Percaya Diri dalam Menulis

Agustus 29, 2020
Ngainun Naim


Percaya diri yang tinggi merupakan kunci sukses. Memang bukan satu-satunya penentu sukses, tetapi adanya rasa percaya diri yang tinggi menjadikan sukses lebih mungkin untuk terwujud. Sukses lebih terbuka peluangnya.

 

Mereka yang memiliki rasa percaya diri rendah kecil kemungkinannya bisa sukses. Ide mungkin mereka miliki, tetapi mentranformasikan ide menjadi aksi merupakan persoalan yang tidak sederhana bagi kelompok ini. Jangankan melakukan aksi. Sekadar menunjukkan bahwa dirinya mampu belum tentu berani.

 

Kunci ini berlaku pada (hampir) semua bidang kehidupan. Begitu juga dengan menulis. Percaya diri atau tidak percaya diri berkaitan erat dengan perjalanan menulis.

 

Penulis yang sukses adalah penulis yang mampu menundukkan ketidakpercayaan dirinya. Ia menulis dengan sepenuh keyakinan. Cibiran, ejekan, kritikan, dan gugatan tidak membuatnya mundur. Pokoknya terus menulis. Lewat belajar, praktik, dan terus menulis inilah kualitas tulisannya semakin baik dari waktu ke waktu.

 

Persoalan tidak (atau kurang) percaya diri tampaknya mendominasi psikologi para penulis pemula. Mereka malu, takut, dan tidak berani menunjukkan karyanya kepada orang lain. Entahlah apa yang saja hambatan dalam pikiran mereka. Saya yakin mereka sesungguhnya memiliki potensi besar. Tapi sepanjang potensi itu tidak diasah, seumur hidup tidak akan bisa menulis.

 

Memangnya mau menunggu sampai kapan untuk berani? Menunggu itu membuat semakin tertekan. Menunggu untuk menyengsarakan. Lebih baik terus menulis dan menulis sehingga pelan tapi pasti akan mampu menghasilkan tulisan yang semakin baik dari waktu ke waktu.

 


Apa akibat kondisi kurang percaya diri dalam menulis? Tentu banyak. Mari coba kita urai satu demi satu.

 

Pertama, tidak berkembang. Dunia menulis itu bukan dunia yang stagnan. Bukan dunia yang mandek. Ia terus tumbuh seiring perkembangan zaman.

 

Tidak ada orang yang memiliki keterampilan menulis tetap. Keterampilan ini semakin meningkat jika terus diasah dan akan menurun jika jarang menulis.

 

Bagaimana mungkin bisa menjadi penulis yang baik jika untuk menulis saja tidak percaya diri?

 

Kedua, tidak akan menghasilkan karya. Ide yang dimiliki mungkin saja sangat banyak. Semangat untuk menulis juga mungkin sangat tinggi. Membaca sebagai pendukung menulis mungkin juga sudah mentradisi.

 

Tapi semua potensi itu akan berhenti sebatas sebagai potensi. Jika tidak ada aksi untuk menulis, tentu tidak ada karya yang bisa dihasilkan.

 

Ketiga, menjadi "penulis cita-cita". Menulis itu bukan hanya soal teori. Banyak sekali orang yang menguasai teori menulis secara baik tetapi tidak juga menulis.

 

Menulis yang lebih utama adalah soal praktik menulis itu sendiri. Segera membuka laptop, mengetik, lalu edit. Hanya itu jalan terbaik dalam menulis.

 

Jika tidak segera menulis maka bisa disebut sebagai "penulis cita-cita". Ya, penulis yang sebatas sebagai cita-cita. Bukan penulis dalam makna yang sesungguhnya.

 

Jadi, bagi yang memang ingin betul-betul bisa menulis, harus percaya diri. Abaikan rasa malu, takut, dan kuatir. Menulis saja.

 

Trenggalek, 29 Agustus 2020

30 komentar:

  1. Kayaknya saya minhum (bagian dari orang-orang yang ber'cita-cita') huhuhuhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak apa-apa asal segera tindaklanjuti dengan menulis

      Hapus
  2. Matur sembah nuwun prof... motivasinya selalu menumbuhkan semangat saya untuk terus menulis

    BalasHapus
  3. Wah sampulnya keren.. buku terbitan penulis grup saya.. ikut bangga

    BalasHapus
  4. Terima kasih Ustadz Leterasiku yg tak pernsh bosan memotivasi dan berbagi ilmu. Jazaksllohkhoir..

    BalasHapus
  5. Tulisan yang luar biasa
    Terima kasih motivasinya pak doktor

    BalasHapus
  6. Tulisan yang Inspiratif dan menggugah greget prof.

    BalasHapus
  7. Luar biasa prof..... teruslah berkarya sebagai bagian dari ibadah.

    BalasHapus
  8. Pokoknya terus menulis. Terimakasih prof atas spirit literasi yang terus ditularkan.

    BalasHapus
  9. Mantab pak ustadz. Trima kasih siap menulis smg spt pak Doktor Naim.

    BalasHapus
  10. Matur muwun motivasinya P Dr Naim, semoga bisa mengikuti saran Bapak

    BalasHapus
  11. Enak dirasakan, seperti minum kopi dipagi hari, tahu tahu kopinya habis. Terimakasih Pak Doktor Naim insyaallah terus menulis

    BalasHapus
  12. Mas doktor top... smga bs memotivasi anakku n smuanya

    BalasHapus
  13. Trima kasih pak prof...motivasinya

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.