Membiasakan Mahasiswa Menulis Artikel Jurnal

Januari 14, 2021

 

Ngainun Naim

 



Tahun 2016 saya ikut kursus penelitian selama 11 hari di Jakarta. Ada satu penjelasan menukik yang saya ingat betul dari Prof. Dr. M. Atho Mudzhar. Menurut beliau, setiap dosen memiliki kemampuan berbeda satu sama lain. Tidak bisa semua dosen disamakan kemampuannya. Aspek yang lebih penting adalah bagaimana setiap dosen mau belajar dan terus belajar. Lewat cara semacam itulah kemampuan riset bisa meningkat. Tentu juga harus diimbangi dengan rajin melakukan penelitian.

Kemampuan penelitian tidak terbangun secara mendadak. Butuh proses panjang. Justru karena itulah diperlukan kearifan dan kemauan untuk mengapresiasi kemampuan yang tidak sama tersebut.

Paparan di atas saya jadikan sebagai analogi untuk mendukung kebijakan tugas akhir dalam bentuk artikel jurnal. Kebijakan tersebut harus didukung dengan langkah-langkah praktis yang memungkinkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk menghasilkan artikel jurnal. Tentu tidak bisa jika kemampuan menulis itu terbangun secara mendadak. Hanya menjelang tugas akhir saja membuat artikelnya. Jika pun berhasil membuat artikel, kemungkinannya dua, yaitu artikelnya kurang bagus dan—semoga ini tidak terjadi—plagiasinya tinggi.

Saya kira semenjak semester awal mahasiswa harus dibiasakan untuk membuat artikel jurnal. Pembiasaan ini penting artinya agar tumbuh iklim akademik semenjak awal. Saya membayangkan jika dalam satu semester mahasiswa mampu menghasilkan satu artikel yang bagus lalu submit ke jurnal terakreditasi, pada saat tugas akhir sudah tidak banyak mengalami kesulitan lagi.

Apakah tidak dibiasakan dengan penelitian? Tentu dibiasakan. Itu tetap menjadi bagian dari kurikulum. Namun bagi saya, pembiasaan menulis merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa diabaikan. Saya kira begitu.

 

Tulungagung, 14-1-2020

 

6 komentar:

  1. Saya sepakat pak. Beberapa tugas kuliah juga saya edit ulang, tambah referensi kemudian submit ke jurnal. Perkara diterima atau ditolak, tidak jadi persoalan. Kalau ditolak wajar, namanya juga mahasiswa😁. Kalau diterima jadi kepuasan tersendiri.

    BalasHapus
  2. Sebagai bagian dari masyarakat ilmiah, para mahasiswa juga harus lebih dini menguatkan kemampuan ilmiahnya....

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.