Dari Sepuluh Halaman Menuju Satu Buku

Maret 20, 2021

 

Dr. Ngainun Naim



 

 

Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Virtual Dari Rumah (KKN VDR) IAIN Tulungagung Gelombang 1 Tahun 2021 telah usai. Pelaksanaan KKN di tengah pandemi yang belum juga usai sungguh merupakan tantangan tersendiri. Satu sisi KKN harus tetap berjalan tetapi di sisi yang lain kesehatan dan keselamatan harus menjadi pertimbangan yang utama.

KKN VDR sesungguhnya merupakan pilihan yang paling rasional. Regulasi yang ada mengharuskan KKN dilaksanakan dengan meminimalisir interaksi langsung di masyarakat. Potensi kerumunan massa harus dihindari. Protokol kesehatan harus dijalankan secara ketat. Memang dari sisi pelaksanaan berbeda dengan KKN ketika kondisi normal. Realitas ini sesungguhnya telah menjadi pengetahuan dan kesadaran bersama. Meskipun juga ada beberapa pihak yang menginginkan KKN dilaksanakan sebagaimana kondisi sebelum pandemi.

Aspirasi dan keinginan tentu berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya. Tentu tidak mungkin menerima semua jenis aspirasi yang masuk. Aspek yang paling logis adalah mengolah masukan-masukan yang ada untuk kemudian diambil keputusan dengan mempertimbangkan berbagai dimensi secara komprehensif.

Satu aspek yang penting dalam KKN VDR kali ini adalah budaya literasi. Ya, mahasiswa dan dosen didorong dan dikondisikan untuk menulis dan menerbitkan tulisan terbit. KKN VDR kali ini telah menghasilkan ratusan buku karya mahasiswa dan dosen.

Capaian ini tentu luar biasa. Belum pernah KKN sebelumnya dengan capaian literasi yang luar biasa seperti KKN kali ini. Tentu kami berharap di KKN berikutnya capaiannya lebih banyak lagi dengan mutu yang semakin baik. Secara pribadi saya menemukan fakta bahwa potensi literasi para mahasiswa dan dosen IAIN Tulungagung sungguh luar biasa. Ketika mendapatkan kesempatan dan ruang untuk aktualisasi diri, potensi tersebut kemudian bertransformasi menjadi karya yang seharusnya diapresiasi.

Saya meyakini bahwa literasi itu harus diperjuangkan. Literasi tidak akan tumbuh dan berkembang secara alami. Ia harus didesain, dikonstruksi, dan diciptakan kondisi yang memungkinkan agar tumbuh menjadi tradisi. Ketika kondisi sudah tercipta maka literasi akan menjadi tradisi. Tradisi ini harus terus disemai. Jika tidak maka ke depannya juga akan layu dan mati.

Gagasan untuk menjadikan literasi sebagai tradisi bagi mahasiswa KKN sudah saya usulkan kepada kawan-kawan LP2M IAIN Tulungagung sejak tahun 2017. Dasar pemikirannya sederhana yakni bagaimana agar laporan KKN bersifat fungsional. Bertahun-tahun laporan KKN dalam bentuk laporan standar yang berisi data-data umum pelaksanaan KKN. Satu kelompok satu laporan. Tentu laporan semacam ini tetap berguna tetapi pemanfaatnya sangat terbatas. Penyusunnya juga hanya beberapa orang mahasiswa. Tidak semua mahasiswa terlibat dalam proses penyusunannya.

Setiap selesai KKN, laporan demi laporan bertumpuk di kantor LP2M. Seiring semakin meningkatnya jumlah mahasiswa yang KKN maka jumlah laporan juga semakin banyak. Ruang LP2M semakin hari semakin penuh sesak oleh laporan.

Saat itu—yakni Tahun 2017—KKN IAIN Tulungagung dilaksanakan di Kabupaten Trenggalek. Sebagai embrio awal literasi saya menyampaikan ke setiap Dosen Pembimbing Lapangan, juga kepada ketua kelompok, agar setiap mahasiswa menulis bebas tentang pengalaman mereka melaksanakan KKN. Sebagai sebuah anjuran, tentu tidak semua mahasiswa menulis. Hanya sebagian kecil saja yang setor tulisan. Dua kecamatan menghasilkan dua antologi esai pengalaman KKN, yaitu Kecamatan Panggul dan Kecamatan Pule. Sebuah capaian yang saya kira lumayan untuk sebuah permulaan.

Begitulah tahun demi tahun gerakan literasi itu terus kita matangkan. Berbagai pemikiran kita curahkan. Inovasi kita lahirkan. Desain kita matangkan.

Tahun 2021 ini setiap kelompok mahasiswa menghasilkan minimal 1 buku antologi. Jika ada 112 kelompok KKN VDR berarti ada 112 buku. Sebuah jumlah yang cukup spektakuler. Tidak hanya itu. Mahasiswa juga dianjurkan untuk menulis dan menerbitkan buku tentang tokoh agama lokal. Antusiasme mahasiswa juga sungguh luar biasa. Saya berharap ini menjadi penanda baru dunia literasi di Kampus Dakwah dan Peradaban.

Tahun ini juga saya mendesain laporan DPL tidak sebagaimana KKN sebelumnya. DPL cukup menulis esai sebanyak 10 halaman. Esai demi esai sebagai laporan DPL ini nantinya akan kami bukukan. Jadi muaranya tetap buku.

Ekspektasi saya ternyata kadang melampaui target. Ada juga DPL yang tidak mengumpulkan laporannya melainkan mengembangkannya menjadi buku tersendiri. Jadi ia mengolah dari 10 halaman menjadi satu buku. Tentu saya mengapresiasi kerja kerasnya.  Semoga berkah. Amin.

 

Trenggalek, 20-3-2021

22 komentar:

  1. Luar biasa idenya sangat kreatif nih. Boleh di tiru oleh yg lain. Sangat susah menumbuhkan budaya literasi di kalangan anak SMP. Saya harus belajar banyak nih dari Pak Dosen. Salam kenal, salam literasi.

    BalasHapus
  2. Luar biasa ala bisa Krn biasa dan dipaksa untuk bisa. Lanjut IAIN Tulungagung Kampus percontohan literasi

    BalasHapus
  3. Memang luat biasa sang nahkoda LP2M IAIN Tulungagung...

    BalasHapus
  4. Keren Pak Dosen, izin share untuk memotivasi komunitas saya, terima kasih

    BalasHapus
  5. Apapun tulisan jika dikembangkan bisa menjadi buku nggih Prof... Semoga saya cepat bisa. Matur sembah nuwun motivasinya...

    BalasHapus
  6. Barokalloh, sepertinya apa yang pernah saya tuliskan dulu benar adanya, Sang Provokator, selalu bisa memotivasi siapapun. Luar biasa, Pak Naim. Sukses selalu untuk Pak Naim.

    BalasHapus
  7. Wow...terimakasih tak terhingga saya sampaikan..berkat dorongan jenengan....saya mulai menyukai menulis...

    BalasHapus
  8. Luar biasa gagas yang sangat bernas...

    BalasHapus
  9. Sangat menginspirasi dan mendorongku untuk segera menulis lagi nih.
    Terimakasih ya pak....

    BalasHapus
  10. Wow mantap ide kreatif p dosen. Salam kenal saya dari Tegal. Patut dicontoh ni untuk anak SD bisa enggak y

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.