Grup WhattsApp, Kepenulisan, dan Produktivitas Menulis
Ngainun
Naim
Kita yang memiliki HP
hampir pasti memiliki aplikasi WhattsApp (WA). Aplikasi ini tidak hanya
menghubungkan secara personal, tetapi juga menghubungkan banyak orang dalam
satu wadah, yaitu grup. Ya, kita mengenalnya dengan Grup WA.
Coba cek HP Anda. Ada
berapa grup WA? Saya yakin ada banyak grup. Ada grup dari sekolah yang Anda
pernah duduk di dalamnya, grup tempat Anda bekerja, grup keluarga, dan banyak
lagi yang lainnya.
Tidak semua grup memiliki
kontribusi positif bagi kehidupan. Ada grup WA yang justru menjadi ajang
pertengkaran. Tentu, grup semacam ini tidak ada manfaatnya. Bagi saya, lebih
baik keluar dari grup WA jenis ini daripada menambah musuh. Namun ada juga grup
yang memiliki kontribusi positif bagi para anggotanya. Termasuk dalam grup
jenis ini adalah grup yang perhatian utamanya pada literasi.
Saya memiliki beberapa
grup literasi. Postingan utamanya tentang dunia membaca dan menulis. Terlibat
dalam grup semacam ini seolah memberikan energi tersendiri. Informasi,
pengetahuan, dan diskusi terkait membaca-menulis telah memberikan manfaat besar
bagi perjalanan karir menulis saya.
Lewat grup WA semacam
ini, saya menemukan spirit literasi. Spirit yang sesungguhnya tidak selalu
stabil. Kadang penuh semangat, namun tidak jarang juga malas. Bahkan menulis
satu kalimat pun tidak saya lakukan.
Naik turunnya spirit
sesungguhnya merupakan sesuatu yang wajar. Sesuatu yang manusiawi. Siapa pun
orangnya, penulis paling produktif sekalipun, pasti pernah memiliki masa penuh
semangat dan masa tidak bersemangat.
Saat semangat, karya demi
karya bisa dihasilkan secara produktif. Saat tidak bersemangat, tentu tidak ada
karya yang dihasilkan.
Aspek yang penting adalah
bagaimana bangkit kembali dan bersemangat untuk terus menulis. Nah, grup WA
literasi, dalam kondisi semangat menulis yang tidak stabil, memainkan peranan
yang cukup signifikan.
Tapi satu hal yang
seharusnya dipahami, grup itu merupakan sarana. Jika kita memahami tentang hal
ini maka langkah yang selanjutnya adalah menjadikan diri kita siap untuk
menerima spirit literasi. Mari manfaatkan grup untuk belajar, mengasah
semangat, dan praktik menulis. Tidak usah malu. Menulis itu tidak akan bisa
menjadi keterampilan saat Anda hanya menjadi silent reader. Hanya menyimak postingan, tersenyum, bersemangat,
tetapi tidak menulis.
Menulis adalah dunia
praktik. Tidak ada penulis yang tulisannya langsung bagus. Semuanya diawali
dengan tulisan yang kadang kita malu sendiri membacanya. Jika saya membaca
tulisan awal saya, rasanya ketawa. Lucu. Aneh. Ruwet. Tapi saya sadar jika tidak
memiliki tulisan semacam itu, maka saya tidak bisa menulis seperti sekarang.
Ada sebuah buku menarik
karya Agung Nugroho Catur Saputri. Judul buku tersebut Ketika Menulis Menjadi Sebuah Klangenan. Pada salah satu bagian di
buku tersebut dijelaskan bahwa grup menulis itu memiliki fungsi untuk melatih
kepekaan, mengasah ketajaman, dan media mencari ide. Tulisan demi tulisan yang
diposting adalah tulisan anggota grup, bukan asal berbagi tulisan yang
sumbernya tidak jelas. Bagi Agung Nugroho Catur Saputro, menjadi anggota grup
menulis adalah kesempatan yang baik untuk berburu ide dan merawat motivasi
menulis.
Cukup banyak orang yang
menjadi anggota Grup WA atau Telegram literasi. Ada yang aktif, ada yang pasif.
