Tulisan, Kepercayaan, dan Sedekah Ilmu

Mei 29, 2020

Ngainun Naim



”Buat apa Anda sering menulis di FB atau blog? Kan mendingan menulis untuk buku atau jurnal yang jelas manfaatnya. Ya dapat koin, ya dapat kum”, komentar seorang teman mengenai aktivitasku yang sering up date catatan di FB dan blog. Aku diam saja. Perbincangan secara tidak sengaja kemudian beralih ke topik lain.
Tetapi pertanyaan teman tersebut masih terngiang di telingaku. Mungkin bagi orang lain kedengaran aneh, tetapi bagiku, ini hal biasa. Aku menulis karena aku memang menyukainya sejak lama. Karena menyukainya, aku kadang kurang memperhatikan orientasi tertentu. Bagiku, tugas penulis ya menulis. Persoalan kemudian dapat honor, dapat nilai kum untuk kenaikan pangkat, dikenal orang, atau manfaat lainnya, itu kuanggap sebagai efek lain.
Aktivitasku menulis status di FB dan blog telah aku lakukan sejak beberapa tahun terakhir. Ada banyak respon, catatan, tanggapan, dan juga kritikan. Aku mengucapkan terima kasih kepada teman-teman semua yang mau membaca, menanggapi, bersedekah jempol, atau memberikan komentar di blog. Anda semua adalah teman baik yang membuatku merasa perlu untuk terus menulis.
Oh ya, berkaitan dengan status dan catatan yang aku buat, ternyata ada juga yang kemudian memintaku untuk menulis di media cetak tempatnya bekerja. Memang bukan media besar, tetapi permintaannya untuk mengolah catatanku menjadi sebuah artikel yang akan dimuat di medianya, bagiku, merupakan sebuah kepercayaan.
Itulah keuntungan penulis zaman sekarang ini. Sebelum tahun 2000, saat aku mulai belajar menulis, mengirimkan tulisan ke redaksi betul-betul membutuhkan perjuangan. Setelah berjuang dengan jari tangan yang kadang sampai ngilu untuk mengetik di mesin ketik manual, aku harus pergi ke kantor pos untuk mengirimkannya. Masa menunggu pemuatan adalah masa yang penuh harap. Dan alhamdulilla, harapan itu sering tidak terwujud karena lebih banyak tulisanku yang tidak dimuat. Tetapi sekarang, hanya dalam hitungan detik, sebuah tulisan sudah masuk ke kotak surat redaksi.
Satu hal yang aku pelajari dari pengalamanku selama ini, bahwa menulis di FB dan blog yang selama ini aku tekuni ternyata membawa manfaat juga. Salah satunya adalah manfaat berupa kepercayaan. FB dan blog, sepanjang dimanfaatkan untuk tujuan kebaikan, akan memberikan kepada kita manfaat. Pengalamanku meng-up load artikel ringkas di FB dan blog adalah bukti nyata. Alhamdulillah, ternyata ada saja yang memberikan kepercayaan kepadaku menulis.
Tidak hanya itu. Menulis di FB dan blog aku anggap juga sebagai sedekah. Catatan demi catatan sederhana yang aku buat ternyata juga menginspirasi beberapa orang untuk menulis. Ini berarti catatan tersebut telah bertransformasi menjadi energi berkreasi. Semoga hal sederhana ini memberikan manfaat dalam hidupku. Berkah. Amin.

Ngainun Naim, Dosen IAIN Tulungagung. Aktif menulis buku dan melakukan penelitian. Beberapa buku karyanya yang telah terbit adalah Proses Kreatif Penulisan Akademik (2017), The Power of Writing (2015), The Power of Reading (2013), Islam dan Pluralisme Agama (2014), Teologi Kerukunan (2011). Buku bersama, baik sebagai editor maupun memberikan kata pengantar yang terbit tahun 2017 adalah Inspirasi dari Ruang Kuliah (Kata Pengantar), Resolusi Menulis (Editor), IAIN Tulungagung, Membangun Kampus Dakwah dan Peradaban (Editor), Perjuangan Memberdayakan Masyarakat, Catatan Dosen IAIN Tulungagung (Editor), dan Aku, Buku dan Membaca (Editor). Penulis bisa dihubungi di Nomor WA 081311124546, atau email: naimmas22@gmail.com

59 komentar:

  1. luar biasa, izinkan omjay berguru padamu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan Om. Saya yang harus belajar banyak ke Omjay.

      Hapus
  2. Hasil karya menulis yang luar biasa. Sungguh inspiratif

    BalasHapus
  3. Masya Allah bersedekah dg ilmu

    BalasHapus
  4. Dalam konteks sedekah, hal ini yang selama ini belum saya pikir kan...thanks Tadz...

    BalasHapus
  5. Allahumma berkah..
    Semoga hidayah segera datang kepadaku....
    Mulailah menulis dari sekarang Pa' Ame'!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lanjutken. Hidayah itu ditindaklanjuti, bukan hanya dipikir-pikir.

