Membaca dan Kemajuan
Ngainun Naim
Saya
menyukai catatan yang dibuat oleh Weedy Koshino, seorang warga Indonesia yang
tinggal di Jepang. Bukunya, Unbelievable
Japan! (2016) memberikan banyak informasi menarik tentang perilaku positif
warga Jepang. Saya kira kita bisa belajar banyak dari buku Weedy Koshino dalam
kerangka transformasi menuju kehidupan yang lebih bermutu.
Anda
ingin membaca buku Weedy Koshino secara gratis? Bisa. Gampang. Modalnya cuma hp
plus paket data.
Hanya
itu? Tentu tidak. Segera Anda meluncur ke Playstore. Cari iPusnas. Download.
Isi seluruh bagian yang harus diisi. Tidak usah mengisi bagian yang memang
tidak usah diisi. Kayak kurang kerjaan saja.
Terus?
Ya tinggal ketik nama Weedy Koshino. Nanti Anda akan menemukan beberapa buku
karyanya. Terus dipinjam secara online. Sudah, gitu saja.
Begitu
sudah masuk diaplikasi, segera dibaca. Hanya beberapa hari saja waktu yang kita
miliki. Karena itu harus dimanfaatkan secara baik. Saat waktu habis, buku akan kembali secara
otomatis ke rak Perpusnas.
Baik,
saya kembali ke Weedy Koshino. Satu hal penting yang saya kira menarik dari
paparan Koshino adalah tentang tradisi membaca. Negara Matahari Terbit tersebut
dikenal memiliki warga yang gila membaca. Tidak hanya suka, tapi levelnya gila.
Bukan hanya kutu buku tetapi sudah menjadi predator buku. Sudah menjadi pembaca
buku kelas berat.
Membaca
memang telah menjadi budaya yang mengakar kuat. Ke manapun warga Jepang pergi,
bahan bacaan selalu tersedia. Mereka begitu tekun membaca. Melihat orang
membaca di kereta merupakan pemandangan sehari-hari. Orang asyik membaca sambil
menunggu waktu membayar di kasir supermaket itu bukan hal istimewa. Intinya,
membaca adalah sisi Jepang yang penting diteladani.
Membaca
dan terus membaca ketika memiliki kesempatan merupakan investasi intelektual
yang sungguh dahsyat. Kemajuan Jepang saat ini ditopang oleh--salah
satunya--budaya membaca yang mengakar kuat.
Masyarakat
yang rajin membaca secara otomatis akan menjadi masyarakat yang bermutu. Asupan
bacaan setiap hari membuat pengetahuannya luas, inovasinya berkembang,
perspektifnya lebih komprehensif, dan memiliki potensi maju yang besar. Jepang
sudah membuktikannya.
Bagaimana
dengan kita? Kita tidak harus sama persis dengan Jepang. Kita jelas beda. Tapi soal
budaya membaca, itu penting menjadi inspirasi. Mari kita Kampanyekan budaya
membaca.
Kita
ini belum maju karena kurang rajin membaca buku. Kita rajinnya membaca
postingan receh tak bermutu. Jadinya kita ini gampang marah, gampang menghujat,
dsn gampang-gampang negatif lainnya.
Jika
kita ingin menjadi masyarakat maju maka membangun budaya membaca menjadi sebuah
keharusan. Jangan pernah bermimpi bisa maju dalam makna yang sesungguhnya jika
membaca masih dianggap sebagai barang mewah.
Jangan
lagi beralasan buku sulit didapat. Buku sekarang ini melimpah ruah. Bica pinjam
via iperpusnas. Bisa beli secara online. Pokoknya akses buku sekarang ini luas
tidak terbatas. Tinggal Anda mau berusaha mencarinya atau tidak.
Inspiratif Gus
BalasHapusTerima kasih.
Hapusbuku tidak sulit didapat, kemauan membaca buku yang sulit menguat...
BalasHapusNah...
HapusSae pak ...��
BalasHapusMatur suwun
HapusSaya melihat secara langsung penduduk jepang dan mereka sangat giat dalam membaca. Beda dgn indonesia yg blm membuat budaya baca memjadi budaya bangsa
BalasHapusTerima kasih Omjay. Menambah wawasan.
HapusBetul banget pak..mari kampanyekan budaya membaca
BalasHapusYuk kita kampanyekan budaya membaca
HapusMantap Prof.,
BalasHapusTerima kasih Pak
HapusMembaca memberikan inspirasi bagi kita untuk melakukan perjalanan ke mana saja
BalasHapusBetul sekali
HapusBetul sekali Ustadz, membaca merupakan keharusan bagi orang yang ingin maju. Budaya baca masyarakat Indonesia masih sangat. Banyak yg lebih suka budaya nongkrong yg kurang manfaat & menyia-nyiakan waktu daripada membaca. Mantaab Ustadz ulasannya semoga bisa menjadi pembuka hati siapa saja untuk gemar membaca.
BalasHapusAmin. Mari terus membaca.
HapusMantap...pak prof. Terima kasih.
BalasHapusSama-sama Bu
Hapusmembaca yang berawal dari terpaksa. Boleh nggih pak dosen... biar jadi terbiasa
BalasHapusTentu. Semuanya butuh proses.
HapusKita yang punya ayat membaca namun Jepang yang melakukan
BalasHapusSaatnya kita membudayakan membaca
HapusMencerahkan. Terima kasih, Pak
BalasHapusSama-sama Bu
HapusKalau kita membaca di tempat umum malah dianggap aneh. Eeh kalau membaca di ruang guru, ada yang komen "wong khok sinau terus, mbokyo menikmati hidup, ojo digawe spaneng moco buku terus"
BalasHapusBegitulah Bu.
HapusMudah2an spirit literasi bapak, membuat banyak perubahan pada masyarakat.
BalasHapusAmin.
HapusMenarik, pak...
BalasHapusTerimakasih pencerahannya, semoga saya bisa meniru literasi bapak,dan bisa membuat perubahan untuk diri sendiri dan lingkungan saya......
Amin.
HapusBerawal dari peristiwa pengeboman hirosima dan nagasaki mungkin Pak Naim mereka jadi predator membaca,,, Untuk Indonesia apa harus nunggu dibom juga ya Pak,,,,, maafkan sy yang kurang sopan sy suka bercanda Pak ( bu sri)
BalasHapusYa jangan di bom Bu. Eman-eman. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan.
HapusSiapp Pak 😁
BalasHapusHe he he
HapusSiap perlahan lahan. Terima kasih selalu menginspirasi
BalasHapusSama-sama Bu
HapusMasya allah.. keren pan.. sungguh menginspirasi.. Oh iya terimakasih info pinjam buku di perpusnas.. hehe (saya baru tauu)
BalasHapusSama-sama Bu
HapusSiap literasi Prof...jadi dapat ilmu pinjam buku online.
BalasHapusBila berkenan mereview tugas resume tentang paparan Prof Ngainun di http://maseko1275.blogspot.com/2020/07/kunci-produktif-menulis.html
Siap
HapusMantap betul pak
BalasHapusTerima kasih Pak. Hanya catatan sederhana.
HapusTerima kasih ilmunya Bp Prof Ngainun
BalasHapusNa'im....ePusnas mau dicoba dan search
Saya sangat setuju budaya baca harus kita bangun sedari dini