Bahkan sangat pasif. Tidak pernah sekalipun mengunggah tulisan atau
berkomentar. Tentu, dalam konteks kepenulisan, anggota yang sangat pasif kurang
bisa mendapatkan manfaat dari keanggotaannya.
Mengapa?
Pertama,
seseorang
tidak akan menjadi penulis hanya karena menguasai segudang teori. Teori, tentu
saja, sangat penting. Tetapi teori tanpa pernah praktik tidak akan bisa
menjadikan seseorang menjadi penulis. Jika ingin menjadi penulis, kunci
utamanya adalah dengan terus menulis. Menulis sebanyak-banyaknya. Semakin
sering menulis akan menjadikan keterampilan menulis meningkat.
Kedua,
membuat
tulisan lalu diunggah—khususnya di grup WA—adalah sarana belajar yang sangat
baik. Tulisan kita akan dibaca, dikomentari, dan mendapatkan masukan. Jangan
takut. Tidak ada penulis yang langsung jadi. Semuanya melalui proses yang cukup
panjang. Segala bentuk saran, kritik, dan masukan adalah “pupuk” untuk
memperkaya dan meningkatkan kualitas tulisan kita.
Jadi, jika Anda menjadi
anggota grup menulis, jadilah anggota yang aktif. Seringlah memposting tulisan
Anda. Posting komentar itu penting, tetapi memposting tulisan jauh lebih baik
lagi. Paling tidak, itulah sarana untuk mengajak anggota yang awalnya tidak
aktif menulis menjadi semakin aktif.
Apa manfaat lainnya?
Sangat banyak. Silahkan Anda identifikasi dan tambahkan sendiri.
Injih. Tulisan yang bagus. Memotivasi.Meski tulisan saya masih blm rapi. Tetep belajar menulis.
BalasHapusTetap semangat ya Bu
Hapustulisan saya berarti masih aneh, ruwet, dan kalau dibaca bikin pengin tertawa...
BalasHapusterima kasih untuk motivasinya pak doktor...
menulis serasa jadi mudah
Terus semangat Bu
HapusBenar bangat pak..grup Literasi itu sangat membantu karena terkadang dalam proses menulis semangat saya menurun tapi dengan adanya kontrol dari grup yg trus mengingatkan membuat saya kembali semangat lagi...terima kasih pak sudah menjadi mentor kami di grup.
BalasHapusSama-sama
HapusBenar sy menulis juga masih pasang surut, tp Alhamdulillah bs ketemu wag di dlm banyak suhu penulis bs menyemangati.Diantaranya pak Dr...trima kasih share tulisannya, selalu manfaat.
BalasHapusTerima kasih Bu
HapusTulisan yang positif. Mudah mudahan fungsi grup optimal sebagai wahana pengembangan literasi bersama.
BalasHapusAmin
HapusManfaat menulis lainnya lagi, menurut saya yaitu menjadikan sesorang saat berbicara lebih mudah. Jadi tidak loading lama saat mau mengungkapkan pendapat atau hal lainnya.
BalasHapusSip. Terima kasih.
HapusDari group wa W&E sy banyak belajar dr orang2 hebat, dan lbh sadar Akan serba kekuarangan dan sangat jauh tertinggal. Semoga bs mengikuti jejak mereka yg telah lbh dulu mengukir kata walau hanya merangkak sedikit Demi sedikit
BalasHapusAmin
Hapus72 hroup WA
BalasHapusSemoga lebih banyak manfaatnya daripada mudharatnya...
Amin
HapusSaat membua melihat foto, mata saya tertuju kepada Prof Makin, saya belum mengenal beliau namun melihat fotonya membuat saya takjub, masih muda dan visioner sehingga sdh jadi Rektor. Saat membaca isi tulisannya, seperti biasa setiap ulasannya selalu jadi bahan muhasabah untuk diri saya.
BalasHapusMantap
HapusBetul. Satu waktu semangat menulis, menggebu. Tapi di lain waktu, tangan terdiam. Pikiran buntu. Penyakit menulis !
BalasHapusHe he he
HapusSepakat...semoga kita n khususnya kami bsa mngikuti upayanya mereka2..
BalasHapusMantap. Tulisan yang sangat memberikan motivasi...
BalasHapusTerima kasih
Hapus