      Hapus
  6. Kenapa saya baru menemukan pikiran pada point ketiga disini? Sepertinya saya adalah manusia yang jauh tertinggal. Huhuu..

    Terima kasih atas catatan inspirasinya, bapak. 🙏

    BalasHapus
  7. Dosen favorit yang selalu memberikan motivasi untuk selalu menulis

    BalasHapus
  8. Subhanalloh sodaqoh jariyah. .

    Jabatan sirri "Motivator, inzpirayor dan Profokator menulis" he he amal solih dunia akhirot

    BalasHapus
  9. Terima kasih guru, sesederhana apapun tulisan selalu ada manfaat besar di kemudian hari. Kita tidak pernah tahu dengan cara Allah swt mempertemukan kita dengan pembaca tulisan. Sederhananya setiap tulisan ada jodohnya masing-masing dengan para pembacanya. Sukses selalu Guru. Salam hormat saya.

    BalasHapus
  10. Tulisan sederhana namun membawa banyak manfaat bagi pembaca.Luar biasa!

    BalasHapus
  11. Sedekah ilmu, dan biarkan tulisan itu menemui takdirnya. Mantap Pak Doktor

    BalasHapus
  12. Inilah yg disebut "Ilmu untuk ilmu"
    Kebanyakan penulis sejati seperti ini, menulis ya untuk menulis. Karena suka menulis, ya menulis, tidak ada variabel lainnya.

    Di sisi lain, beberapa penulis lainnya, yg tidak bisa dikatakan berjumlah sedikit, sudah tercampur dengan variabel lainnya, variabel tersebut secara tidak langsung juga sdh dinarasikan oleh penulis, seperti: demi kum, naik karir, nambah rezeki, dkk.

    Akhirnya begitulah Tuhan.
    Koq Tuhan? Yaa.. Begitulah Tuhan dengan segala kuasanya menciptakan manusia, manusia yg begitu "unik", setiap manusia tumbuh dengan lingkungan yg membentuk sikap, perilaku, bahkan cara berpikirnya.

    Terimakasih, Pak Naim.
    Tulisan yg menginspirasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Mas. Sukses selalu di tempat yang baru ya.

      Hapus
  13. Memang benar banget saya menemukan banyak inspirasi dalam menuangkan ide terpicu oleh tulisan pak Ngainun terutama dari buku The Power of Reading; The power of Writing; Resolusi Menulis; Proses Kreatif Menulis Akademik; Menipu Setan Kita Waras di zaman Edan; dan Aku Buku dan Membaca. Khusus untuk buku Resolusi Menulis telah memantik lahirnya buku antologi dari rekan-rekan Guru Pegiat Literasi yang ada di wilayah kabupaten Tulungangung tercinta ini. Buku tersebut Resolusi Literasi yang sudah memasuki proses cetak ke dua insyalah awal minggu kedua bulan Juni sampai ketangan. Terimakasih atas ilmunya dan salam literasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam literasi. Semoga sukses selalu Pak Syamsudin.

      Hapus
  14. Sangat inspiratif.
    Terima kasih pak naim.
    Semoga ketularan ilmunya...

    BalasHapus
  15. Hanya mampu bilang luar biasa dan ingin ingin bisa menulis dengan leluasa dan mudah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tulisan ibu juga luar biasa. Salam literasi Bu.

      Hapus
  16. Selalu menginspirasi, kesuksesan bapak dalam menulis ternyata memiliki cerita perjuangan yg panjang.. membuat semangatt jg tergugah 😊😊😊

    BalasHapus
  17. Nderek tabarukan Pak Ngainun Naim

    BalasHapus
  18. Benar pak, menulis memang untuk menulis.

    BalasHapus
  19. Inspiratif pak. Jangan menulis krn ingin koin dan kum, tp jadikan tulisan tersebut untuk menginspirasi dan memotivasi org lain untuk menulis. Sedekah untuk orang lain.

    BalasHapus
  20. Super pak, jenengan adalah my first influenzer saat belajar menulis. . . teringat tugas menulis waktu kuliah dulu... "sudahlah, nulis apa saja", perkataan jenengan itu jd motivasi diri. . . trima kasih pak, Barokalloh dan sukses selalu 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻

    BalasHapus
  21. Konsisten itu memang berat, termasuk didalamnya kegiatan menulis. Aku gampang tepar dalam hal inì hehe. Dalam menulis Panjenengan memang Guru inspiratif.

    BalasHapus
  22. Saya musti banyak berguru pak prof.

    BalasHapus
  23. Dosen panutan kami. Semoga yang muda ini terus meneladanimu. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Mas. Saya masih harus banyak belajar.

      Hapus
  24. Terima kasih Pak Ngainun, saya termasuk yg sudah terinspirasi Pak, terima kasih..semangat nulis memang butuh pemantik yang ikhlas menginspirasi..

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.