Tidak Perlu Berharap Apresiasi Orang Lain
Oleh Ngainun
Naim
Seorang sahabat yang menekuni dunia menulis curhat.
Ia merasa usaha dan perjuangannya menulis sia-sia. Tidak ada orang yang
memberikan apresiasi. Padahal ia telah melahirkan beberapa buku. Baginya,
menulis buku itu bukan pekerjaan yang ringan. Tidak semua orang bisa
melakukannya.
Saya terdiam sejenak membaca curhatnya. Memang
karakter manusia itu, siapa pun dia, senang dipuji dan tidak senang dicaci. Apa
yang dialami kawan saya itu alami. Saya kira itu wajar saja.
Saya mengajaknya untuk melihat dari perspektif
berbeda. Orang lain, menurut saya, tidak memiliki pemikiran yang sama dengan
kita. Mereka juga memiliki pemahaman sendiri. Jika mereka belum atau tidak
memberikan apresiasi terhadap tulisan kita bisa jadi ya karena mereka tidak
memahaminya.
Hidup yang mengharap orang lain memberikan
apresiasi itu menyengsarakan. Kita tersiksa karena harapan kita tidak selalu
terwujud. Kesengsaraan semakin menjadi jika orang justru merendahkan apa yang
sudah kita lakukan.
Tugas utama penulis itu ya menulis. Jadi terus saja
menulis. Jika ada yang mengapresiasi, itu anggap sebagai bonus. Jika tidak ada
yang mengapresiasi, bukan berarti harus berhenti. Terus saja menulis karena ada
banyak manfaat yang bisa dipetik dari aktivitas menulis.
Awalnya saya berharap..
BalasHapusSekarang sudah tidak..
Biarlah orang yang mengenal kita...
Yidak peelu mempeekenalkan diri..
Bikin tersiksa..
Begitulah proses hidup
HapusSalam litetasi
BalasHapusSalam literasi
HapusBetul
HapusSangat setuju pak. Menulis saja. Kalau bermanfaat bagi orang lain biar jadi pahala.
BalasHapusMatur nuwun prof atas motivasinya
BalasHapusLuar biasa Bapak.👍👍👍
BalasHapusSalam literasi.
Saya dulu seperti itu dalam menulis. Ada rasa kesel ketika tulisan yang saya sodorkan enggan dibaca. Tapi sekarang tidak lagi karena itu menyesakkan dada
BalasHapusBetul sekali prof, saat niat menulis untuk diapresiasi oleh orang lain, maka hati ini sering dikecewakan. Solusinya adalah ya, menulis aja
BalasHapusIni nasihat yang bagus
BalasHapusSaya juga mengalami pak doktor, aktivitas menulis saya kurang diapresiasi oleh pimpinan. Ketika saya menyerahkan setumpuk buku-buku saya ke Kaprodi dengan pertimbangan barangkali bisa membantu persiapan akreditasi tapi ditanggapi dengan dingin dan terkesan kurang dihargai. Tapi saya tidak terlalu mempedulikan karena yang terpenting saya dan keluarga telah merasakan sendiri manfaat dari aktivitas saya menulis. Keuangan keluarga sangat terbantu dari hasil saya menulis buku. Bahkan akhirnya kami bisa membeli rumah juga karena hasil dari menulis buku.
BalasHapusSaya akan coba resepnya
BalasHapusBetul, pak. Sepakat. Thanks.
BalasHapusBetul sekali Pak.
BalasHapusBetul sekali Pak.
BalasHapusBetul sekali pak, terimakasih atas nasihatnya
BalasHapusSuwun prof. Sangat berharga bagi saya
BalasHapusTerima kasih pak prof. Motivasinya
BalasHapusSangat Setuju pak, ketika tulisan kita tak bgtu diperdulikan disitulah semangat untuk selalu muncul. Tulis dan nulis saja terus.
BalasHapusTrims mas, membuka wawasan saya
BalasHapus