Semua Kita Adalah Penulis

Juni 11, 2020

Ngainun Naim


Kita semua ini sesungguhnya adalah penulis. Ya, kita semua, termasuk Anda yang membaca tulisan sederhana ini. Anda, saya, dan kita semua.
Mungkin Anda tidak setuju dan membantah pendapat ini. Sejauh ini, misalnya, Anda merasa tidak pernah menulis. Jadi bagaimana mungkin bisa disebut sebagai penulis jika tidak pernah menulis? Padahal semestinya Anda bangga disebut penulis.
Baiklah. Saya ingin memberikan beberapa argumen yang siapa tahu bisa meyakinkan bahwa kita semua penulis. Pertama, Anda setiap hari menulis di WA, Facebook, caption di Instagram, dan semua bentuk tulisan lainnya. Nah, ini kan bukti yang cukup meyakinkan bahwa Anda adalah seorang penulis. Jadi Anda itu penulis lho.
Begitu sederhanakah? Iya. Hanya begitu saja dan Anda sudah berhak menyandang gelar sebagai seorang penulis.
Penulis apa? Tergantung yang Anda tulis. Jika Anda rutin menulis di Facebook ya berarti Anda penulis Facebook. Begitu juga dengan media lain semacam WA, instagram, dan sejenisnya.
Memang jenis-jenis penulis ini dari sisi "pengakuan" publik lemah. Orang biasanya belum menyebutnya sebagai penulis. Tapi harap dicermati bahwa pengakuan itu aspek yang berbeda. Ia tidak bisa dipaksakan.
Jika Anda ingin disebut sebagai penulis sebagaimana yang dipahami masyarakat maka menulislah sebagaimana pemahaman masyarakat. Anda sudah punya modal kok. Anda sudah sering menulis di FB, WA. Jadi tinggal sedikit kerja keras maka tulisan pun jadi.
Bukti kedua, Anda bisa membaca. Kalau Anda bisa membaca maka Anda bisa menulis. Syarat bisa menulis adalah membaca. 
Apakah ada penulis yang buta huruf? Saya kira tidak ada. Penulis hebat semuanya pembaca, meskipun--misalnya--dirinya tidak bisa melihat. Saya pernah membaca kisah bagaimana Gus Dur selalu dibacakan buku oleh asistennya dan pada saat lain beliau berbicara yang kemudian diolah menjadi tulisan.
Mungkin Anda tidak setuju dengan pendapat ini. Jika begitu cobalah Anda menulis komentar tentang buku apa yang pernah Anda baca dan ceritakan dalam tiga paragraf saja. Saya yakin Anda mampu membuatnya. Tulisannya bebas saja, sebisa Anda. 
Paragraf pertama, misalnya, bercerita tentang bagaimana buku itu Anda peroleh. Cukup tiga paragraf. Paragraf kedua isi secara garis besar. Dan paragraf ketiga penutup. Saya yakin Anda bisa membuatnya.
Jangan pikirkan soal baik dan buruk. Tulis saja. Baik dan buruk tulisan itu berkaitan dengan  banyak hal. Intinya saya ingin meyakinkan bahwa Anda sesungguhnya adalah seorang penulis.
Bukti ketiga, saat Anda mengerjakan sesuatu, apa pun bentuknya, sesungguhnya Anda sedang menulis.
Lho kok bisa? Ya iyalah. Memakai istilah Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, itu disebut dengan "menulis di dalam otak". Otak kita sesungguhnya menuliskan kalimat demi kalimat. Begitu seterusnya.
Saat ada kesempatan, segeralah menurunkan tulisan di otak ke tulisan di komputer. Jika tulisan di otak sudah rapi, tulisan di komputer relatif serupa. Ketika Anda sulit menulis di komputer, salah satu kemungkinan penyebabnya adalah tulisan di otak juga kurang rapi.
Jika ingin menghasilkan tulisan di komputer yang rapi maka mulai sekarang harus dilatih menulis di otak. Memang tidak mudah tetapi jika dilakukan secara rutin akan memberi hasil sebagaimana diharapkan.
Beberapa orang mengeluhkan tentang sulitnya menulis di komputer. Secara guyon saya bilang bahwa berbicara itu jauh lebih mudah karena mulut itu lebih dekat dengan otak, sementara menulis harus memakai jari. Jaraknya kan agak jauh. Jadi wajar jika menulis menjadi sulit.

Salam literasi.

Trenggalek, 11-12 Juni 2020


Ngainun Naim, Dosen IAIN Tulungagung. Aktif dalam kegiatan literasi. Beberapa bukunya yang bertema literasi adalah Literasi dari Brunei Darussalam (2020),  Proses Kreatif Penulisan Akademik (2017), The Power of Writing (2015), dan Spirit Literasi: Membaca, Menulis dan Transformasi Diri (2019). Untuk komunikasi via email: naimmas22@gmail.com. WA: 081311124546.

42 komentar:

  1. Perlu kerja keras lagi agar dapat menulis dengan baik. Terima kasih motivasinya Pak.

    BalasHapus
  2. Mantap Pak istilah baru menulis di otak.

    BalasHapus
  3. Insya allah berusaha untuk belajar dg menulis setiap hari

    BalasHapus
  4. Menulis di otak tak terbaca orang lain, menulis dengan aksara bisa dibaca orang lain. Menulis di otak dulu ya pak. Mantap istilahnya bapak.

    BalasHapus
  5. Sering menulis di otak lupa menyalin, tak bisa dibaca...ha ha

    BalasHapus
  6. Proses menulis seperti mengasah pisau.. semakin sering diasah bsemakin tajam. Seperti tulisan pak Dr ini.

    BalasHapus
  7. Masya Allah menulis di otak smg memorynya bagus

    BalasHapus
  8. Masya Allah motivasinya luar biasa pak...

    BalasHapus
  9. Bener2 Spirit yang tiada henti, tk

    BalasHapus
  10. Kok saya baru menyadarinya ya pak.! Hehehe. Menginspirasi!

    BalasHapus
  11. Semoga menyadarkan semua bahwa menulis tinggal mengerjakan dan dilakukan terus menerus. Selama manusia bisa membaca, pasti bisa menulis. Kemampuan yang sering diabaikan dan disepelekan.

    BalasHapus
  12. Tulislah yang rapi di otak untuk menghasilkàn tulisan yg bagus di atas kertas ataupun komputer:). Terima kasih untuk motivasi hari ini Prof.

    BalasHapus
  13. Menulis tdk butuh pengakuan, makasih ilmunya Pak Ngainun.

    BalasHapus
  14. Terima kasih atas inspirasi nya Hari ini Prof

    BalasHapus
  15. Trims motivasinya. semoga tulisan di otak sll rapi agar di komputer juga rapi.

    BalasHapus
  16. Menggelitk namun menyentil..

    BalasHapus
  17. Terima kasih atas motivasinya

    BalasHapus
  18. Luar biasa...mencerahkan, dan menyuntik. Trimakasih prof..

    BalasHapus
  19. Menulis di Otak, otak terdiri dari lembaran lembaran.. ada keterdekatan dg ayat Suhufinibrohima wa musa.. mungkin suhuf suhuf itu ya otak kita.. salam literasi.. selalu menginspirasi pak.. sukses selalu

    BalasHapus
  20. Mantap bapak, terimakasih atas sugesti dan hipnoterapi nya.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.