Guru, Kreativitas, dan Tradisi Menulis Buku

November 06, 2020

 

Dr. Ngainun Naim

Dosen IAIN Tulungagung


 

Namanya Abdul Cholik. Di dunia facebook dan blog beliau lebih dikenal dengan sebutan Pakde Cholik. Pensiunan Jendral TNI ini mengisi masa pensiunnya dengan—antara lain—menulis.

Beliau merupakan seorang penulis yang prolifik. Puluhan buku telah dihasilkan. Ratusan artikelnya terbit di blog dan media massa. Jika tidak percaya silahkan mengetik nama “Pakde Cholik” di Google. Saya baru saja mencobanya. Dalam hitungan 0,36 detik, saya mendapatkan data sejumlah 9.050. Ini menunjukkan bahwa beliau merupakan seorang yang cukup dikenal. Tentu hal utama berkaitan dengan dunia menulis.

Sejauh penelusuran yang saya lakukan, ada lebih dari 20 judul buku yang telah beliau hasilkan. Ya, bukan hanya bijian tetapi puluhan. Sebagian besar buku itu ditulis setelah beliau tidak lagi aktif di dunia militer. Beberapa judul yang bisa disebut adalah Indonesia dari Balik Jendelaku, Manusia Dua Jempol, Menulis Gaya Pakde, Permak Blog Seminggu, Dari Blog Menjadi Buku, Enakan Jadi Juragan, Rujak Blogger, Jangan Panggil Aku Gan!, Blogger Flamboyan, Es Blogger, Neo-Blogger, Berburu Pahala di Luar Musala, Blog Mini Penghasilan Maksimal, Dahsyatnya Ibadah Haji, Yuk, Ibadah di Dumay!, dan Bintang untuk Emak.

Judul demi judul tersebut belum memuat semua karyanya. Namun demikian karya-karya tersebut menunjukkan bahwa Pakde Cholik terus menulis dan menulis. Potensi menulis beliau sebenarnya sudah sejak muda namun menemukan baru momentum berkembangnya justru setelah beliau purna tugas.

Mengapa beliau produktif menulis? Tentu ada banyak alasannya. Salah satu alasannya saya temukan di buku Bintang Untuk Emak (2015: 42). Beliau menyatakan bahwa menulis memang merupakan hobi. Namanya hobi, tentu harus dirawat dan dikembangkan. Bagi Pakde Cholik, menulis itu merupakan hobi yang mengasyikkan. Selain hobi, Pakde Cholik menyebut bahwa menulis itu bernilai ibadah. Menulis bukan sekadar menuangkan pikiran melainkan juga mengajak orang kepada kebajikan. Pahala yang diperoleh dari aktivitas menulis yang dilakukan secara ikhlas akan bersifat abadi sepanjang masih banyak orang yang mendapatkan inspirasi dari tulisan yang dibuat.

Saya sengaja menulis kisah Pakde Cholik sebagai pengantar catatan ini setelah saya membaca naskah buku karya sahabat saya, H. Mukminin, M.Pd. Buku karya H. Mukminin, M.Pd. ini sangat penting artinya dalam konteks pengembangan potensi guru. Setiap guru pada dasarnya memiliki potensi menulis. Sayangnya banyak yang belum menyadari terhadap potensi yang dimilikinya. Jika pun mengetahui potensi, mereka belum tentu mau memberdayakannya. Meskipun kita juga harus mengapresiasi terhadap fenomena menulis di kalangan guru-guru kita yang tampaknya semakin menggeliat. Pak H. Mukminin adalah salah satu contohnya.

Sejauh pengamatan saya, guru yang mau dan mampu menulis—buku, artikel, dan jenis tulisan lainnya—semakin hari semakin banyak saja. Hal ini bisa kita cermati dari status, catatan atau promosi karya mereka di berbagai tempat atau di berbagai jejaring sosial. Juga dari blog yang ditulis.

Tentu saja ini merupakan fenomena menggembirakan yang harus diapresiasi. Meskipun tentu belum ideal sebagaimana harapan, tetapi setidaknya munculnya karya-karya para pendidik ini merupakan aset yang harus terus dipupuk dan dikembangkan. Semakin banyak guru yang menulis maka semakin bagus bagi kemajuan dunia pendidikan Indonesia.

Guru yang memiliki budaya literasi akan terus meningkat kualitas dirinya. Guru semacam ini pasti rajin membaca dan menulis. Aktivitas literasi secara otomatis akan membuat kualitas diri terus tumbuh dan berkembang. Lebih lanjut, ia akan mempengaruhi—langsung atau tidak langsung—terhadap para siswanya.

Secara personal saya sangat senang jika ada guru atau sekolah yang bergiat membangun budaya literasi. Bagi saya, mendukung tumbuhnya budaya literasi adalah kerja untuk keabadian. Ucapan cepat hilang tetapi tulisan akan abadi. Karena itulah literasi harus menjadi budaya yang mengakar kuat.

Perwujudkan budaya literasi adalah menulis buku. Ternyata cara menulis buku itu bermacam-macam. Buku yang dirajut secara apik oleh Pak H. Mukminin, M.Pd. ini merupakan kumpulan catatan dari kegiatan pelatihan menulis. Catatan demi catatan dirangkai, diolah, ditata, dan kemudian diterbitkan menjadi buku. Pada titik inilah sesungguhnya menulis dan menerbitkan buku itu berkaitan dengan kreativitas.

Kreativitas itu kunci kemajuan hidup. Setiap manusia—siapa pun dia—ingin agar hidupnya maju. Tidak ada orang yang ingin hidupnya terbelakang dan tertinggal dari orang lain. Salah satu cara terbaik untuk mencapai kemajuan hidup adalah dengan menempuh jenjang pendidikan. Kuliah dan sekolah sesungguhnya merupakan cara yang sistematis dan terstruktur untuk mencapai kemajuan dalam kehidupan.

