang jauh tertinggal. Huhuu..
BalasHapusTerima kasih atas catatan inspirasinya, bapak. 🙏
Sama-sama. Mari isi kembali blog secara rutin.
HapusPangestunipun, bapak. 🙏
HapusDosen favorit yang selalu memberikan motivasi untuk selalu menulis
BalasHapusTerima kasih.
HapusSubhanalloh sodaqoh jariyah. .
BalasHapusJabatan sirri "Motivator, inzpirayor dan Profokator menulis" he he amal solih dunia akhirot
Amin. Terima kasih Bu Guru.
HapusTerima kasih guru, sesederhana apapun tulisan selalu ada manfaat besar di kemudian hari. Kita tidak pernah tahu dengan cara Allah swt mempertemukan kita dengan pembaca tulisan. Sederhananya setiap tulisan ada jodohnya masing-masing dengan para pembacanya. Sukses selalu Guru. Salam hormat saya.
BalasHapusTerima kasih Dr. Iman Subasman.
HapusTulisan sederhana namun membawa banyak manfaat bagi pembaca.Luar biasa!
BalasHapusTerima kasih.
HapusSedekah ilmu, dan biarkan tulisan itu menemui takdirnya. Mantap Pak Doktor
BalasHapusTerima kasih Bu Kanjeng
HapusInilah yg disebut "Ilmu untuk ilmu"
BalasHapusKebanyakan penulis sejati seperti ini, menulis ya untuk menulis. Karena suka menulis, ya menulis, tidak ada variabel lainnya.
Di sisi lain, beberapa penulis lainnya, yg tidak bisa dikatakan berjumlah sedikit, sudah tercampur dengan variabel lainnya, variabel tersebut secara tidak langsung juga sdh dinarasikan oleh penulis, seperti: demi kum, naik karir, nambah rezeki, dkk.
Akhirnya begitulah Tuhan.
Koq Tuhan? Yaa.. Begitulah Tuhan dengan segala kuasanya menciptakan manusia, manusia yg begitu "unik", setiap manusia tumbuh dengan lingkungan yg membentuk sikap, perilaku, bahkan cara berpikirnya.
Terimakasih, Pak Naim.
Tulisan yg menginspirasi.
Terima kasih Mas. Sukses selalu di tempat yang baru ya.
HapusMemang benar banget saya menemukan banyak inspirasi dalam menuangkan ide terpicu oleh tulisan pak Ngainun terutama dari buku The Power of Reading; The power of Writing; Resolusi Menulis; Proses Kreatif Menulis Akademik; Menipu Setan Kita Waras di zaman Edan; dan Aku Buku dan Membaca. Khusus untuk buku Resolusi Menulis telah memantik lahirnya buku antologi dari rekan-rekan Guru Pegiat Literasi yang ada di wilayah kabupaten Tulungangung tercinta ini. Buku tersebut Resolusi Literasi yang sudah memasuki proses cetak ke dua insyalah awal minggu kedua bulan Juni sampai ketangan. Terimakasih atas ilmunya dan salam literasi.
BalasHapusSalam literasi. Semoga sukses selalu Pak Syamsudin.
HapusSangat inspiratif.
BalasHapusTerima kasih pak naim.
Semoga ketularan ilmunya...
Amin. Sama-sama Mas.
HapusHanya mampu bilang luar biasa dan ingin ingin bisa menulis dengan leluasa dan mudah
BalasHapusTulisan ibu juga luar biasa. Salam literasi Bu.
HapusSelalu menginspirasi, kesuksesan bapak dalam menulis ternyata memiliki cerita perjuangan yg panjang.. membuat semangatt jg tergugah 😊😊😊
BalasHapusBiasa saja. Sekadar menikmati jalan hidup.
HapusNderek tabarukan Pak Ngainun Naim
BalasHapusHe he he. Bisa saja sampean ini.
HapusBenar pak, menulis memang untuk menulis.
BalasHapusTerima kasih Mas.
HapusInspiratif pak. Jangan menulis krn ingin koin dan kum, tp jadikan tulisan tersebut untuk menginspirasi dan memotivasi org lain untuk menulis. Sedekah untuk orang lain.
BalasHapusTerima kasih Bu Doktor
HapusMantapz..👍👍👍
BalasHapusTerima kasih.
HapusSuper pak, jenengan adalah my first influenzer saat belajar menulis. . . teringat tugas menulis waktu kuliah dulu... "sudahlah, nulis apa saja", perkataan jenengan itu jd motivasi diri. . . trima kasih pak, Barokalloh dan sukses selalu 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻
BalasHapusAmin.
HapusMantap pak
BalasHapusTerima kasih.
HapusMenginspirasi pak...
BalasHapusTerima kasih Mas
HapusKonsisten itu memang berat, termasuk didalamnya kegiatan menulis. Aku gampang tepar dalam hal inì hehe. Dalam menulis Panjenengan memang Guru inspiratif.
BalasHapusKamu bisa
HapusSaya musti banyak berguru pak prof.
BalasHapusBanyak-banyak menulis saja
HapusDosen panutan kami. Semoga yang muda ini terus meneladanimu. Aamiin
BalasHapusTerima kasih Mas. Saya masih harus banyak belajar.
HapusTerima kasih Pak Ngainun, saya termasuk yg sudah terinspirasi Pak, terima kasih..semangat nulis memang butuh pemantik yang ikhlas menginspirasi..
BalasHapusSama-sama
Hapus