Aku, Buku, dan Inspirasi Hidup
Oleh
Ngainun Naim
Aku menyukai
dunia membaca dan menulis. Kesukaanku membaca melalui proses yang panjang dan
berliku. Aku menyebut demikian karena orang tuaku bukan pembaca ulung. Mereka
berdua tidak memiliki koleksi buku atau membelikan buku sesuai dengan minatku.
Namun demikian aku sungguh bersyukur karena posisi Bapakku sebagai PNS yang
setiap bulan berlangganan majalah Mimbar Pembangunan Agama (MPA) terbitan
Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Timur yang membuat minatku
membaca mulai tumbuh.
Di
MPA bagian belakang ada rubrik Lembar Anak-Anak (LAA). Di LAA dimuat puisi,
cerita anak, dan hal-ikhwal dunia anak. Setiap bulan membaca LAA membuatku
memiliki mimpi untuk bisa menulis dan dimuat di LAA.
Seumur
hidup aku memang tidak pernah berkirim karya apapun ke LAA. Maklum, masih kecil
dan tidak ada yang mengarahkan. Seiring perkembangan waktu, aku justru mengirim
artikel ke MPA dan puluhan kali dimuat. Tentu ini merupakan sebuah kebahagiaan
yang tidak akan terlupakan seumur hidup.
Seiring
perjalanan waktu minat membacaku semakin tumbuh. Memang aku bukan pembaca yang
rakus, apalagi predator buku yang melahap halaman demi halaman buku tanpa kenal
ampun. Aku termasuk pembaca lambat yang menikmati sedikit demi sedikit halaman
buku. Ya, aku hanya ngemil saja dalam membaca. Jadi ya tidak terlalu banyak
yang aku baca. Prinsipnya adalah aku setiap hari berusaha membaca minimal 10
halaman. Itu saja.
Aktivitas
sehari-hari yang aku jalani acapkali sangat padat. Namun demikian aku selalu
berusaha untuk membaca. Kadang sekali duduk dapat 2-5 halaman, kadang lebih.
Aku tidak memakai target yang muluk-muluk. Pokoknya membaca dan menikmati
bacaan agar hidupku semakin bermutu.
Menulis adalah proses: https://www.youtube.com/watch?v=Yo4-CUTR2xA
Lies-Marcos
Natsir pernah menulis bahwa membaca membuat hidup seseorang tidak akan beku.
Membaca membuat dinamis. Selalu saja ada hal baru, wawasan baru, dan
pengetahuan baru yang bisa memperkaya perspektif hidup. Inilah yang dimaksudkan
dengan hidup yang tidak beku, tetapi hidup yang mencair dan terus mengalirkan
energi baru.
Jika
dilacak dari perjalanan hidupku sampai sekarang ini, aku sangat bersyukur bisa
dekat dengan buku. Meskipun aktivitas membacaku biasa-biasa saja tetapi aku
menyadari bahwa apa yang kini aku capai tidak bisa dilepaskan dari dunia buku.
Buku telah membentuk cakrawala hidupku yang sekarang ini.
Aku
teringat bagaimana dulu mulai menyukai dunia buku. Pertama-tama adalah
adanya role model, yaitu orang yang menjadi teladan.
Guru-guruku sejak MTsN, MAN, hingga aku kuliah adalah orang-orang yang hebat.
Beberapa orang di antaranya adalah kutu buku kelas berat. Dari mereka aku menyerap
energi membaca. Jika kini aku menyukai dunia membaca maka jasa-jasa beliau
tidak akan pernah aku lupakan.
Faktor
kedua adalah sarana. Ya, adanya bacaan yang membuat aku bisa memuaskan hasrat
membacaku. Di rumah adalah majalah, di tempat famili ada majalah remaja Anita
Cemerlang dan Jaya Baya, di pondok ada koran yang dipajang
di dekat masjid, di kos saat kuliah ada kakak tingkat yang memiliki banyak
koleksi buku.
Aku menjadi teringat kisah
Almarhum Ajib Rosidi yang ke mana-mana selalu membawa buku. Tujuannya adalah
agar bisa membaca saat ada kesempatan. Waktu kosong pun bisa dimanfaatkan untuk
hal yang positif. Pola yang sama ternyata dilakukan oleh hampir semua orang yang memiliki
tradisi membaca yang baik.
Faktor ketiga adalah dukungan
keluarga. Bentuk dukungannya tentu bervariasi. Bagiku, dukungan ini sangat
penting sehingga memungkinkan bagiku untuk membeli buku dan menyisihkan waktu untuk
menekuni deretan kata demi kata.
Sejauh
ini sesungguhnya belum banyak buku yang aku baca. Jika disuruh bercerita buku
apa yang paling mempengaruhi dalam hidupku, jujur aku sendiri agak bingung
menjawabnya. Baiklah, di tulisan ini aku akan menyebut beberapa buku yang cukup
sering aku baca. Pertama, Al-Qur’an. Inilah kitab suci yang
aku usahakan untuk membacanya. Jujur aku belum banyak mengetahui terhadap
isi kitab suci ini. Pokoknya ya membaca saja.
Aku yakin ada berkah hidup karena aktivitasku membaca kitab suci ini.
Kedua, buku karya Prof. Dr. M.