Apakah tanpa sekolah orang bisa mencapai kemajuan kehidupan? Tentu bisa. Ada banyak cara orang untuk maju. Tetapi mungkin cara tersebut tidak bersifat general. Hanya orang-orang tertentu yang bisa melakukannya.

Teori menyatakan bahwa salah satu strategi untuk maju adalah menghadapi masalah. Masalah membuat seseorang harus berpikir kritis dan dinamis. Ia tidak akan menyerah. Ia akan terus berpikir tentang cara yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

Tetapi tidak semua orang bisa semacam itu. Ada orang-orang tertentu yang justru stress dan menyerah ketika berhadapan dengan masalah. Jika ini yang terjadi, bukannya masalahnya selesai tetapi masalahnya bertambah.

Sesungguhnya setiap orang memiliki karakter berbeda-beda. Ada yang selalu berusaha keras menghadapi masalah sampai tuntas. Ada yang begitu menghadapi masalah langsung menyerah. Ada yang berusaha keras meskipun pada titik tertentu juga menyerah. Sungguh sangat dinamis.

Hidup ini penuh dengan tantangan. Semua orang harus menghadapi tantangan sesuai konteks kehidupannya. Jika berhasil, jalan hidupnya relatif lempang, meskipun harus tetap menghadapi tantangan berikutnya. Begitu seterusnya. Cara menghadapi tantangan ini tidak diajarkan di sekolah. Buku-buku atau nasihat itu penting tetapi kuncinya tetap ada pada masing-masing orang. Di sinilah pengalaman memegang peranan yang penting. Teori itu penting tetapi tanpa ada praktik tidak akan ada bukti bahwa teori itu betul. Praktik demi praktik yang membuat daya tahan diri semakin kokoh. Menghadapi tantangan yang harus dilakukan adalah terus berjuang dengan gigih.

Setiap orang pasti memiliki masalah. Tidak ada orang yang hidupnya tanpa masalah. Justru hidup kita akan semakin bermutu manakala masalah kita hadapi dan kita selesaikan secara baik.

Manusia yang mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah itu disebut sebagai manusia unggul. M. Iqbal Dawami dalam buku unik karyanya, Ngapain Sekolah Tinggi-Tinggi Jika Cuma Beternak Bebek? Renungan-Renungan Sukses, Kaya, Kreatif, dan Bahagia (Yogyakarta: Diva Press, 2012) menyatakan bahwa ada lima langkah praktis yang bisa ditempuh untuk menjadi manusia unggul. Pertama, mencari dan menentukan kita inginnya unggul di bidang apa. Kedua, mencari role model atau contoh orang yang bisa untuk diteladani. Ketiga, melakukan identifikasi terhadap pola-pola umum kerja yang dilakukan oleh role model yang dipilih. Keempat, melakukan praktik secara baik terhadap langkah 1-3. Dan kelima, evaluasi, perbaiki, dan improvisasi.

Tentu semua orang ingin menjadi manusia yang unggul. Lima langkah yang ditawarkan oleh M. Iqbal Dawami di atas dapat dijadikan sebagai bahan untuk melangkah. Tentu sebagai makhluk yang dianugerahi Allah dengan akal pikiran, Anda tidak harus setuju sepenuhnya. Silahkan Anda pikirkan, renungkan, modifikasi, dan kembangkan sesuai kondisi masing-masing.

Kunci dari semua paparan di atas adalah pemikiran. Sekolah akan sukses jika orang mau memberdayakan pemikirannya. Pengalaman akan semakin sukses jika memberdayakan pemikiran. Masalah akan teratasi dengan baik jika memberdayakan pemikiran. Jadi pemikiran adalah sarana untuk menuju kemajuan kehidupan.

Pada titik inilah saya menempatkan posisi buku karya H. Mukminin, M.Pd. ini. Saya ucapkan selamat atas terbitnya buku keren ini. Penulis yang baik tidak berhenti dalam berkarya. Terus menulis dan merangkai kata. Semoga setelah ini terbit buku demi buku karya beliau. Saya sangat yakin beliau akan menulis buku demi buku setiap waktu.

 

Trenggalek, 6-11-2020

20 komentar:

  1. Menginspirasi saya untuk belajar menulis

    BalasHapus
  2. Mantap.. Terimakasih pak atas pencerahannya..

    BalasHapus
  3. Terima kasih pak. Sangat menginspirasi. Semoga kita bisa menjadi manusia unggul.

    BalasHapus
  4. Trimakasih pak ilmu dan motivasinya...

    BalasHapus
  5. Terima kasih Pak Doktor Naim, selalu ada yang baru dari tulisan Bapak, membuka simpul simpul pemikiran

    BalasHapus
  6. Terima kasih Bapak Ngainum yg telah memberi KATA PENGANTAR Buku Saya. JURUS JITU MENJADI PENULIS ANDAKLL BERSAMA PARA PAKAR.Bpak.Ngainun sll memberi motivasi dan inspirasi dlm menulis smg jd amal sholeh

    BalasHapus
  7. Tulisannya selalu menginspirasi. Pakde Colik keren

    BalasHapus
  8. Sulitnya membangun disiplin untuk menulis.. terima kasih untuk tulisan yg selalu memotivasi pak

    BalasHapus
  9. Jika kau bukan anak seorang raja dan seorang ulama besar, menulislah (Iman Gozali)

    BalasHapus
  10. Menarik prof. Menambah semnagat menulis terus.

    BalasHapus
  11. Sy berkunjung disini, membaca, menelaah dan semoga mengamalkan. Aamiin..

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.