Menulislah Seperti Jam Dinding
Ngainun Naim
Satu
benda yang kini semakin jarang dilirik adalah jam dinding. Orang kini semakin
sering melirik petunjuk waktu di handphone. Mudah, cepat, dan ada di dekat kita.
Jam
dinding jauh. Kadang letaknya di bagian tertentu dari rumah. Bagi generasi yang
semakin mager (malas gerak), berpindah posisi untuk melihat jam dinding
dianggap sebagai hal yang tidak efektif. Maka, jam dinding menjadi semakin
kehilangan fungsinya. Fungsi penunjuk waktu bergeser menjadi fungsi pelengkap
ruangan.
Beda
generasi, beda perspektif. Wajar dan begitulah kenyataannya. Sesuatu yang bagi
kita sudah modern, terlihat jadul di mata generasi milenial.
Tetapi
sesungguhnya setiap zaman memang memiliki kenangan. Memiliki masa indah dan
kenangan. Begitu juga dengan jam. Ya, jam dinding.
Dulu,
saat saya kecil, jam adalah penanda kelas. Orang kaya di desa saya umumnya
memiliki jam besar. Saya tidak tahu apa namanya. Pokoknya besar sekali. Berdiri
kokoh di sudut ruang tamu. Sungguh berkelas.
Bagi
keluarga saya, tidak ada namanya jam dinding. Penyebabnya satu: tidak ada dana untuk
membelinya. Titik. Jam dinding baru bisa dimiliki saat saya mulai beranjak
dewasa. Entah tahun berapa. Saya tidak ingat.
Jam
dinding sesungguhnya memiliki konteks relevansi kesetiaan. Dilihat atau tidak,
ia akan tetap menapaki detik demi detik. Begitu terus sepanjang waktu. Ia baru
berhenti saat baterei habis. Sepanjang tidak rusak dan baterei ada, jam dinding
akan terus menjalankan tugasnya tanpa pernah berhenti. Terus dan terus.
Kesetiaan
jam dinding sesungguhnya memberikan pelajaran hidup yang sangat berarti. Kita bisa
membawa pelajaran ini untuk dunia menulis. Kesetiaan jam dinding, jika dibawa
ke dunia menulis, bisa bermakna konsistensi dalam menapaki dunia aksara.
Menulis
seharusnya terus saja berjalan secara terus-menerus. Tentu tidak dalam makna
tanpa berhenti sama sekali. Sewajarnya sajalah. Manusia hidupnya juga harus
seimbang.
Sebagaimana
jam dinding, menulis sebaiknya dilakukan setiap hari. Entah dilihat orang atau
tidak, entah diapresiasi atau tidak. Pokoknya menulis terus. Apresiasi akan
diberikan karena kita terus menulis. Keteguhan menjalankan sebuah aktivitas
positif, sebagaimana kata para motivator, akan mendatangkan keajaiban. Ya,
sesuatu yang tidak terduga dan terbayangkan.
Mungkin
Anda tidak percaya. Tidak perlu berdebat tentang hal ini. Jika Anda memang
ingin menekuni dunia menulis, ambil filosofi jam dinding. Terus menulis dan
menulis. Salam.
Subhanallah... InsyaAllah Pak...
BalasHapusMari membudayakan menulis
HapusEntah diapresiasi atau tidak, pokoknya menulis. Selalu menginspirasi prof seperti filosofi jam dinding.
BalasHapusMenulis dan terus menulis
HapusKonsistensi...
BalasHapusSewajarnya saja....
Seimbang....
Diapresiasi atau tidak...
Betul Kang
Hapusberusaha komitmen untuk menulis setiap hari dan untuk mengasah keterampilan...
BalasHapusbegitu nggih pak dosen....
Luar biasa Prof...sangat menginspirasi...Alhamdulillah sampai saat ini masih memasang 3 jam dinding dirumah..semoga semangat ini juga seperti jam dinding..
BalasHapusAmin
HapusSetuju super sekali filosofinya Bapak.... semoga bisa istiqomah berpacu mengisi waktu
BalasHapusAmin
HapusSeblm tidur, sy selalu pandangi jam finding dan Ternyta betul kadang sering muncul IDE untuk nulis. Tmh ksh atas wejangannya malam ini Prof
BalasHapusSama-sama
HapusInsyaaAllah Bpk Prof.Ngainun, terima kasih terus memotivasi kami....
BalasHapusSy garis bawahi prof kalimat prof Naim
BalasHapus"Keteguhan menjalankan sebuah aktifitas positif, kata para motivator akan mendatangkan keajaiban"
Sungguh takjub, indah dan bermagnet.
Prof Naimlah sang motivator itu segaligus inspirasi bagi saya...
Terima kasih
HapusSemoga bisa mengikuti jejak bapak untuk konsisten menulis setiap hari
BalasHapusAmin
HapusMasih belajar pada filosofi jam dinding..
BalasHapusMari terus belajar dan menulis
HapusSebuah benda pun bisa menjadi sebuah inspirasi untuk diaktualisasikan, sungguh ini merupakan implementasi dari seorang penulis (sahabat Ngainun Naim)
BalasHapusTerima kasih Bopo
Hapusmenginspirasi
BalasHapusMatur suwun Bapak
Hapus