Quraish Shihab. Judulnya Membumikan
Al-Qur’an. Buku
ini pertama kali aku baca saat kuliah di bangku S-1. Itu pun lewat pinjam di
perpustakaan. Aku baru mampu membelinya setelah menikah. Buku ini sungguh
dahsyat. Aku sangat menikmatinya. Banyak sekali ilmu yang aku dapatkan setelah
membaca bagian demi bagian dari anggitan pakar tafsir Indonesia ini.
Ketiga, buku monumental karya
cendekiawan Muslim Indonesia, Prof. Dr. Nurcholish Madjid. Buku tersebut berjudul Islam,
Doktrin, dan Peradaban. Buku ini menjadi pendorong diriku untuk menekuni dunia keilmuan
Islam. Sampai sekarang aku masih membaca buku
tersebut, meskipun pada bagian-bagian tertentu saja.
Keempat, buku karya Hernowo Mengikat
Makna dan Mengikat Makna Update. Kedua buku ini telah
memberikan perspektif dan semangat baru terkait aktivitas membaca dan menulis.
Kedua buku karya Hernowo tersebut sudah aku baca berulang-ulang, khususnya saat membutuhkan
suntikan energi ketika spirit literasi sedang menurun.
Sesungguhnya
ada banyak buku-buku lain yang memberikan inspirasi dalam hidupku. Buku-buku yang aku sebut di
atas hanya
eksemplar semata tanpa bermaksud menafikan peranan buku-buku yang lainnya. Jika
suatu saat aku menulis topik yang mirip dengan tulisan ini sangat mungkin daftar
buku yang aku tulis akan berbeda lagi. Aku kira ini wajar mengingat
dinamika kehidupan yang aku arungi.
Lies-Marcos Natsir pernah menulis bahwa membaca membuat hidup seseorang tidak akan beku. Membaca membuat dinamis. Selalu saja ada hal baru, wawasan baru, dan pengetahuan baru yang bisa memperkaya perspektif hidup.
Buku
demi buku adalah sumber energi. Aku kerap kali mendapatkan inspirasi tidak terduga
karena membaca buku. Suatu ketika aku membaca buku yang ditulis oleh Idy Subandy Ibrahim
dan Yudi Latif. Di buku tersebut aku menemukan frasa yang menarik, yaitu Chimera-Monstery. Aku kemudian mengeksplorasinya
menjadi sebuah artikel yang dimuat di Surabaya Post.
Pada
saat lain aku membaca buku Nurcholish
Madjid. Di dalamnya ada uraian tentang eskatologis. Kebetulan saat itu sedang
ada sekte di Bandung yang meyakini kiamat sudah dekat dan mengajak jamaahnya
untuk bunuh diri meskipun kemudian digagalkan oleh polisi. Dari fenomena ini mendorongku menulis artikel yang
kemudian dimuat Solopos. Judulnya “Mimpi Esatologis Menuju
Sorga”.
Ketika riset S-3 aku pernah berminggu-minggu didera
insomnia. Berbagai upaya aku lakukan agar
bisa tidur normal. Nah, buku adalah solusi yang membuat aku kembali menjalani kehidupan
secara normal. Sebuah buku spiritual memberikan wawasan dan pencerahan tentang
bagaimana mengatasi persoalan yang tengah kuhadapi.
Aku
dan buku adalah rangkaian yang berkaitan. Aku akan berusaha menikmati bacaan
demi bacaan sebagai aktualisasi dan pengembangan potensi diri. Semoga apa yang
aku lakukan bisa memberikan berkah dalam kehidupan. Amin.
Alhamdulillah terimakasih
BalasHapusSiap Pak Kepala
HapusTerbayang ikhtiar untuk menjadikan Membaca sebagai passion dan semua berproses dengan indah
BalasHapusTerima kasih Bu Kanjeng
HapusTksh ilmu, dan penglaaman yg baik bagus ditiru, terutama sy pak.
BalasHapusSama-sama
HapusInspiratif motivatitif untuk semangat literasi hingga kian bergizi
BalasHapusPengalaman membaca bukunya begitu natural...namun sungguh hal yang patut dijadikan contoh adalah semangat dan energi menulisnya. Sehingga terbentuk ikatan indah antara membaca dan menulis. Salam literasi pak .
BalasHapusSalam literasi Pak Guru. Terima kasih berkenan mengunjungi dan meninggalkan komentar.
HapusKembali mengingatkan saya pribadi. Ingin rutin membaca namun masih saja belum bisa istiqomah.
BalasHapusSaling mengingatkan Mas
HapusBarokallah Bapak, terimakasih sudah memotivasi lewat tulisan panjenengan🙏
BalasHapusNgawiti kisah moco perjalanan Prof. Naim # Dadoso pepeleng ing ati selaminipun....
BalasHapusMUgi ada manfaatnya
HapusAlhamdulillah, senang sekali saya membaca tulisan bapak, bisa menumbuhkan energi baru untuk membaca lagi, selama ini saya hanya membaca jika ada masalah pekerjaan yang saya hadapi
BalasHapusSemangat dan sukses selalu Mas
HapusUntuk menambah video dari YouTube klik menu insert video pilih yg YouTube lalu copas link YouTube yg akan dimasukkan ke blog. Semoga dapat mempercantik isi blognya pak kyai.
BalasHapusAamiinnn. Terima kasih masukannya Omjay.
HapusMembaca membuat dinamis. Selalu saja ada hal baru, wawasan baru, dan pengetahuan baru yang bisa memperkaya perspektif hidup. Terima kasih mas Doktor
BalasHapusSama-sama Pak KS
Hapus